27.6 C
Denpasar
Wednesday, June 7, 2023

Puncak Karya Bhatara Turun Kabeh Besakih Lancar, Dipuput 13 Sulinggih

AMLAPURA, BALI EXPRESS – Suasana puncak upacara, Karya Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Agung Besakih, Selasa (7/4) sungguh tampak berbeda. Area pura Penataran Agung Besakih tidak dipadati para pamedek, sebagaimana biasanya terlihat pada tahun-tahun sebelumnya.

 

Rangkaian upacara sejak Karya Tawur Tabuh Gentuh, beberapa waktu lalu hingga kemarin hanya melibatkan sedikit krama atau masyarakat adat. Ini untuk menindaklanjuti imbauan pemerintah demi mencegah penyebaran virus dengan menekan kerumunan orang selama penanggulangan wabah Covid 19.

 

Puncak karya Bhatara Turun Kabeh yang bertepatan Purnama Kadasa, itu hanya melibatkan krama Besakih, di antaranya para pemangku, panitia, prajuru. Memang ada beberapa masyarakat luar yang nangkil melaksanakan persembahyangan. Tapi jumlahnya tidak membludak.

 

Panitia karya Jro Mangku Widiartha mengaku bersyukur pelaksanaan puncak upacara berlangsung lancar. “Kita berdoa agar wabah ini segera hilang dan alam Bali kembali bersih seperti sedia kala. Besakih ini kawasan suci, hulunya Bali. Umat Hindu Bali punya sungsungan di Pura Agung Besakih. Kita meminimalisir secara nyata dengan melakukan pencegahan, dan secara niskala digelar upacara,” ucap Jro Mangku Widiartha.

Baca Juga :  Pasar Anyar Sari Terbakar, Pedagang Minta Tempat Jualan Darurat

 

Upacara dipuput 13 sulinggih dan dimulai sejak pukul 11.00. Rangkaiannya diawali persembahyangan bersama hingga pukul 12.30. Menurut Widiartha, semua rentetan upacara juga dihubungkan untuk mendoakan alam dan masyarakat Bali terhindar dari virus Korona yang kini tengah meluas. 

 

Di tengah suasana seperti ini, pihaknya berharap agar masyarakat fokus bersama pemerintah dalam penanggulangan wabah ini. Di sisi lain, pihaknya juga tidak berhak melarang umat nangkil ke Besakih. Hanya saja, upaya untuk meredam penyebaran virus, panitia karya mengeluarkan kebijakan pembatasan jumlah rombongan.

 

Sesuai imbauan, jumlah pamedek dibatasi 25 orang dalam satu rombongan. Dirinya meminta masyarakat menaati imbauan tersebut demi kebaikan bersama. “Yang jelas tidak ada larangan bagi umat untuk sembahyang. Kembali pada masing-masing menyikapi kondisi saat ini,” tegasnya.

Baca Juga :  Karya Pura Agung Kentel Gumi, Ribuan Pamedek Melasti ke Lepang

 

Langkah yang diambil panitia karya, atas koordinasi bersama pemerintah dan PHDI, Karya Tawur Tabuh Gentuh dan Ida Bhatara Turun Kabeh telah diringkas pelaksanaannya hingga 14 April, dari rencana awal 28 April. Selama itu, umat yang nangkil ke pura diwajibkan menerapkan physical distancing atau mengatur jarak fisik antar orang.

 

Dalam hal ini, panitia telah mengatur skema bagi umat yang akan melakukan persembahyangan di Pura Penataran Agung Besakih. Misalnya mengenai jumlah orang dan pengaturan jarak duduk. “Selaku panitia, kami bakal berusaha maksimal mengikuti imbauan pemerintah.”

 

Panitia karya juga menyiapkan tempat cuci tangan lengkap dengan peralatan lainnya. Upaya sanitasi selama ini sudah diterapkan sejak awal persiapan upacara. Bahkan beberapa ritual yang telah berlangsung juga telah dilaksanakan dengan menerapkan jarak fisik dan jumlah orang.

 

“Penyemprotan disinfektan juga sudah. Perlengkapan untuk sanitasi sudah. Kami harap masyarakat bisa menerimanya dan membantu melaksanakan dengan tertib,” pungkas Bendesa Adat Besakih ini. 


AMLAPURA, BALI EXPRESS – Suasana puncak upacara, Karya Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Agung Besakih, Selasa (7/4) sungguh tampak berbeda. Area pura Penataran Agung Besakih tidak dipadati para pamedek, sebagaimana biasanya terlihat pada tahun-tahun sebelumnya.

 

Rangkaian upacara sejak Karya Tawur Tabuh Gentuh, beberapa waktu lalu hingga kemarin hanya melibatkan sedikit krama atau masyarakat adat. Ini untuk menindaklanjuti imbauan pemerintah demi mencegah penyebaran virus dengan menekan kerumunan orang selama penanggulangan wabah Covid 19.

 

Puncak karya Bhatara Turun Kabeh yang bertepatan Purnama Kadasa, itu hanya melibatkan krama Besakih, di antaranya para pemangku, panitia, prajuru. Memang ada beberapa masyarakat luar yang nangkil melaksanakan persembahyangan. Tapi jumlahnya tidak membludak.

 

Panitia karya Jro Mangku Widiartha mengaku bersyukur pelaksanaan puncak upacara berlangsung lancar. “Kita berdoa agar wabah ini segera hilang dan alam Bali kembali bersih seperti sedia kala. Besakih ini kawasan suci, hulunya Bali. Umat Hindu Bali punya sungsungan di Pura Agung Besakih. Kita meminimalisir secara nyata dengan melakukan pencegahan, dan secara niskala digelar upacara,” ucap Jro Mangku Widiartha.

Baca Juga :  57 Titik Kerusakan Terpantau di Tabanan, Kerugian Capai Rp 2,4 M

 

Upacara dipuput 13 sulinggih dan dimulai sejak pukul 11.00. Rangkaiannya diawali persembahyangan bersama hingga pukul 12.30. Menurut Widiartha, semua rentetan upacara juga dihubungkan untuk mendoakan alam dan masyarakat Bali terhindar dari virus Korona yang kini tengah meluas. 

 

Di tengah suasana seperti ini, pihaknya berharap agar masyarakat fokus bersama pemerintah dalam penanggulangan wabah ini. Di sisi lain, pihaknya juga tidak berhak melarang umat nangkil ke Besakih. Hanya saja, upaya untuk meredam penyebaran virus, panitia karya mengeluarkan kebijakan pembatasan jumlah rombongan.

 

Sesuai imbauan, jumlah pamedek dibatasi 25 orang dalam satu rombongan. Dirinya meminta masyarakat menaati imbauan tersebut demi kebaikan bersama. “Yang jelas tidak ada larangan bagi umat untuk sembahyang. Kembali pada masing-masing menyikapi kondisi saat ini,” tegasnya.

Baca Juga :  Diduga Dirudapaksa Tetangga Kos dan Diancam, Siswi SD Trauma

 

Langkah yang diambil panitia karya, atas koordinasi bersama pemerintah dan PHDI, Karya Tawur Tabuh Gentuh dan Ida Bhatara Turun Kabeh telah diringkas pelaksanaannya hingga 14 April, dari rencana awal 28 April. Selama itu, umat yang nangkil ke pura diwajibkan menerapkan physical distancing atau mengatur jarak fisik antar orang.

 

Dalam hal ini, panitia telah mengatur skema bagi umat yang akan melakukan persembahyangan di Pura Penataran Agung Besakih. Misalnya mengenai jumlah orang dan pengaturan jarak duduk. “Selaku panitia, kami bakal berusaha maksimal mengikuti imbauan pemerintah.”

 

Panitia karya juga menyiapkan tempat cuci tangan lengkap dengan peralatan lainnya. Upaya sanitasi selama ini sudah diterapkan sejak awal persiapan upacara. Bahkan beberapa ritual yang telah berlangsung juga telah dilaksanakan dengan menerapkan jarak fisik dan jumlah orang.

 

“Penyemprotan disinfektan juga sudah. Perlengkapan untuk sanitasi sudah. Kami harap masyarakat bisa menerimanya dan membantu melaksanakan dengan tertib,” pungkas Bendesa Adat Besakih ini. 


Most Read

Artikel Terbaru