25.4 C
Denpasar
Monday, March 27, 2023

Dinas Pertanian Badung Panen Bawang Merah Demplot Subak Sengempel

MANGUPURA, BALI EXPRESS – Beberapa komoditi pertanian mendapat perhatian serius dari pemerintah, salah satunya adalah bawang merah. Komoditi ini merupakan produk unggulan nasional yang keberadaannya sering memicu inflasi. Hal tersebut dikarenakan bawang merah tidak tersedia sepanjang tahun, produksi bawang merah lebih tinggi di musim kemarau, sedangkan di musim hujan produksi menurun.

Akibatnya, para petani enggan untuk menanam bawang merah, karena memang risikonya tinggi, apalagi saat musim hujan. Makanya, pada musim hujan akan berpengaruh terhadap kenaikan harga bawang merah.

HASIL : Kadis Pertanian dan Pangan Badung I Wayan Wijana menunjukkan bawang merah hasil panen di Subak Sengenpel cukup bagus.

Guna mengatasi masalah tersebut, Pemkab Badung melalui Dinas Pertanian dan Pangan, mulai mencarikan solusi untuk mengatasi permasalahan. Dalam hal ini, Dinas Pertanian, mencoba mengembangan pertanian bawang merah dalam bentuk Demontration Plot (Demplot) saat musim hujan, dengan sistem sungkup.

Demplot yang dikembangkan di Subak Sengempel, Desa Bongkasa, Abiansemal ini, menggunakan lahan seluas 0,5 Ha.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung, I Wayan Wijana mengatakan, dari hasil Demplot yang dikembangkan di Subak Sengempel, ternyata cukup bagus. Pihaknya pun berharap para petani yang terlibat dalam demplot ini, memiliki pengalaman untuk pengembangan budidaya bawang merah.

Baca Juga :  Meski masih Pro-Kontra, Koster mulai Siapkan SOP Balian

“Seperti diketahui bersama, bawang merah merupakan salah satu komoditi yang sering menjadi pemicu inflasi, selain juga cabai. Selama ini, para petani enggan menanam bawang merah karena memang risikonya tinggi, apalagi saat musim hujan,” ujar Wijana, saat ditemui usai panen bawang merah di Subak Sengempel, Desa Bongkasa, Abiansemal, Badung, Jumat (10/2).

Menurutnya, selain nantinya dapat dijual untuk meningkatkan kesejahteraan petani, sebagian dari hasil panen juga diharapkan dapat disisihkan, yang nantinya bisa dijadikan bibit. “Hasil panen hari ini (Jumat) cukup bagus. Selain nantinya bisa untuk meningkatkan kesejahteraan petani, sebagian juga dapat disisihkan dan bisa digunakan sebagai bibit pada penanaman selanjutnya,” harapnya.

Melihat kondisi pasar untuk komoditi bawang merah yang selama ini mengalami fluktuasi, kedepan pihaknya berharap, para petani bisa terus mengikuti perkembangan pasar. Apalagi saat ini harga cabai dan bawang cukup tinggi. Tentu dari hal ini petani harus bisa menyediakan komoditi sesuai kebutuhan Pasar. Sehingga kedepannya bisa memberikan manfaat lebih untuk petani.

Baca Juga :  Pengurus BUMDes Mekar Laba Didakwa Rugikan Negara 280 Juta

Demplot pada tahun 2022 melalui anggaran APBD perubahan, memanfaatkan lahan seluas 0,5 Ha. Dalam pelaksanaan Demplot bawang merah ini, turut melibatkan petani pelaksana demplot sebanyak 7 orang.

Dalam pengembangannya, petani diberikan bahan-bahan untuk demplot bawang merah berupa benih bawang merah, kapur pertanian, pupuk organik, pupuk NPK, pupuk ZA, Insektisida, fungisida, mulsa hitam, plastik UV, bambu dan pelobang mulsa.

Selain itu, juga didampingi pihak dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali (BPTP BALI). Dari hasil pelaksanaan demplot seluas 0,5 Ha, telah dilakukan ubinan untuk mengetahui estimasi produksi bawang merah hasil dari pelaksanaan demplot. Dari Ubinan ini, diketahui dengan produksi untuk luasan 0,5 HA, menghasilkan sebanyak sebanyak 7.200 Kg (umbi basah), yang setara dengan 4.320 KG (umbi kering).

Selanjutnya, pada APBD tahun 2023, Kabupaten Badung dalam rangka perluasan areal tanam tanaman Bawang merah, juga dilaksanakan kegiatan pengembangan bawang merah seluas 1 Ha yang berlokasi di kecamatan mengwi kegiatan tahun 2023.

 






Reporter: I Putu Resa Kertawedangga

MANGUPURA, BALI EXPRESS – Beberapa komoditi pertanian mendapat perhatian serius dari pemerintah, salah satunya adalah bawang merah. Komoditi ini merupakan produk unggulan nasional yang keberadaannya sering memicu inflasi. Hal tersebut dikarenakan bawang merah tidak tersedia sepanjang tahun, produksi bawang merah lebih tinggi di musim kemarau, sedangkan di musim hujan produksi menurun.

Akibatnya, para petani enggan untuk menanam bawang merah, karena memang risikonya tinggi, apalagi saat musim hujan. Makanya, pada musim hujan akan berpengaruh terhadap kenaikan harga bawang merah.

HASIL : Kadis Pertanian dan Pangan Badung I Wayan Wijana menunjukkan bawang merah hasil panen di Subak Sengenpel cukup bagus.

Guna mengatasi masalah tersebut, Pemkab Badung melalui Dinas Pertanian dan Pangan, mulai mencarikan solusi untuk mengatasi permasalahan. Dalam hal ini, Dinas Pertanian, mencoba mengembangan pertanian bawang merah dalam bentuk Demontration Plot (Demplot) saat musim hujan, dengan sistem sungkup.

Demplot yang dikembangkan di Subak Sengempel, Desa Bongkasa, Abiansemal ini, menggunakan lahan seluas 0,5 Ha.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung, I Wayan Wijana mengatakan, dari hasil Demplot yang dikembangkan di Subak Sengempel, ternyata cukup bagus. Pihaknya pun berharap para petani yang terlibat dalam demplot ini, memiliki pengalaman untuk pengembangan budidaya bawang merah.

Baca Juga :  Meski masih Pro-Kontra, Koster mulai Siapkan SOP Balian

“Seperti diketahui bersama, bawang merah merupakan salah satu komoditi yang sering menjadi pemicu inflasi, selain juga cabai. Selama ini, para petani enggan menanam bawang merah karena memang risikonya tinggi, apalagi saat musim hujan,” ujar Wijana, saat ditemui usai panen bawang merah di Subak Sengempel, Desa Bongkasa, Abiansemal, Badung, Jumat (10/2).

Menurutnya, selain nantinya dapat dijual untuk meningkatkan kesejahteraan petani, sebagian dari hasil panen juga diharapkan dapat disisihkan, yang nantinya bisa dijadikan bibit. “Hasil panen hari ini (Jumat) cukup bagus. Selain nantinya bisa untuk meningkatkan kesejahteraan petani, sebagian juga dapat disisihkan dan bisa digunakan sebagai bibit pada penanaman selanjutnya,” harapnya.

Melihat kondisi pasar untuk komoditi bawang merah yang selama ini mengalami fluktuasi, kedepan pihaknya berharap, para petani bisa terus mengikuti perkembangan pasar. Apalagi saat ini harga cabai dan bawang cukup tinggi. Tentu dari hal ini petani harus bisa menyediakan komoditi sesuai kebutuhan Pasar. Sehingga kedepannya bisa memberikan manfaat lebih untuk petani.

Baca Juga :  Ikuti Vaksinasi Covid-19, Lansia Dijemput Polisi

Demplot pada tahun 2022 melalui anggaran APBD perubahan, memanfaatkan lahan seluas 0,5 Ha. Dalam pelaksanaan Demplot bawang merah ini, turut melibatkan petani pelaksana demplot sebanyak 7 orang.

Dalam pengembangannya, petani diberikan bahan-bahan untuk demplot bawang merah berupa benih bawang merah, kapur pertanian, pupuk organik, pupuk NPK, pupuk ZA, Insektisida, fungisida, mulsa hitam, plastik UV, bambu dan pelobang mulsa.

Selain itu, juga didampingi pihak dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali (BPTP BALI). Dari hasil pelaksanaan demplot seluas 0,5 Ha, telah dilakukan ubinan untuk mengetahui estimasi produksi bawang merah hasil dari pelaksanaan demplot. Dari Ubinan ini, diketahui dengan produksi untuk luasan 0,5 HA, menghasilkan sebanyak sebanyak 7.200 Kg (umbi basah), yang setara dengan 4.320 KG (umbi kering).

Selanjutnya, pada APBD tahun 2023, Kabupaten Badung dalam rangka perluasan areal tanam tanaman Bawang merah, juga dilaksanakan kegiatan pengembangan bawang merah seluas 1 Ha yang berlokasi di kecamatan mengwi kegiatan tahun 2023.

 






Reporter: I Putu Resa Kertawedangga

Most Read

Artikel Terbaru