29.8 C
Denpasar
Wednesday, March 22, 2023

Pendapatan Anjlok, Jaspel di RSUD Buleleng Terimbas

SINGARAJA, BALI EXPRESS-Pendapatan jasa pelayanan (Jaspel) yang diterima tenaga medis maupun teknis di RSUS Buleleng terkena imbas. Pasalnya, pendapatan rumah sakit plat merah tersebut turun signifikan.

Kondisi ini sebagai imbas atas turunnya kunjungan pasien akibat penerapan sistem rujukan online (Rujol) berjenjang bagi pasien yang menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dirut RSUD Buleleng, dr. Gede Wiartana menjelaskan, rata-rata pendapatan rumah sakit mengalami penurunan hingga 25,51 persen per bulan. Biasanya pendapatan di RSUD Buleleng mencapai Rp 9,8 miliar per bulan.

Namun sepanjang tahun ini, pendapatan turun menjadi Rp 7,3 miliar per bulan. Margin laba makin tipis, karena manajemen harus mengeluarkan tambahan biaya operasional pada masa pandemi ini. Bahkan, bila merujuk data kunjungan pasien, memang terjadi penurunan drastis. Untuk instalasi rawat jalan, kunjungan turun hingga 40 persen. Sementara untuk instalasi rawat inap, kunjungan turun sebesar 12,5 persen.

Baca Juga :  Antis dan tiket.com Bentuk Program Long Stay & VACcation Rewards

“Sedangkan suasana Covid begini, belanja operasional kami meningkat. Seperti pegawai harus pakai masker dari sebelumnya tidak. Untuk operasi juga harus menggunakan APD level 3. Ruangan juga harus dilakukan sterilisasi rutin, ini kan sebelumnya tidak intens kami lakukan,” ujar Wiartana, Kamis (9/7).

Penurunan pendapatan itu, sebut Wiartana, bukan karena turunnya pasien pada masa pandemi Covid-19. Namun, karena pola rujukan online (rujol) yang diterapkan pada pasien yang menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pihaknya pun tak bisa berbuat banyak, karena prosedur rujukan itu sudah menjadi kebijakan pemerintah.

Secara aturan, dalam rujukan berjenjang tersebut, pasien rawat jalan tidak sampai ke RSUD. Sebab, pasien rawat jalan cukup dirujuk hingga rumah sakit dengan tipe D. Sedangkan RSUD yang sudah naik kelas menjadi tipe B, hanya bisa menerima pasien bila kondisi gawat darurat. “Hal yang bisa kami lakukan ya melakukan efisiensi. Mutu dan kualitas layanan kan tidak boleh kami turunkan. Intinya kami tetap menjaga mutu,” terangnya lagi. 

Baca Juga :  Mobil Dinas Inspektorat Tabanan Tabrakan Beruntun

Terpisah, Ketua Komisi IV DPRD Buleleng Luh Hesti Ranitasari, mengatakan, grafik penurunan yang terjadi di RSUD Buleleng memang cukup berdampak. Selain itu, masyarakat juga kini memilih membatasi kunjungan mereka ke fasilitas kesehatan. “Rujukan online juga berdampak, karena ada beberapa kriteria yang tidak bisa langsung dirujuk ke RSUD. Ini harus dengan tingkat keseriusan penyakit. Situasi Covid ini memang berdampak,” singkat Rani.


SINGARAJA, BALI EXPRESS-Pendapatan jasa pelayanan (Jaspel) yang diterima tenaga medis maupun teknis di RSUS Buleleng terkena imbas. Pasalnya, pendapatan rumah sakit plat merah tersebut turun signifikan.

Kondisi ini sebagai imbas atas turunnya kunjungan pasien akibat penerapan sistem rujukan online (Rujol) berjenjang bagi pasien yang menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dirut RSUD Buleleng, dr. Gede Wiartana menjelaskan, rata-rata pendapatan rumah sakit mengalami penurunan hingga 25,51 persen per bulan. Biasanya pendapatan di RSUD Buleleng mencapai Rp 9,8 miliar per bulan.

Namun sepanjang tahun ini, pendapatan turun menjadi Rp 7,3 miliar per bulan. Margin laba makin tipis, karena manajemen harus mengeluarkan tambahan biaya operasional pada masa pandemi ini. Bahkan, bila merujuk data kunjungan pasien, memang terjadi penurunan drastis. Untuk instalasi rawat jalan, kunjungan turun hingga 40 persen. Sementara untuk instalasi rawat inap, kunjungan turun sebesar 12,5 persen.

Baca Juga :  Dipanggil Menhub Soal Bandara, Bupati Suradnyana Siapkan Aksesibilitas

“Sedangkan suasana Covid begini, belanja operasional kami meningkat. Seperti pegawai harus pakai masker dari sebelumnya tidak. Untuk operasi juga harus menggunakan APD level 3. Ruangan juga harus dilakukan sterilisasi rutin, ini kan sebelumnya tidak intens kami lakukan,” ujar Wiartana, Kamis (9/7).

Penurunan pendapatan itu, sebut Wiartana, bukan karena turunnya pasien pada masa pandemi Covid-19. Namun, karena pola rujukan online (rujol) yang diterapkan pada pasien yang menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pihaknya pun tak bisa berbuat banyak, karena prosedur rujukan itu sudah menjadi kebijakan pemerintah.

Secara aturan, dalam rujukan berjenjang tersebut, pasien rawat jalan tidak sampai ke RSUD. Sebab, pasien rawat jalan cukup dirujuk hingga rumah sakit dengan tipe D. Sedangkan RSUD yang sudah naik kelas menjadi tipe B, hanya bisa menerima pasien bila kondisi gawat darurat. “Hal yang bisa kami lakukan ya melakukan efisiensi. Mutu dan kualitas layanan kan tidak boleh kami turunkan. Intinya kami tetap menjaga mutu,” terangnya lagi. 

Baca Juga :  Tingkatkan PAD, Fraksi PDIP Usul Pemkab Gianyar Buat Gebyar IMB

Terpisah, Ketua Komisi IV DPRD Buleleng Luh Hesti Ranitasari, mengatakan, grafik penurunan yang terjadi di RSUD Buleleng memang cukup berdampak. Selain itu, masyarakat juga kini memilih membatasi kunjungan mereka ke fasilitas kesehatan. “Rujukan online juga berdampak, karena ada beberapa kriteria yang tidak bisa langsung dirujuk ke RSUD. Ini harus dengan tingkat keseriusan penyakit. Situasi Covid ini memang berdampak,” singkat Rani.


Most Read

Artikel Terbaru