KARANGASEM, BALI EXPRESS – Selain kawan bisa menjadi lawan di dunia politik, ternyata suami istri pun bisa menjadi lawan politik dalam memperebutkan jabatan. Seperti yang terjadi pada pemilihan perbekel (pilkel) serentak di Kabupaten Karangasem, khusus di Desa Ababi, Abang, Karangasem, suami istri akan bertarung dalam perebutan kursi kepala desa disana.
Pada pilkades serentak yang akan dilaksaakan pada (21/5) mendatang, Desa Ababi, Abang, Karangasem turut akan memilih calon pemimpin di desanya. Terdapat dua calon sudah ditetapkan akan bertarung dalam pemilihan nanti, yakni I Wayan Siki yang notabene sebagai incumbent, akan berhadapan dengan Ni Nengah Suniarniti. Namun siapa sangka, ternyata kedua calon tersebut adalah pasangan suami istri.
Ternyata, majunya Ni Nengah Suniarniti bukanlah benar-benar untuk bertarung memperebutkan jabatan, melainkan hanya sebagai pendamping. Tidak ada ambisi sedikitpun didalam benatnya untuk bertarung dalam pilkades ini, apalagi yang akan dilawan adalah suaminya sendiri. “Sebagai pendaming saja, saya tidak ada ambisi untuk maju sebenarnya,” ucap Suniarniti pada Senin (16/5).
Sementara I Wayan Siki menjelaskan, ketika dibukanya pendaftaran calon tahap pertama sampai penutupan, tidak ada satupun calon yang mendaftarkan diri yang akan bertarung dengannya nanti. Karena tidak ada yang mendaftar, dirinya pun tidak langsung menyuruh istrinya untuk mendaftar, akan tetapi diadakan perpanjangan waktu untuk mendaftarkan calon. “Karena tidak dapat, saya suruh istri untuk lengkapi surat-surat. Kemudian dibuka perpanjangan, muncul lah calon, pak Made Kawidana,” ujar Siki.
Tetapi, Siki menyebut, sampai hari H penutupan pendaftaran, Made Kawidana disebutnya tidak kunjung mendaftarkan diri sebagai calon. Menjelang 30 menit waktu penutupan pendaftaran berakhir, Made Kawidana pun disebutnya tidak kunjung mendaftarkan diri, padahal Siki mengaku Kawidana ada di kantor kepala desa kala itu. “Kemudian istri saya menghubungi saya, sampai jam setengah tiga, karena penutupan kan jam tiga, kemudian istri bertanya, kok belum (mendaftar). Kalau dia (Kawidana) tidak mendaftar, yasudah daftar saja, saya begitukan istri. Istri saya mendaftar jam tiga kurang sepuluh menit, setelah istri mendaftar, barulah pak Kawidana mendaftarkan diri,” lanjut pria dari Banjar Dinas Tanah Lengis, Desa Ababi tersebut.
Setelah sudah ada tiga orang yang mendaftarkan diri sebagai calon kepala desa, dilanjutkan dengan penetapan calon beberapa hari berikutnya. Namun pada saat itu, sang istri disebutnya ngotot untuk mengundurkan diri sebagai calon, akan tetapi itu tidak berhasil, karena Kawidana juga memilih untuk mengundurkan diri. “Padahal saya tidak ada koordinasi dengan istri saya, sampai di kantor, dia (Suniarniti) mendahului mengundurkan diri, karena waktu rapat dipaparkan oleh panitia, kalau ada yang keinginan salah satu calon untuk mengundurkan diri, hanya merekomendasi satu orang,” jelasnya.
Bahkan rapat tersebut berjalan cukup alot. Kawidana pun disebutnya sangat ngotot untuk mengundurkan diri, sehingga dikabulkan dan menjadikan pertarungan pilkades di Ababi dilakukan oleh pasangan suami istri secara head to head.
Meskipun sudah ditetapkan sebagai calon yang bertarung nanti, Suniarniti mengaku tidak berambisi untuk menggalang massa untuk mencari dukungan dari warga. “Sementara tidak, karena saya cuma mendampingi, poinnya untuk suami saya. Karena takut tidak ada pemimpin,” sambung perempuan empat anak tersebut. (dir)