25.4 C
Denpasar
Monday, March 27, 2023

Penghuni PPS Tak Dimanja, Kakatua Stres Ingin Bunuh Diri

TABANAN, BALI EXPRESS -Pusat  Penyelamatan Satwa (PPS) Tabanan atau dikenal juga dengan sebutan Bali Wildlife Rescue Center (BWRC) yang berlokasi di Banjar Dukuh, Jalan Teratai No 49, Tabanan, merupakan salah satu mitra Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk penanganan satwa liar hasil sitaan, sebelum dilepasliarkan ke habitatnya.

Manajer pengelola PPS Tabanan, drh. Ayu Risdasari Tiyar Noviarini, ketika ditemui di Kantor PPS Kamis (9/2), menyebutkan untuk saat ini PPS Tabanan dihuni 55 ekor satwa yang sebagian besar berstatus sebagai satwa dilindungi.

“Satwa-satwa ini ada yang berasal dari sitaan BKSDA, penyerahan langsung dari masyarakat hingga ada juga satwa yang ditemukan oleh masyarakat dalam kondisi terluka. Saat ini penghuni PPS ada 55 ekor satwa, sebagian besar adalah bangsa burung, seperti Elang, Kakatua ada juga burung Kasturi, dan Jalak Bali,” jelasnya.

Selain jenis burung, di PPS ini juga ada hewan lain, seperti Binturong, Buaya, Ular  Piton, Kambing Gembrong yang merupakan kambing endemik Bali dan Beruang Madu yang diberi nama Balu.

Baca Juga :  Buntut Unggahan Status FB Ketua Komisi II DPRD Jembrana, PT RKS Temui Sekwan

Sedangkan jenis primata, untuk saat ini dikatakan drh. Rini sudah tidak ada lagi, karena beberapa ekor Owa Jawa sudah dilepasliarkan ke habitatnya di Jawa Timur pada bulan Januari lalu.

Lama tinggal hewan-hewan yang ada di PPS ini tergantung pada kondisi hewan tersebut. Ada beberapa satwa yang menjadi penghuni terlama PPS ini, antara lain beruang madu yang diberi nama Balu yang menghuni PPS selama 7 tahun dan seekor Elang yang sudah menghuni sejak 10 tahun lalu.

Kondisi si elang ini cukup memprihatinkan karena sayapnya sudah dipotong sehingg tidak bisa dilepasliarkan lagi. Beruang Balu, lanjut drh. Rini, merupakan hewan sitaan dari BKSDA yang didapat dari warga asal Batubulan. Menurut drh. Rini, beruang Balu sebelumnya dipelihara oleh warga setelah dibeli dari pasar gelap hewan seharga Rp 7 juta. Namun karena tidak sanggup memelihara, akhirnya Beruang Balu diserahkan ke BKSDA, dan dari BKSDA diserahkan ke PPS untuk dilatih menjadi liar.

Baca Juga :  Hasil Swab PDP 03 Membingungkan, Dinkes Buleleng Konsultasi ke WHO

Secara umum, kondisi hewan di PPS Tabanan ini sudah dalam proses menjadi liar. Namun banyak juga hewan, khususnya dari bangsa burung yang masih dalam kondisi stress. Salah satunya Kakatua Jambul Kuning yang baru enam bulan menghuni PPS ini, dalam kondisi ingin bunuh diri dengan cara melukai dirinya sendiri karena tidak dimanjakan lagi oleh pemiliknya.

Untuk hewan yang stres ini, drh. Rini mengaku tetap memberikan perawatan,seperti mengobati luka boroknya dan sesekali membiarkan si burung Kakatua untuk bermain dengan manusia. “Bila langsung kita cuekin, maka dia akan semakin stres dan semakin melukai dirinya sendiri,” ungkap drh. Rini.

Dikatakannya, per bulan PPS menghabiskan dana operasional hingga Rp 45 juta. Untuk sumber dananya berasal dari donasi para relawan ada juga yang berasal dari volunteer asing yang menginap di PPS ini.

 






Reporter: IGA Kusuma Yoni

TABANAN, BALI EXPRESS -Pusat  Penyelamatan Satwa (PPS) Tabanan atau dikenal juga dengan sebutan Bali Wildlife Rescue Center (BWRC) yang berlokasi di Banjar Dukuh, Jalan Teratai No 49, Tabanan, merupakan salah satu mitra Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk penanganan satwa liar hasil sitaan, sebelum dilepasliarkan ke habitatnya.

Manajer pengelola PPS Tabanan, drh. Ayu Risdasari Tiyar Noviarini, ketika ditemui di Kantor PPS Kamis (9/2), menyebutkan untuk saat ini PPS Tabanan dihuni 55 ekor satwa yang sebagian besar berstatus sebagai satwa dilindungi.

“Satwa-satwa ini ada yang berasal dari sitaan BKSDA, penyerahan langsung dari masyarakat hingga ada juga satwa yang ditemukan oleh masyarakat dalam kondisi terluka. Saat ini penghuni PPS ada 55 ekor satwa, sebagian besar adalah bangsa burung, seperti Elang, Kakatua ada juga burung Kasturi, dan Jalak Bali,” jelasnya.

Selain jenis burung, di PPS ini juga ada hewan lain, seperti Binturong, Buaya, Ular  Piton, Kambing Gembrong yang merupakan kambing endemik Bali dan Beruang Madu yang diberi nama Balu.

Baca Juga :  Tempat Jualan Disebut Terlalu Tinggi, Pedagang Pasar Badung Mengeluh

Sedangkan jenis primata, untuk saat ini dikatakan drh. Rini sudah tidak ada lagi, karena beberapa ekor Owa Jawa sudah dilepasliarkan ke habitatnya di Jawa Timur pada bulan Januari lalu.

Lama tinggal hewan-hewan yang ada di PPS ini tergantung pada kondisi hewan tersebut. Ada beberapa satwa yang menjadi penghuni terlama PPS ini, antara lain beruang madu yang diberi nama Balu yang menghuni PPS selama 7 tahun dan seekor Elang yang sudah menghuni sejak 10 tahun lalu.

Kondisi si elang ini cukup memprihatinkan karena sayapnya sudah dipotong sehingg tidak bisa dilepasliarkan lagi. Beruang Balu, lanjut drh. Rini, merupakan hewan sitaan dari BKSDA yang didapat dari warga asal Batubulan. Menurut drh. Rini, beruang Balu sebelumnya dipelihara oleh warga setelah dibeli dari pasar gelap hewan seharga Rp 7 juta. Namun karena tidak sanggup memelihara, akhirnya Beruang Balu diserahkan ke BKSDA, dan dari BKSDA diserahkan ke PPS untuk dilatih menjadi liar.

Baca Juga :  Berkeliaran di Malam Hari, Pemulung Ini Disangka Penculik, Nyaris Diamuk Massa

Secara umum, kondisi hewan di PPS Tabanan ini sudah dalam proses menjadi liar. Namun banyak juga hewan, khususnya dari bangsa burung yang masih dalam kondisi stress. Salah satunya Kakatua Jambul Kuning yang baru enam bulan menghuni PPS ini, dalam kondisi ingin bunuh diri dengan cara melukai dirinya sendiri karena tidak dimanjakan lagi oleh pemiliknya.

Untuk hewan yang stres ini, drh. Rini mengaku tetap memberikan perawatan,seperti mengobati luka boroknya dan sesekali membiarkan si burung Kakatua untuk bermain dengan manusia. “Bila langsung kita cuekin, maka dia akan semakin stres dan semakin melukai dirinya sendiri,” ungkap drh. Rini.

Dikatakannya, per bulan PPS menghabiskan dana operasional hingga Rp 45 juta. Untuk sumber dananya berasal dari donasi para relawan ada juga yang berasal dari volunteer asing yang menginap di PPS ini.

 






Reporter: IGA Kusuma Yoni

Most Read

Artikel Terbaru