GIANYAR, BALI EXPRESS – Kabar duka dari dari Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana (Unud) Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia. Pakar subak ini meninggal dunia dalam usia 73 tahun pada Sabtu dini hari (1/4). Sebelumnya ia sempat dirawat di RSUP Prof dr IGNG Ngoerah (RS Sanglah) Denpasar. Namun dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 04.30 WITA.
Menurut adik bungsu almarhum, I Ketut Suaryadala, Prof. Windia dinyatakan meninggal dunia sekitar 2,5 jam setelah dirujuk ke RSUP Prof Ngoerah. Dimana sebelumnya pada Jumat malam, ia mengeluh sakit di sekitar tulang rusuk sehingga dibawa ke RS Puri Raharja. Namun karena kondisinya kritis, sekitar pukul 02.00 WITA Prof. Windia dirujuk ke RSUP Sanglah.
Dan berdasarkan hasil pemeriksaan medis, ditengarai ada cairan pada paru-paru akademisi asal Banjar Gelulung, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar tersebut. “Diagnosanya belum keluar, tapi kata dokter ada cairan di paru-paru. Dan dinyatakan meninggal dunia pukul 04.30 WITA,” ujar Suaryadala ditemui di kediamannya.
Kondisi itu jelas membuat pihak keluarga terpukul. Terlebih Jumat kemarin, Prof. Windia masih memeriksa tesis mahasiswanya. “Ya ini mengejutkan, karena sehari-hari, beliau masih aktif mengajar dan berorganisasi,” sebutnya.
Kini pria kelahiran, Sukawati 15 Desember 1949 itu juga masih menjabat Ketua STISPOL Wira Bakti Denpasar Masa Bhakti 2020-2024. Ia pergi untuk selama-lamanya dengan meninggalkan seorang istri, dua anak dan 3 cucu. Semasa hidup, almarhum menetap di Denpasar bersama sang istri Gusti Ayu Mandriwati di Jalan Suli, Lingkungan Kerta Bhuana Kaja, Denpasar. Sedangkan kedua buah hatinya berkarir di luar Bali. Anak sulungnya Putu Gde Ariastita menjadi dosen Jurusan Planologi di ITS Surabaya dan putri bungsunya, Ni Made Loviani, adalah seorang Psikolog di Bandung.
Saat ini, jenazah almarhum masih dititipkan di Forensik RSUP Prof Ngoerah Denpasar. Dan rencananya akan menjadi prosesi pengabenan pada Anggara Pahing Bala, Selasa (11/4) di Setra Pura Dalem Gede Desa Adat Sukawati. Dan jenazah akan dipulangkan ke rumah duka, 9 April 2023 mendatang.
Sebelum menjadi dosen, hingga menjadi Guru Besar, setelah menyelesaikan S1, dirinya menjadi wartawan Harian Nusa Tenggara (Nusa Bali), kemudian wartawan Harian KAMI, Sinar Harapan, dan Suara Pembaruan hingga pensiun. (ras)