DENPASAR, BALI EXPRESS – Seminggu setelah Galungan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali mencatat adanya penurunan harga sejumlah bahan pokok. Diantaranya ayam broiler, cabai merah besar dan cabai rawit merah.
“Informasi yang kami terima ada penurunan harga,” ujar Kepala Dinas Disperindag Provinsi Bali, Wayan Jarta, saat dihubungi Selasa (20/4).
Berdasarkan data yang diterima Bali Express (Jawa Pos Group), harga ayam broiler per Senin (19/4) turun dari Rp 44.333 perkilo menjadi Rp 42.000 perkilo atau sebanyak 5 persen. Cabai merah besar dari harga Rp 37.334 perkilo turun menjadi Rp 34.833 perkilo atau sebesar 7 persen. Sedangkan cabai rawit merah dari harga Rp 58.333 perkilo turun menjadi Rp 43.500 perkilo atau sebesar 25 persen. Data tersebut merupakan hasil survei rata-rata harga di Pasar Badung, Pasar Nyangelan, dan Pasar Kreneng.
“Sekarang ini kondisi normal. Tidak ada hari raya. Nanti menjelang Idul Fitri kemungkinan akan meningkat,” katanya.
Sementara itu, tercatat dua bahan dapur yang mengalami kenaikan harga yakni cabai merah keriting dan dan bawang bombai putih. Cabai merah keriting tercatat dari harga Rp 51.667 perkilo naik 13 persen menjadi Rp 58.333 perkilonya. Sedangkan harga bawang bombai putih dari Rp 20.333 perkilo naik 44 persen menjadi Rp 29.333 perkilo.
Salah satu pedagang daging ayam di Pasar Badung, Nyoman Sari, mengaku memang ada kenaikan harga daging ayam jelang hari raya Galungan. Kenaikannya mencapai Rp 45 ribu perkilo. “Sebelum Galungan sudah naik Rp 45 ribu perkilo. Kan sudah lumrah setiap jelang hari raya pasti naik,” ungkapnya.
Kenaikan tersebut diperkirakan karena banyak masyarakat Bali yang beralih dari daging babi ke daging ayam. Sedangkan, pasokan daging ayam pada waktu yang bersamaan berkurang. “Memang karena pasokan ayam yang berkurang. Sebelum hari raya harganya Rp 35 perkilo. Kemarin naik semua, daging ayam dan daging bebek. Sekarang daging bebek seekornya Rp 75 ribu yang besar, yang kecil Rp 50 ribu,” paparnya.
Kendati demikian, Nyoman Sari mengaku penjualannya masih saja sepi. Pembeli yang datang pun mulai mengurangi pembelian daging. “Sekarang sepi, dapat jualan 5 kilo saja sudah syukur. Kalau terlalu tinggi harganya pembeli tidak bisa menjangkau,” keluhnya.(ika)