SINGARAJA, BALI EXPRESS – Merebaknya kasus kematian babi secara massal di beberapa daerah di Bali, membuat harga daging babi anjlok jelang hari raya Galungan dan Kuningan. Padahal momen hari raya ini selalu menjadi berkah bagi para peternak babi, lantaran tingginya permintaan akan daging babi.
Kondisi ini pun terpaksa disiasati sejumlah peternak di Desa Panji, Kecamatan Sukasada dengan menjual babinya lebih awal. Karena mereka pun tak ingin merugi. Hal itu seperti dilakukan peternak babi Nyoman Arga Budiarsana, yang kini masih menyisakan tiga ekor ternak babinya. Arga yang tergabung dalam Kelompok Tani Ternak Merta Sari Desa Panji, mengaku sudah menjual enam ekor babinya yang lain baru-baru ini dengan harga di bawah harga standar.
“Waswas juga karena awam sekali dengan virus ini. Apalagi kami sebagai peternak kecil, karena belum ada petugas kesini,” ujar Arga.
Harga daging babi dalam kondisi hidup ini pun anjlok ke angka Rp 26 ribu per kilogram. Padahal di hari-hari biasa harga babi per kilogramnya bisa mencapai Rp 30 ribu. “Padahal saat Galungan dan Kuningan harganya biasanya kan naik,” jelas Arga.
Sejauh ini, Arga sebatas melakukan langkah antisipatif dengan menyemprotkan disinfektan ke kandang seperti yang dibacanya di media sosial. Upaya itu diyakininya bisa menangkal penyakit yang menyerang babi peliharaannya.
Berbeda dengan Arga, Made Pasek Mustika, peternak babi rumahan lainnya, yang juga anggota Kelompok Tani Ternak Merta Sari Desa Panji justru mengaku pasrah. Hanya saja dirinya mengaku tak merespons berlebihan merebaknya kasus kematian babi tersebut.
“Saya coba biasa saja. Apalagi hanya pelihara sedikit. Cuma pelihara indukan dua ekor, dan delapan anakan, pakannya babi dari batang pisang, bayam dan dedak,” katanya.
Hingga kini, belum ada petugas kesehatan hewan atau penyuluh peternakan yang datang untuk memberikan informasi yang tepat terkait virus yang mematikan babi ini. Para peternak babi rumahan seperti dirinya, berharap dinas terkait di Buleleng, dapat memberikan informasi yang akurat terkait wabah yang terjadi, terkait dengan cara pencegahan dan cara penanggulangan.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng I Made Sumiarta mengatakan, sejauh ini tim penyuluhnya masih terus bergerak melakukan sosialisasi dan pemberian disinfektan kepada peternak babi. Hanya saja masih difokuskan pada peternak menengah dan besar yang ada di Buleleng. Namun dirinya tak menutup akses peternak skala kecil sepanjang mau aktif mencari dan menginformasikan ke Dinas Pertanian.
“Petugas kami sudah door to door tetapi mungkin belum sampai ke pedalaman. Sejauh ini sasaran pertama peternak yang budidayakan babi dalam jumlah besar. Astungkara sebelum Galungan semua peternak babi rumahan di Buleleng sudah tercover semua,” singkat Sumiarta.