TABANAN, BALI EXPRESS -Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tabanan atau dikenal juga dengan sebutan Bali Wildlife Rescue Center (BWRC) yang berlokasi di Banjar Dukuh, Jalan Teratai No 49, Tabanan, merupakan salah satu mitra Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk penanganan satwa liar hasil sitaan, sebelum dilepasliarkan ke habitatnya.
Manajer pengelola PPS Tabanan, drh. Ayu Risdasari Tiyar Noviarini, ketika ditemui di Kantor PPS Kamis (9/2), menyebutkan untuk saat ini PPS Tabanan dihuni 55 ekor satwa yang sebagian besar berstatus sebagai satwa dilindungi.
“Satwa-satwa ini ada yang berasal dari sitaan BKSDA, penyerahan langsung dari masyarakat hingga ada juga satwa yang ditemukan oleh masyarakat dalam kondisi terluka. Saat ini penghuni PPS ada 55 ekor satwa, sebagian besar adalah bangsa burung, seperti Elang, Kakatua ada juga burung Kasturi, dan Jalak Bali,” jelasnya.
Selain jenis burung, di PPS ini juga ada hewan lain, seperti Binturong, Buaya, Ular Piton, Kambing Gembrong yang merupakan kambing endemik Bali dan Beruang Madu yang diberi nama Balu.
Sedangkan jenis primata, untuk saat ini dikatakan drh. Rini sudah tidak ada lagi, karena beberapa ekor Owa Jawa sudah dilepasliarkan ke habitatnya di Jawa Timur pada bulan Januari lalu.
Lama tinggal hewan-hewan yang ada di PPS ini tergantung pada kondisi hewan tersebut. Ada beberapa satwa yang menjadi penghuni terlama PPS ini, antara lain beruang madu yang diberi nama Balu yang menghuni PPS selama 7 tahun dan seekor Elang yang sudah menghuni sejak 10 tahun lalu.
Kondisi si elang ini cukup memprihatinkan karena sayapnya sudah dipotong sehingg tidak bisa dilepasliarkan lagi. Beruang Balu, lanjut drh. Rini, merupakan hewan sitaan dari BKSDA yang didapat dari warga asal Batubulan. Menurut drh. Rini, beruang Balu sebelumnya dipelihara oleh warga setelah dibeli dari pasar gelap hewan seharga Rp 7 juta. Namun karena tidak sanggup memelihara, akhirnya Beruang Balu diserahkan ke BKSDA, dan dari BKSDA diserahkan ke PPS untuk dilatih menjadi liar.
Secara umum, kondisi hewan di PPS Tabanan ini sudah dalam proses menjadi liar. Namun banyak juga hewan, khususnya dari bangsa burung yang masih dalam kondisi stress. Salah satunya Kakatua Jambul Kuning yang baru enam bulan menghuni PPS ini, dalam kondisi ingin bunuh diri dengan cara melukai dirinya sendiri karena tidak dimanjakan lagi oleh pemiliknya.
Untuk hewan yang stres ini, drh. Rini mengaku tetap memberikan perawatan,seperti mengobati luka boroknya dan sesekali membiarkan si burung Kakatua untuk bermain dengan manusia. “Bila langsung kita cuekin, maka dia akan semakin stres dan semakin melukai dirinya sendiri,” ungkap drh. Rini.
Dikatakannya, per bulan PPS menghabiskan dana operasional hingga Rp 45 juta. Untuk sumber dananya berasal dari donasi para relawan ada juga yang berasal dari volunteer asing yang menginap di PPS ini.