26.5 C
Denpasar
Wednesday, June 7, 2023

Nekat Jualan di Trotoar, Pedagang Pasar Ubud Ditampung di Dua Sentral Parkir

GIANYAR, BALI EXPRESS – Pasca dilakukan pembongkaran Pasar Ubud untuk revitalisasi, para pedagang ternyata tidak serta merta berjualan di pasar relokasi yang disarankan oleh pemerintah. Justru tak sedikit pedagang yang memilih berjualan di trotoar maupun diemperan toko dan rumah warga. Kondisi itu pun dikhawatirkan menganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat Ubud. Terlebih Ubud merupakan kawasan pariwisata.

 

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Gianyar, Luh Gede Eka Suary mengatakan jika setelah dilakukan pembongkaran Pasar Ubud memang ada sejumlah pedagang yang mulai berjualan di Jalan Raya Ubud dengan memanfaatkan trotoar atau emper toko atau rumah milik penduduk. Hal itu terjadi karena mereka enggan berjualan di Pasar Singekerta sebagai lokasi relokasi sementara yang diarahkan oleh pihaknya sebelum pengosongan Pasar Ubud dilakukan.

 

Atas kondisi tersebut, maka pihaknya mengundang sejumlah pihak mulai dari Desa Adat Ubud, Yayasan Bina Wisata, Camat Ubud, Lurah, Babinsa, Bhabinkamtibmas hingga OPD terkait untuk mengikuti rapat membahas persoalan tersebut. “Jadi kita harus memikirkan solusi untuk pedagang yang mulai berjualan di badan jalan area Jalan Raya Ubud dan Jalan Sueta. Dan atas masukan Desa Adat Ubud kita mohonkan Desa Adat Ubud bisa membantu menyiapkan lahan relokasi sementara untuk pedagang selama pembangunan Pasar Ubud,” paparnya.

Baca Juga :  800 Ribu Telur tanpa Dokumen Diamankan

 

Dimana Desa Adat Ubud menyiapkan lahan pedagang yang berjualan di Jalan Raya Sueta untuk masuk ke Sentral Parkir Pura Batu Karu di Sambaan Ubud. “Namun karena tidak semua tertampung, maka atas persetujuan Desa Adat Padang Tegal kami ditawarkan juga kepada pedagang yang sisa di Jalan Raya Ubud bisa ditampung di Central parkir Monkey Forest,” jelasnya.

 

Dan atas persetujuan pimpinan, pihaknya akan mulai melakukan koordinasi dengan Desa Adat setempat dan akan melakukan sosialisasi selama 3 hari yakni mulai tanggal 17 hingga 19 Maret 2022 kepada pedagang yang berjualan setiap pagi di badan jalan yang dimaksud. “Dan Minggu tanggal 20 Maret 2022 para pedagang i i sudah masuk ke tempat yang kami siapkan yaitu, pedagang di Jalan Sueta masuk ke sentral parkir Pura Batu Karu dan yang berjualan di Jalan Raya Ubud masuk ke sentral parkir Monkey Forest,” tegasnya.

Baca Juga :  Saat Ini Stabil, Harga Daging Babi Diprediksi Naik H-1 Penampahan

 

Lebih lanjut, Eka Suary mengatakan jika di Sentral Parkir Pura Batukaru sudah bisa masuk dan tertata rapi oleh Desa Adat Ubud. “Untuk yang di sentral parkir Monkey Forest, sebenarnya tempatnya cukup luas dan nyaman namun kita harus membiasakan pedagang dan terus mensosialisasikan kepada warga bahwa Monkey Forest adalah tempat pasar relokasi sementara yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Kami mohon semua elemen membantu untuk tetap menjaga Ubud tetap nyaman walaupun disaat pandemi,” tandasnya.


GIANYAR, BALI EXPRESS – Pasca dilakukan pembongkaran Pasar Ubud untuk revitalisasi, para pedagang ternyata tidak serta merta berjualan di pasar relokasi yang disarankan oleh pemerintah. Justru tak sedikit pedagang yang memilih berjualan di trotoar maupun diemperan toko dan rumah warga. Kondisi itu pun dikhawatirkan menganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat Ubud. Terlebih Ubud merupakan kawasan pariwisata.

 

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Gianyar, Luh Gede Eka Suary mengatakan jika setelah dilakukan pembongkaran Pasar Ubud memang ada sejumlah pedagang yang mulai berjualan di Jalan Raya Ubud dengan memanfaatkan trotoar atau emper toko atau rumah milik penduduk. Hal itu terjadi karena mereka enggan berjualan di Pasar Singekerta sebagai lokasi relokasi sementara yang diarahkan oleh pihaknya sebelum pengosongan Pasar Ubud dilakukan.

 

Atas kondisi tersebut, maka pihaknya mengundang sejumlah pihak mulai dari Desa Adat Ubud, Yayasan Bina Wisata, Camat Ubud, Lurah, Babinsa, Bhabinkamtibmas hingga OPD terkait untuk mengikuti rapat membahas persoalan tersebut. “Jadi kita harus memikirkan solusi untuk pedagang yang mulai berjualan di badan jalan area Jalan Raya Ubud dan Jalan Sueta. Dan atas masukan Desa Adat Ubud kita mohonkan Desa Adat Ubud bisa membantu menyiapkan lahan relokasi sementara untuk pedagang selama pembangunan Pasar Ubud,” paparnya.

Baca Juga :  Saat Ini Stabil, Harga Daging Babi Diprediksi Naik H-1 Penampahan

 

Dimana Desa Adat Ubud menyiapkan lahan pedagang yang berjualan di Jalan Raya Sueta untuk masuk ke Sentral Parkir Pura Batu Karu di Sambaan Ubud. “Namun karena tidak semua tertampung, maka atas persetujuan Desa Adat Padang Tegal kami ditawarkan juga kepada pedagang yang sisa di Jalan Raya Ubud bisa ditampung di Central parkir Monkey Forest,” jelasnya.

 

Dan atas persetujuan pimpinan, pihaknya akan mulai melakukan koordinasi dengan Desa Adat setempat dan akan melakukan sosialisasi selama 3 hari yakni mulai tanggal 17 hingga 19 Maret 2022 kepada pedagang yang berjualan setiap pagi di badan jalan yang dimaksud. “Dan Minggu tanggal 20 Maret 2022 para pedagang i i sudah masuk ke tempat yang kami siapkan yaitu, pedagang di Jalan Sueta masuk ke sentral parkir Pura Batu Karu dan yang berjualan di Jalan Raya Ubud masuk ke sentral parkir Monkey Forest,” tegasnya.

Baca Juga :  Dinsos Buleleng Tambah 35.231 Jiwa Penerima KIS PBI

 

Lebih lanjut, Eka Suary mengatakan jika di Sentral Parkir Pura Batukaru sudah bisa masuk dan tertata rapi oleh Desa Adat Ubud. “Untuk yang di sentral parkir Monkey Forest, sebenarnya tempatnya cukup luas dan nyaman namun kita harus membiasakan pedagang dan terus mensosialisasikan kepada warga bahwa Monkey Forest adalah tempat pasar relokasi sementara yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Kami mohon semua elemen membantu untuk tetap menjaga Ubud tetap nyaman walaupun disaat pandemi,” tandasnya.


Most Read

Artikel Terbaru