BANGLI, BALI EXPRESS- SMP Satu Atap (Satap) 7 Kintamani, Bangli memprihatinkan. Sejak berdiri 2017 lalu, sekolah yang satu atap dengan SDN 3 Terunyan di Dusun Bunut, Desa Terunyan itu beroperasi tak sampai 1 semester. Pun demikian saat penerimaan siswa baru tahun ini, belum dipastikan akan menerima siswa baru atau tidak.
Informasi yang dirangkum Bali Express (Jawa Pos Group), SMP Satap 7 Kintamani selama ini tidak bisa beroperasi, salah satunya karena terkendala tenaga pendidik (guru). Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) tidak mampu memenuhi kebutuhan guru untuk mengajar di sekolah yang berada di balik bukit Terunyan itu. Di sisi lain, tidak bisa memanfaatkan guru SDN 3 Terunyan, lantaran SMP butuh guru mata pelajaran.
Akhirnya, siswa yang awal berdirinya sekolah pernah tercatat di sana, satu per satu pindah ke sekolah lain. Mereka harus mengenyam pendidikan di sekolah yang jauh dari rumahnya. Untuk menunjang proses belajar mengajar, pemerintah telah membangun dua unit gedung sana.
Kepala SDN 3 Terunyan I Nyoman Tega mengatakan, gedung itu sesekali dimanfaatkan oleh sekolah yang dipimpinnya. Tujuannya biar bangunan tidak cepat rusak karena tidak terpakai, dan tidak ada merawat. “Biar tidak cepat rusak kami suruh anak-anak sekali-sekali belajar di sana,” ungkap Tega, Kamis (19/5).
Tega menyampaikan, sejak awal berdiri, SMP Satap itu tidak pernah menempatkan guru khusus di sana. Hanya memanfaatkan sejumlah guru SDN 3 Terunyan. Tak lama setelah beroperasi, para siswa pun pindah sekolah. Ada yang ke SMPN 1 Kintamani dan beberapa sekolah lainnya, termasuk ada yang pindah ke sekolah di Karangasem.
Jelang penerimaan siswa baru tahun ini, ia berharap sekolah itu bisa beroperasi sebagaimana SMP pada umumnya yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana. Ia berharap demikian agar siswa SDN 3 Terunyan yang lulus tahun ini bisa melanjutkan ke tingkat SMP yang jarak sekolahnya tidak jauh dari rumah. Tercatat 14 orang akan lulus tahun ini.
Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Disdikpora Kabupaten Bangli I Wayan Gede Wirajaya mengakui, sejauh ini SMP Satap 7 Kintamani memang tidak beroperasi. Salah satu karena tidak ada guru dan fasilitas lainnya. Pemerintah sulit mencari guru untuk ditugaskan di sana. Selain karena lokasinya berada di balik bukit, sekolah lain di Bangli pada umumnya juga masih kekurangan guru.
Disinggung terkait kemungkinan menerima siswa baru tahun ajaran baru tahun ini, Wirajaya sendiri belum bisa memastikannya. Pihaknya terlebih dulu harus komunikasi dengan sekretaris dinas dan kepala dinas, termasuk lapor kepada bupati. Sebab apabila akan mengoperasikan sekolah itu, harus menempatkan tenaga pendidik. Hitung-hitungannya butuh sekitar 10 guru mata pelajaran, belum tenaga administrasi dan lainnya. “Mudah-mudahan ada guru yang minat di sana,” harapnya.
Selain persoalan guru, pihaknya juga harus mengecek Data Pokok Pendidikan (Dapodik) untuk memastikan SMP Satap 7 Kintamani masih aktif atau tidak. Kroscek itu penting karena sekolah itu tidak beroperasi dalam waktu lama. (wan)