26.5 C
Denpasar
Tuesday, June 6, 2023

Senderan Jebol, Akses Jalan Sudaji-Sawan Terganggu

BALI EXPRESS, SAWAN – Kekusyukan Warga Dusun Desa, Desa Sudaji, Kecamatan Sawan saat melakasanakan Tapa Brata Penyepian pada Kamis (7/3) sempat terganggu. Pasalnya senderan setinggi 7 meter dengan lebar 30 meter amblas saat diguyur hujan lebat. Akibatnya dentuman keras yang ditimbulkan suara senderan amblas pun membuat warga sekitar kaget.

 

Material longsoran itu langsung menimbun akses jalan dua desa bertetangga, yakni Desa Sudaji dan Desa Sawan Kecamatan Sawan. Beruntung saat senderan milik lahan keluarga Made Pepek, 87 ambruk, tidak ada pejalan kaki maupun kendaraan yang melintas lantaran bertepatan dengan Hari Raya Nyepi. Sehingga tidak menimbulkan adanya korban jiwa.

 

Pantauan Bali Express (Jawa Pos Group) di lokasi pada Jumat (8/3) pagi nampak sejumlah warga bersama BPBD Buleleng berusaha membersihkan timbunan material yang menggunung di ruas jalan kabupaten tersebut. Namun pembersihan belum membuahkan hasil lantaran alat berat dari BPBD Buleleng belum tiba.

 

Anak kandung Made Pepek, Gede Widiada menuturkan longsor itu terjadi sekira pukul 06.30 Wita. Suara longsoran pun terdengar hingga radius 200 meter. Tak pelak banyak warga sekitar yang mendatangi lokasi.

 

“Banyak yang kaget. Suaranya keras. Apalagi karena kebetulan Nyepi, sehingga sangat jelas kedengarannya. Masyarakat langsung beramai-ramai mendatangi lokasi longsor,” ujar Widiada.

 

Baca Juga :  Berdalih Kebutuhan Ekonomi, Komo Bobol Asrama TNI di Banyuning

Widiada menuturkan, saat longsor terjadi sejatinya dirinya tak ada di rumah Sudaji. Melainkan di Blahbatuh Gianyar. Namun kabar jebolnya senderan berusia tiga tahun itu ia peroleh dari keponakannya yang mengubunginya melalui telepon.

 

Begitu menerima kabar Widiada langsung meluncur ke Sudaji. Ia pun sempat meminta surat pengantar dari prajuru adat setempat agar diperbolehkan menuju Sudaji dari Gianyar. Alhasil, tepat pukul 12.30 Widiada pun sampai di tanah kelahirannya.

 

“Dari perjalanan Gianyar ke Buleleng sempat kepikiran bagaimana kalau ada korban? Syukurnya pas Nyepi sehingga tidak ada yang melintas di jalan. Padahal kalau hari normal di jalan ini sangat ramai, ada orang ke pasar, siswa sekolah, pokoknya tidak kebayang kalau terjadi longsor hari-hari normal,” tuturnya.

 

Diduga kuat ambruknya senderan itu akibat tidak kuat menahan air hujan yang terun selama dua hari, sejak Rabu (6/5) hingga Kamis (7/3). Ambruknya senderan tersebut mengakibatkan bangunan rumah kayu bergaya Joglo yang baru direnovasi milik keluarga Made Pepek ikut tergerus hingga jatuh menutup ruas jalan. Diperkirakan kerugian mencapai ratusan juta rupiah.

 

Pada Jumat pagi, warga pun  berjibaku membersihkan material reruntuhan senderan tersebut. Sebab akibat kejadian ini, jalan penghubung antara Desa Sudaji dengan Desa Sawan dan Desa Menyali menjadi tertutup.

 

“Dibuatkan jalan setapak untuk sementara. Kami sudah minta bantuan pada BPBD karena harus dibersihkan dengan alat berat. Jalan ini memang  sering digunakan masyarakat sebagai akses perekonomian antar desa,” terang Camat Sawan, I Gusti Ngurah Suradnyana.

Baca Juga :  Angka Kesembuhan Pasien Covid di Denpasar Meningkat

 

Sejauh ini, warga dari kedua desa bertetangga itu harus melewati jalan Subak sebagai jalan alternatif. Hanya saja jalur alternatif itu merupakan jalan setapak yang hanya bisa dilintasi dengan pejalan kaki. Sedangkan sepeda motor dan mobil tak bisa melewatinya.

 

Selain menimbulkan senderan longsor, hujan lebat juga menyebabkan Setra Alit Desa Pakraman Suwug, Kecamatan Sawan, Buleleng jebol. Beruntung sawa (mayat) yang sudah dikubur tidak ikut tergerus. Terjangan air hanya merusak bagian candi bentar dan tembok penyengker dengan lebar sekitar 6×10 meter.

 

Pemangku Prajapati Setra Desa Pakraman Suwug, Jero Mangku Ketut Gede Rasmawan ditemui di lokasi kejadian menuturkan, jebolnya setra alit ini baru ia ketahui pada Jumat pagi. “Tidak ada mayat yang tergerus. Saya tidak tahu persis kapan kira-kira setra ini jebol, apakah Rabu malam atau saat Nyepi. Saya tahunya pagi tadi,” ucapnya.

 

Akibat musibah ini, Jero Rasmawan mengaku akan segera berkoordinasi dengan aparat desa adat Suwug terkait upacara yang akan dilaksanakan. “Kami rembug dulu. Yang jelas nanti kami akan menggelar upacara Ngeruak, kemudian diperbaiki lagi pondasinya. Setelah itu Mecaru dan Melaspas lagi,” tutupnya.


BALI EXPRESS, SAWAN – Kekusyukan Warga Dusun Desa, Desa Sudaji, Kecamatan Sawan saat melakasanakan Tapa Brata Penyepian pada Kamis (7/3) sempat terganggu. Pasalnya senderan setinggi 7 meter dengan lebar 30 meter amblas saat diguyur hujan lebat. Akibatnya dentuman keras yang ditimbulkan suara senderan amblas pun membuat warga sekitar kaget.

 

Material longsoran itu langsung menimbun akses jalan dua desa bertetangga, yakni Desa Sudaji dan Desa Sawan Kecamatan Sawan. Beruntung saat senderan milik lahan keluarga Made Pepek, 87 ambruk, tidak ada pejalan kaki maupun kendaraan yang melintas lantaran bertepatan dengan Hari Raya Nyepi. Sehingga tidak menimbulkan adanya korban jiwa.

 

Pantauan Bali Express (Jawa Pos Group) di lokasi pada Jumat (8/3) pagi nampak sejumlah warga bersama BPBD Buleleng berusaha membersihkan timbunan material yang menggunung di ruas jalan kabupaten tersebut. Namun pembersihan belum membuahkan hasil lantaran alat berat dari BPBD Buleleng belum tiba.

 

Anak kandung Made Pepek, Gede Widiada menuturkan longsor itu terjadi sekira pukul 06.30 Wita. Suara longsoran pun terdengar hingga radius 200 meter. Tak pelak banyak warga sekitar yang mendatangi lokasi.

 

“Banyak yang kaget. Suaranya keras. Apalagi karena kebetulan Nyepi, sehingga sangat jelas kedengarannya. Masyarakat langsung beramai-ramai mendatangi lokasi longsor,” ujar Widiada.

 

Baca Juga :  Hilangkan Jenuh, Pengungsi di Desa Bukti Buat Kerajinan Serat Gebang

Widiada menuturkan, saat longsor terjadi sejatinya dirinya tak ada di rumah Sudaji. Melainkan di Blahbatuh Gianyar. Namun kabar jebolnya senderan berusia tiga tahun itu ia peroleh dari keponakannya yang mengubunginya melalui telepon.

 

Begitu menerima kabar Widiada langsung meluncur ke Sudaji. Ia pun sempat meminta surat pengantar dari prajuru adat setempat agar diperbolehkan menuju Sudaji dari Gianyar. Alhasil, tepat pukul 12.30 Widiada pun sampai di tanah kelahirannya.

 

“Dari perjalanan Gianyar ke Buleleng sempat kepikiran bagaimana kalau ada korban? Syukurnya pas Nyepi sehingga tidak ada yang melintas di jalan. Padahal kalau hari normal di jalan ini sangat ramai, ada orang ke pasar, siswa sekolah, pokoknya tidak kebayang kalau terjadi longsor hari-hari normal,” tuturnya.

 

Diduga kuat ambruknya senderan itu akibat tidak kuat menahan air hujan yang terun selama dua hari, sejak Rabu (6/5) hingga Kamis (7/3). Ambruknya senderan tersebut mengakibatkan bangunan rumah kayu bergaya Joglo yang baru direnovasi milik keluarga Made Pepek ikut tergerus hingga jatuh menutup ruas jalan. Diperkirakan kerugian mencapai ratusan juta rupiah.

 

Pada Jumat pagi, warga pun  berjibaku membersihkan material reruntuhan senderan tersebut. Sebab akibat kejadian ini, jalan penghubung antara Desa Sudaji dengan Desa Sawan dan Desa Menyali menjadi tertutup.

 

“Dibuatkan jalan setapak untuk sementara. Kami sudah minta bantuan pada BPBD karena harus dibersihkan dengan alat berat. Jalan ini memang  sering digunakan masyarakat sebagai akses perekonomian antar desa,” terang Camat Sawan, I Gusti Ngurah Suradnyana.

Baca Juga :  Berdalih Kebutuhan Ekonomi, Komo Bobol Asrama TNI di Banyuning

 

Sejauh ini, warga dari kedua desa bertetangga itu harus melewati jalan Subak sebagai jalan alternatif. Hanya saja jalur alternatif itu merupakan jalan setapak yang hanya bisa dilintasi dengan pejalan kaki. Sedangkan sepeda motor dan mobil tak bisa melewatinya.

 

Selain menimbulkan senderan longsor, hujan lebat juga menyebabkan Setra Alit Desa Pakraman Suwug, Kecamatan Sawan, Buleleng jebol. Beruntung sawa (mayat) yang sudah dikubur tidak ikut tergerus. Terjangan air hanya merusak bagian candi bentar dan tembok penyengker dengan lebar sekitar 6×10 meter.

 

Pemangku Prajapati Setra Desa Pakraman Suwug, Jero Mangku Ketut Gede Rasmawan ditemui di lokasi kejadian menuturkan, jebolnya setra alit ini baru ia ketahui pada Jumat pagi. “Tidak ada mayat yang tergerus. Saya tidak tahu persis kapan kira-kira setra ini jebol, apakah Rabu malam atau saat Nyepi. Saya tahunya pagi tadi,” ucapnya.

 

Akibat musibah ini, Jero Rasmawan mengaku akan segera berkoordinasi dengan aparat desa adat Suwug terkait upacara yang akan dilaksanakan. “Kami rembug dulu. Yang jelas nanti kami akan menggelar upacara Ngeruak, kemudian diperbaiki lagi pondasinya. Setelah itu Mecaru dan Melaspas lagi,” tutupnya.


Most Read

Artikel Terbaru