DENPASAR, BALI EXPRESS – Gubernur Bali, Wayan Koster menjelaskan gunung maupun danau dijadikan kawasan suci berdasarkan keputusan dari para sulinggih di Bali. Meski demikian, diakuinya bahwa aktifitas pariwisata alam di dua obyek tersebut masih dapat dilakukan dengan batasan-batasan tertentu.
“Pariwisatanya tetap berjalan, tetapi para sulinggih sudah memutuskan secara sosiologis dan kosmologi itu ada keputusan sulinggih supaya gunung, danau dijadikan kawasan suci, memang sudah suci tapi diatur lagi menjadi kawasan suci,” jelas Gubernur Koster di Denpasar, Rabu (1/2).
Kawasan suci itu pun telah diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Bali 2023-2043 yang belum lama ini telah usai digodok oleh DPRD Bali. Oleh sebab itu, menurut Gubernur Koster semuanya akan diatur, termasuk kegiatan apa saja boleh dan tidak di gunung maupun danau.
“Itu akan diatur di dalamnya, kegiatan apa saja di sana. Termasuk pendakian sedang dihitung atau didikaji, yang pasti untuk upacara ritual boleh, penanganan bencana boleh,” imbuh gubernur asal Buleleng ini.
Dalam menjaga taksu Bali, alam beserta isinya tentu jika untuk berwisata memang tepat agar diatur. Terutama batasan-batasan maupun seberapa ketinggian yang boleh untuk jalur pemdakian atau untuk bisa dikunjungi.
“Kalau dipergunalan untuk kepentingan dalam konteks berkunjung dan berwisata itu memang harus diatur seberapa ketinggian yang bisa kunjungi. Supaya harmonis dengan kesucian,” papar Gubernur Koster.
Dengan demikian, ia melihat dengan adanya aturan tersebut sangat bagus dalam menjaga kesucian alam Bali ini. “Karena Perda RTRW yang sudah mengatur seperti itu. Tentu ini harus ditindaklanjuti, saya kira spiritnya bagus,” tandasnya.
Sebelumnya, diungkapkan bahwa gunung dijadikan kawasan suci sebenarnya sudah dari dulu, karena di sana sering diadakan ritual keagamaan, bersemedi, dan sampai akhirnya dibangun tempat suci. Namun kita yang mendegradasi, kawasan suci dari prakteknya tidak suci karena kita terlalu kebablasan .
Ia mencontohkan seperti di Gunung Batur, Kintamani, Bangli, terjadi beberapa kecelakaan saat mendaki atau aktivitas ke gunung. Bisa saja mereka mendaki tengah tidak suci atau kecuntakan, sehingga kawasan tersebut menjadi leteh, dan beberapa kejadian di sana sampai adanya korban jiwa.
Dengan demikian yang rugi juga warga setempat melakukan upacara mecaru, balik sumpah, mulang pekelem. Padahal dari keuntungan, siapa yang dapat duit, dan tidak seberapa. Dengan adanya Perda, ditimbang lagi agar gunung jadi kawasan suci, karena gunung kekuatan di Bali, aura taksu, spirit Bali.