29.8 C
Denpasar
Friday, March 24, 2023

Diduga Air Tercemar E.coli, Sejumlah Anak Alami Muntah dan Diare di Blahbatuh

GIANYAR, BALI EXPRESS – Diduga karena air yang dimanfaatkan masyarakat tercemar bakteri E.coli, puluhan anak-anak berumur 1 hingga 4 tahun di sejumlah wilayah di Kecamatan Blahbatuh, Gianyar mengalami muntah-muntah hingga diare.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Gianyar, Ni Nyoman Ariyuni, yang dikonfirmasi terpisah membenarkan kondisi tersebut. Menurutnya, pihaknya telah memberi atensi terhadap kasus tersebut. Ia menyebutkan jika kasus itu sempat ditemukan di Desa Pering, Blahbatuh. “Di Pering itu sudah selesai kita tangani hampir 2 minggu,” tegasnya Kamis (2/3).

Di wilayah Desa Pering, kata dia berdasarkan hasil penelusuran Dinas Kesehatan Gianyar, ditemukan sebanyak 86 kasus. Dimana peristiwa itu terjadi pada bulan Februari lalu. Adapun kasus paling banyak ditemukan pada kelompok umur 1 hingga 4 tahun sebanyak 32 kasus atau setara dengan 37,2 persen dari kelompok 5 hingga 9 tahun 13 kasus atau setara 15,1 persen.

Baca Juga :  Kejari Tabanan Tindak Tegas Penyimpangan Anggaran Covid-19

Lebih lanjut ia menjelaskan jika untuk kasus di Desa Pering terjadi pada masyarakat yang mengkonsumsi air minum dari sumber mata air yang ada di wilayah itu, yang tidak dimasak terlebih dahulu. Sehingga lebih beresiko terkena diare. Dan berdasarkan gejala klinis serta masa inkubasi, dugaan sementara kasus itu disebabkan oleh bakteri phatogen (E.coli, Campylobacter Enteritis) yang mencemari  sumber mata air yang digunakan masyarakat untuk kebutuhan masak dan minum setiap hari. “Dugaannya karena itu,” imbuhnya.

Adapun upaya yang dilakukan berupa pelacakan kasus, kontak dan faktor lingkungan, pengambilan sampel air dari rumah tangga, rectal swab pada penderita yang belum mendapatkan antibiotik, sosialisasi PHBS, memperkuat jejaring suveilans di fasilitas kesehatan, pemenuhan obat, dan pemberdayaan TP.PKK dalam pembinaan keluarga serta pemantauan kasus.

Baca Juga :  Seratusan Siswa SDN 5 Keramas Ikut Pemeriksaan Mata

“Dan penyebab tercemarnya mata air umum dan terbuka bisa banyak faktornya, mulai dari kotoran binatang, bakteri, karena dia terbuka,” sambungnya.

Terakhir, kata Ariyuni yang harus dilakukan masyarakat adalah memastikan air itu aman sebagai air minum atau konsumsi. Selain itu harus dimasak sebelum digunakan, sebab menurutnya mata air terbuka sangat riskan. “Bisa saja dicek sekarang terlihat aman tapi besok lusa bisa tercemar atau sekarang bisa terlihat tercemar tapi nanti bisa bersih. Kembali lagi karena itu mata air terbuka,” pungkas Ariyuni.

Kondisi ini diperkirakan meluas, sebab lantaran pada awal Maret, sejumlah anak-anak di Banjar Banda, Kecamatan Blahbatuh juga mengalami gejala serupa. Bahkan ada yang harus opname di sejumlah rumah sakit. Namun laporan terkait kasus tersebut belum diterima Dinas Kesehatan. (ras)


GIANYAR, BALI EXPRESS – Diduga karena air yang dimanfaatkan masyarakat tercemar bakteri E.coli, puluhan anak-anak berumur 1 hingga 4 tahun di sejumlah wilayah di Kecamatan Blahbatuh, Gianyar mengalami muntah-muntah hingga diare.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Gianyar, Ni Nyoman Ariyuni, yang dikonfirmasi terpisah membenarkan kondisi tersebut. Menurutnya, pihaknya telah memberi atensi terhadap kasus tersebut. Ia menyebutkan jika kasus itu sempat ditemukan di Desa Pering, Blahbatuh. “Di Pering itu sudah selesai kita tangani hampir 2 minggu,” tegasnya Kamis (2/3).

Di wilayah Desa Pering, kata dia berdasarkan hasil penelusuran Dinas Kesehatan Gianyar, ditemukan sebanyak 86 kasus. Dimana peristiwa itu terjadi pada bulan Februari lalu. Adapun kasus paling banyak ditemukan pada kelompok umur 1 hingga 4 tahun sebanyak 32 kasus atau setara dengan 37,2 persen dari kelompok 5 hingga 9 tahun 13 kasus atau setara 15,1 persen.

Baca Juga :  Bupati Suradnyana Sidak Bangunan Langgar Sempadan Sungai

Lebih lanjut ia menjelaskan jika untuk kasus di Desa Pering terjadi pada masyarakat yang mengkonsumsi air minum dari sumber mata air yang ada di wilayah itu, yang tidak dimasak terlebih dahulu. Sehingga lebih beresiko terkena diare. Dan berdasarkan gejala klinis serta masa inkubasi, dugaan sementara kasus itu disebabkan oleh bakteri phatogen (E.coli, Campylobacter Enteritis) yang mencemari  sumber mata air yang digunakan masyarakat untuk kebutuhan masak dan minum setiap hari. “Dugaannya karena itu,” imbuhnya.

Adapun upaya yang dilakukan berupa pelacakan kasus, kontak dan faktor lingkungan, pengambilan sampel air dari rumah tangga, rectal swab pada penderita yang belum mendapatkan antibiotik, sosialisasi PHBS, memperkuat jejaring suveilans di fasilitas kesehatan, pemenuhan obat, dan pemberdayaan TP.PKK dalam pembinaan keluarga serta pemantauan kasus.

Baca Juga :  Aktris Jennifer Coppen Dianiaya di Bali, Polisi Kantongi Identitas Pelaku

“Dan penyebab tercemarnya mata air umum dan terbuka bisa banyak faktornya, mulai dari kotoran binatang, bakteri, karena dia terbuka,” sambungnya.

Terakhir, kata Ariyuni yang harus dilakukan masyarakat adalah memastikan air itu aman sebagai air minum atau konsumsi. Selain itu harus dimasak sebelum digunakan, sebab menurutnya mata air terbuka sangat riskan. “Bisa saja dicek sekarang terlihat aman tapi besok lusa bisa tercemar atau sekarang bisa terlihat tercemar tapi nanti bisa bersih. Kembali lagi karena itu mata air terbuka,” pungkas Ariyuni.

Kondisi ini diperkirakan meluas, sebab lantaran pada awal Maret, sejumlah anak-anak di Banjar Banda, Kecamatan Blahbatuh juga mengalami gejala serupa. Bahkan ada yang harus opname di sejumlah rumah sakit. Namun laporan terkait kasus tersebut belum diterima Dinas Kesehatan. (ras)


Most Read

Artikel Terbaru