SINGARAJA, BALI EXPRESS-Sebanyak 250 liter Eco Enzim dituangkan di Sungai Buleleng bertepatan dengan peringatahan HUT RI-75, Senin (17/8) sore. Penuangan ratusan liter Eco Enzim ini dilakukan untuk menjernihkan air di Sungai Buleleng yang bemuara di eks Pelabuhan Buleleng.
Penuangan dilakukan langsung Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, melibatkan puluhan Komunitas Eco Enzim serta masyarakat. Ratusan liter itu dibagi menjadi ratusan botol, kemudian dituangkan dari atas jembatan Tua di Sungai Buleleng.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, menjelaskan, kondisi air di Sungai Buleleng memang berada pada level empat dan banyak terjadi pencemaran, sehingga menjadi kumuh. Sebagai solusi, pihaknya menggandeng komunitas Eco Enzim untuk menjernihkan air di Sungai Buleleng, sehingga kedepan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan wisata air.
Ratusan liter Eco Enzim ini diperoleh dari Komunits Eco Enzim Buleleng. Mereka mengubah sampah organic menjadi Eco Enzim. Penuangan Eco Enzim, sebut Ariadi, bertujuan untuk menggaungkan pengolahan sampah organik menjadi Eco Enzim. Eco Enzim ini bagus untuk lingkungan, khususnya penjernihan air sungai dan pupuk organik.
“Penjernihan air melalui Eco Enzim kami lakukan gebyarnya serangkaian HUT RI ke-75. Nah kedepan, akan dilakukan secara berkala setiap dua minggu sekali, selama tiga bulan kedepan. Hasilnya kami lihat dulu seperti apa,” jelasnya.
Ariadi menyebut, penuangan di sepanjang Sungai Buleleng dilakukan di tiga zona, diantaranya di sebelah utara Jembatan Banyuning, wilayah Buitan dan Jembatan Tua Peninggalan Belanda di muara Sungai Buleleng.
“Nanti kami bersinergi dengan masyarakat di bantaran sungai Buleleng. Bahkan, kami sudah melakukan pelatihan kepada PKK di lima kelurahan yang berada di bantaran Sungai Buleleng. Sehingga mereka bisa menghasilkan Eco Enzim, agar bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga. Sehingga sampah organik yang dihasilkan bisa diminimalisasi,” pungkas Ariadi.
Sementara itu, Ketua Komunitas Eco Enzim Buleleng, Feri Tanaya, menjelaskan, pihaknya sudah bersinergi dengan sejumlah OPD untuk mensosialisasikan penggunaan Eco Enzim kepada seluruh lapisan masyarakat. Langkah ini dilakukan untuk mencegah dan mengurangi pencemaran akibat bahan kimia melalui Eco Enzim.
Penjernihan air sungai, sebut Feri, bisa dilakukan setiap tiga bulan sekali. Terlebih, dengan sampah organik yang dihasilkan dan diolah menjadi Eco Enzim sangat cukup untuk melakukan penjernihan sungai secara berkala.
“Sampah organik sangat banyak. Selama tiga bulan sampah organik sudah bisa menghasilkan Eco Enzim. Kami sudah menghasilkan lebih dari 3 ribu liter Eco Enzim sejak bulan Februari hingga Juni. Apalagi semakin banyak komunitas, maka semakin banyak produksi Eco Enzim,” tutupnya.
Sementara itu, Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, menjelaskan, penjernihan air menggunakan Eco Enzim sebagai momentum untuk memperkenalkan kepada masyarakat. Namun, Bupati Suradnyana tak menampik jika kondisi muara Sungai Buleleng memang membutuhkan infrastruktur untuk menahan pasang surut air laut, sehingga kejernihan air tetap terjaga.
Terlebih, pada saat musim kemarau, kondisi air yang surut terlihat sangat kumuh. Selain debit kecil, juga tekanan lingkungan dari ulu sungai juga besar. Bahkan, banyak yang buang limbah di sungai
“Saya menunggu waktunya. Karena harus terukur. Jangan sampai abal-abal. Kami juga dukung kalau benar bagus manfaatnya untuk tanaman buah, maka penggunaan Eco Enzim pasti bisa diperluas,” jelas Suradnyana.
Terkait penataan kawasan muara Sungai Buleleng, pihaknya menyebut jika hal itu menjadi ranah Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida. “Kami bisa usulkan agar bisa menjadi skala prioritas oleh BWS. Sehingga bisa ditata oleh BWS kedepannya,” pungkasnya.