DENPASAR, BALI EXPRESS – Gubernur Bali Wayan Koster bersama Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati dan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Gede Arya Sugiartha secara resmi menutup Bulan Bahasa Bali kelima tahun 2023. Penutupan ditandai dengan membunyikan genta di Gedung Ksirarnawa, Art Centre Denpasar, Selasa (28/2).
Gubernur Bali Wayan Koster mengucapkan terimakasih kepada seluruh masyarakat Bali hingga Pemerintah Kabupaten/Kota, Bendesa Adat, Perbekel, Lurah, Kepala Sekolah di seluruh Provinsi Bali yang telah menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali V Tahun 2023.
Hal ini sebagai bukti bahwa seluruh komponen masyarakat di Bali semakin bersatu melaksanakan dan melestarikan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali sebagai bahasa Ibu sesuai pelaksanaan Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.
“Saya perlu menegaskan, bahwa dari 38 Provinsi di Indonesia, hanya Provinsi Bali yang memiliki kebijakan untuk melaksanakan Bulan Bahasa Bali setiap tahunnya. Jadi, ini adalah wujud nyata Pemerintah Provinsi Bali untuk memuliakan Bahasa Bali sebagai Bahasa Ibu-nya krama Bali, apalagi di dalam Bahasa Bali terdapat tata krama dan makna yang sangat mendalam,” paparnya.
Pemerintah Provinsi Bali, lanjutnya, akan terus berupaya melestarikan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali agar tidak punah, dengan cara terus melestarikan keberadaannya. Ia juga mengajak semua masyarakat Bali untuk menjadikan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali sebagai laku kehidupan krama Bali sehari- hari.
“Gunakanlah Bahasa Bali di rumah, sekolah atau di tempat umum. Jangan malu berbahasa Bali. Saya juga mengingatkan masyarakat Bali, terutama yowana atau generasi muda untuk terus belajar berbahasa Bali, jangan malu mengucapkannya sehari-hari,” imbuhnya.
“Saat pelaksanaan Presidensi G-20 di Bali tahun lalu, para Pemimpin Negara menggunakan bahasa dari negara mereka masing-masing, begitu juga dengan Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo. Ini menunjukkan kita semua sejajar, begitu pun dengan Bahasa Bali, agar terus kita tunjukkan bahwa kita juga sejajar dengan yang lain,” tegas Gubernur Wayan Koster.
Lebih lanjut ia memberikan gambaran, bahwa kedepan di dalam percaturan global antar negara akan ada persaingan ketat dan kompetitif. Seluruh negara akan memproteksi diri, baik di bidang politik, ekonomi maupun di bidang sosial budaya-nya masing-masing.
“Saya ingin Bali agar survive dan eksis sepanjang masa dengan memiliki kualitas dan daya saing, demi masa depan anak cucu kita di Bali,” tegas mantan Anggota DPR RI 3 periode dari Fraksi PDI Perjuangan ini.
Mengenai pelaksanaan Bulan Bahasa Bali kelima tahun 2023, Gubernur Bali menyebut pelaksanaannya jauh lebih baik dari sebelumnya. Jika dibandingkan pada pelaksanaan yang pertama di tahun 2019, dan kedua di tahun 2020, saat itu partisipasinya tidak menyeluruh seperti saat ini. Apalagi di tahun 2021 hingga 2022 saat pandemi Covid-19 melanda. Tahun ini kelihatan sangat hidup, hampir semua desa dan desa adat serta kelurahan melaksanakannya.
“Saya benar-benar merasa bahagia melihat video-video tentang penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali di desa-desa, kemudian ada anak-anak yang nyurat Bahasa Bali di lontar, ada yang berpidato berbahasa Bali sampai mereka berdebat dengan menggunakan bahasa Bali,” pungkasnya.