TABANAN, BALI EXPRESS – Dinas Pendidikan (Disdik) Tabanan hingga kini masih belum berancang-ancang menambah durasi pembelajaran tatap muka atau PTM pada masing-masing tingkatan dalam satu minggunya.
Meskipun dari hasil pantauan sementara ini, pelaksanaan PTM di masing-masing sekolah pada tiap tingkatan relatif berjalan baik. Serta belum ditemukan adanya indikasi kemunculan klaster baru.
Seperti ditegaskan Kepala Disdik Tabanan, I Nyoman Putra, pihaknya baru akan mempertimbangkan penambahan durasi PTM dalam satu minggunya setelah masa transisi selesai.
Adapun masa transisi ini berlangsung selama dua bulan. Terhitung sejak PTM pertama kali dilaksanakan pada 1 Oktober 2021 lalu. Sebagaimana skenario pelaksanaan PTM yang telah ditetapkan sebelumnya.
“Belum. Kami belum sampai mengarah itu. Saat ini kami masih fokus melakukan evaluasi dan monitoring secara acak di setiap sekolah pada masing-masing kecamatan,” jelas Putra, Selasa (12/10).
Menurutnya, pihaknya telah membentuk sepuluh tim monev (monitoring dan evaluasi) perkecamatan. Satu kecamatan dimonitor dan dievaluasi satu tim yang terdiri dari lima orang.
“Memang tidak semua sekolah bisa didatangi setiap satu kali turun. Evaluasi kami lakukan secara acak setiap ada pelaksanaan PTM,” imbuhnya.
Nantinya, sambung dia, bila masa transisi yang lamanya dua bulan tersebut terlewati, pihaknya akan melakukan koordinasi lebih menyeluruh. Memastikan apakah peluang untuk menambah hari pelaksanaan PTM dalam satu minggunya perlu ditambah. Atau ditetapkan sementara seperti skenario yang telah berjalan sejauh ini.
“Parameternya tetap pada kesiapan sekolah sebagai satuan pendidikan dalam menjalankan prokes (protokol kesehatan),” tegas Putra.
Dari pantauan sementara, menurutnya, pelaksanaan PTM serta penerapan prokes di masing-masing sekolah telah berjalan dengan baik. Pihaknya berharap situasi ini bertahan, tidak ada muncul klaster baru, serta ditunjang dengan status PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang tetap bertahan paling tinggi di level tiga. “Syukur-syukur di level dua atau turun,” sambungnya.
Sebagai gambaran awal, bila nantinya hari pelaksanaan PTM memungkinkan dilakukan, pada masing-masing tingkatan akan disesuaikan dengan kondisi setiap sekolah dan rombongan belajar (rombel) dalam satu kelas yang dimiliki.
Untuk SD, penambahan bisa dilakukan menjadi enam kali dalam seminggu. Begitu juga dengan SMP. Dengan tetap memperhatikan batas maksimal peserta PTM dalam satu rombel. Tidak boleh lebih dari 50 persen dari jumlah rombel.
“Untuk jam belajarnya tetap 90 menit tanpa istirahat. Dan ini kalau situasi setelah masa transisi benar-benar mendukung,” tegasnya kembali.