28.7 C
Denpasar
Wednesday, May 31, 2023

Gempa Turun Naik Terus, Tremor Non-harmonik Tembus 11 Menit

BALI EXPRESS, RENDANG – Kondisi kegempaan di Gunung Agung terus naik turun. Kadang naik, kadang turun. Dan saat naik langsung tinggi. Durasi gempa tremor non-harmonik juga muncul terus. Bahkan, kini durasinya ada yang sampai 11 menit.

 

Gempa tremor non-harmonik (satu gempa muncul sebelum gempa terdahulu selesai), yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, tepatnya mulai 12 Oktober sebanyak 7 kali, berlanjut pada 13 Oktober sebanyak 1 kali. Kemudian muncul lagi pada 18 Oktober sebanyak 4 kali, dan kemarin (19/10) sebanyak 4 kali (data pukul 00.00-18.00), diharapkan tidak berlanjut dengan gempa tremor terus menerus.

 

Pasalnya seperti data PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) sesuai hasil pemantauan Pos Pemantauan Gunung Api Agung di Rendang, durasi gempa tremor non-harmonik semakin panjang. Dari yang awalnya berkisar antara 70-160 detik atau 1-3 menit, menjadi sekitar 74-670 detik atau sekitar 1-11 menit, dan tercatat pada Rabu malam sekitar pukul 21.42.

 

Devy Kamil Syahbana Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur di Pos Pemantauan Gunung Api Agung di Rendang ketika ditanya mengenai peluangnya terjadi tremor terus menerus, setelah durasi tremor non-harmonik semakin panjang mengatakan, jika pihaknya hanya bisa melihat pada indikasi yang terlihat dan terasa sekarang. 

 

“Sama seperti dokter, dia (dokter) tahu pasien ini penyakitnya parah. Tapi dia tidak pernah tahu kapan pasien ini meninggal dan kapan juga sembuhnya. Tapi dokter ini tahu kalau pasien ini lagi sakit,” ucapnya.

 

“Jadi sama seperti itu. Makanya kami lihat bahwa kegempaannya banyak, terus sudah muncul tremor non-harmonik itu. Dan kami hanya berharap tremor ini tak berubah menjadi tremor terus menerus. Sebab jika sudah tremor terus menerus, biasanya itu menjadi sinyal terakhir yang kami lihat sebelum terjadinya letusan,” sambungnya.

 

Oleh karena itu, dia berharap supaya gempa tremor yang durasinya pendek-pendek, seperti yang beberapa hari teramati tetap berlangsung seperti itu. Bukan berlanjut menjadi tremor terus menerus. 

Baca Juga :  Giri Prasta Terima Audiensi Tokoh Warga, Badung Angelus Bhuana Lanjut

 

“Karena tremor yang 11 menit itu sudah lumayan untuk Gunung Agung melepas energinya. Kalau sudah tremor terus menerus, berarti dia sudah tidak mampu lagi menahan tekanan yang dibawah. Sebab sekarang secara teori yang menahan magma itu sudah tidak jauh lagi, tapi di atas itu seperti ada sil atau penutup yang tidak bisa membuat magma ini lolos sampai terjadi letusan,” terangnya.

 

Disinggung apakah gempa tremor non-harmonik yang berlangsung dalam durasi 11 menit itu sudah termasuk panjang bagi aktivitas Gunung Agung. Devy menjelaskan, jika dibandingkan dari awal krisis Gunung Agung hingga kemarin, maka 11 menit untuk durasi gempa tremor non-harmonik sudah cukup panjang. Tapi dia mengingatkan, jika itu belum bisa dikatakan kalau usai gempa tremor non-harmonik itu maka gunung api sudah pasti akan meletus. 

 

“Karena kalau kami melihat ada uap yang keluar itu, maka justru akan mengurangi tekanan di dalam tubuh gunung api. Makanya saya berharap bisa seperti ini secara konsisten, sehingga aktivitasnya menurun. Tidak langsung sekaligus. Sebab yang tak kami inginkan, kalau akumulasi tekanan itu terus terjadi di bawah dan dia tak bisa lolos, artinya tak bisa keluar. Itulah yang membuat justru lebih membahayakan, kalau akumulasi tekanan itu tertahan lebih lama,” terangnya

 

Sehingga keberadaan celah di permukaan kawah Gunung Agung yang sudah terbentuk saat status Awas sudah memiliki tembusan, khususnya pada kawah sisi timur laut dan tengah. Ini terlihat dari sudah rutinnya asap putih yang berupa uap air yang keluar dari kawah tersebut.

 

Lalu apakah ada kaitan antara jumlah kegempaan yang kembali menembus angka seribu kali di hari yang sama saat gempa tremor non-harmonik itu muncul ? “Ya pasti. Karena tremor ini muncul karena adanya percepatan kegempaan. Seperrti kemarin itu, dari pagi kan di-drill terus sama kegempaan yang banyak sekali dan terus-terusan muncul. Otomatis ada penambahan tekanan yang muncul dalam tubuh Gunung Agung ini,” terangnya.

Baca Juga :  Pejabat Disbud Denpasar Tersangka Dugaan Korupsi Aci-Aci dan Sesajen

Kemudian ketika terjadi penambahan tekanan dari gas magma akibat pergerakan fluida magmatik, maka ada gas yang lolos dan ketika mendekati permukaan, akan berinteraksi dengan air di sekitarnya. Apakah berupa air tanah atau dengan sistem hidrotermal lainnya. “Saat berinteraksi, uap panas ini akan mengalami perubahan volumetrik. Maksudnya ruang atau celah-celah itu menjadi terganggu untuk mencapai permukaan. Maka tremor itu terekam. Jadi gangguan inilah yang menyebabkan tremor selama 11 menit tersebut,” paparnya.

Sementara itu, terkait dengan kegempaan yang tercatat dari pukul 00.00 hingga 18.00 sepanjang hari kemarin, dikatakan olehnya bahwa itu merefleksikan aktivitas magmatik di bawah tubuh Gunung Agung yang masih sangat tinggi. Pihaknya juga belum melihat adanya tren penurunan yang jelas. Karena beberapa hari lalu jumlah kegempaan sempat menyentuh angka tertinggi sampai seribu sekian kali, kemudian turun 700an kali, lalu 500an kali. Tapi pada Selasa (17/10) naik lagi ke angka 700an, dan melesat naik ke angka seribuan pada Rabu (18/10). 

“Bahkan hari ini sampai 18 jam terakhir (00.00-18.00) sudah 802 kali tercatat kegempaan vulkanik dangkal dan dalam, serta tektonik, lokal. Artinya memang penurunan kemarin yang kami lihat, masih dalam rangkaian dinamika fluktuasi aktivitas gunung api. Sebab dia ini naik lalu turun, kemudian naik lagi dan turun lagi, sekarang pun kembali naik,”ungkapnya.

Karena itu dia menegaskan jika saat ini masih sulit untuk mengatakan, apakah trennya sudah turun atau meningkat. Karena kondisi saat ini masih fluktuaktif, dan masih dalam range yang tinggi antara 500 sampai seribu kali kegempaan. 

 

“Apalagi kemarin terlihat ada percepatan sampai 300an gempa dalam waktu enam jam. Tapi ada juga di saat hanya seratusan gempa dalam waktu enam jam. Jadi memang dalam tahap fluktuasi. Tak bisa dilihat secara mudah, bahwa hari ini lebih tinggi dari kemarin, atau hari ini menurun dari kemarin, lantaran belum ada kecenderungan,” pungkasnya. 


BALI EXPRESS, RENDANG – Kondisi kegempaan di Gunung Agung terus naik turun. Kadang naik, kadang turun. Dan saat naik langsung tinggi. Durasi gempa tremor non-harmonik juga muncul terus. Bahkan, kini durasinya ada yang sampai 11 menit.

 

Gempa tremor non-harmonik (satu gempa muncul sebelum gempa terdahulu selesai), yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, tepatnya mulai 12 Oktober sebanyak 7 kali, berlanjut pada 13 Oktober sebanyak 1 kali. Kemudian muncul lagi pada 18 Oktober sebanyak 4 kali, dan kemarin (19/10) sebanyak 4 kali (data pukul 00.00-18.00), diharapkan tidak berlanjut dengan gempa tremor terus menerus.

 

Pasalnya seperti data PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) sesuai hasil pemantauan Pos Pemantauan Gunung Api Agung di Rendang, durasi gempa tremor non-harmonik semakin panjang. Dari yang awalnya berkisar antara 70-160 detik atau 1-3 menit, menjadi sekitar 74-670 detik atau sekitar 1-11 menit, dan tercatat pada Rabu malam sekitar pukul 21.42.

 

Devy Kamil Syahbana Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur di Pos Pemantauan Gunung Api Agung di Rendang ketika ditanya mengenai peluangnya terjadi tremor terus menerus, setelah durasi tremor non-harmonik semakin panjang mengatakan, jika pihaknya hanya bisa melihat pada indikasi yang terlihat dan terasa sekarang. 

 

“Sama seperti dokter, dia (dokter) tahu pasien ini penyakitnya parah. Tapi dia tidak pernah tahu kapan pasien ini meninggal dan kapan juga sembuhnya. Tapi dokter ini tahu kalau pasien ini lagi sakit,” ucapnya.

 

“Jadi sama seperti itu. Makanya kami lihat bahwa kegempaannya banyak, terus sudah muncul tremor non-harmonik itu. Dan kami hanya berharap tremor ini tak berubah menjadi tremor terus menerus. Sebab jika sudah tremor terus menerus, biasanya itu menjadi sinyal terakhir yang kami lihat sebelum terjadinya letusan,” sambungnya.

 

Oleh karena itu, dia berharap supaya gempa tremor yang durasinya pendek-pendek, seperti yang beberapa hari teramati tetap berlangsung seperti itu. Bukan berlanjut menjadi tremor terus menerus. 

Baca Juga :  Semarak HUT Kota Amlapura Ke-380 Digelar Secara Virtual  

 

“Karena tremor yang 11 menit itu sudah lumayan untuk Gunung Agung melepas energinya. Kalau sudah tremor terus menerus, berarti dia sudah tidak mampu lagi menahan tekanan yang dibawah. Sebab sekarang secara teori yang menahan magma itu sudah tidak jauh lagi, tapi di atas itu seperti ada sil atau penutup yang tidak bisa membuat magma ini lolos sampai terjadi letusan,” terangnya.

 

Disinggung apakah gempa tremor non-harmonik yang berlangsung dalam durasi 11 menit itu sudah termasuk panjang bagi aktivitas Gunung Agung. Devy menjelaskan, jika dibandingkan dari awal krisis Gunung Agung hingga kemarin, maka 11 menit untuk durasi gempa tremor non-harmonik sudah cukup panjang. Tapi dia mengingatkan, jika itu belum bisa dikatakan kalau usai gempa tremor non-harmonik itu maka gunung api sudah pasti akan meletus. 

 

“Karena kalau kami melihat ada uap yang keluar itu, maka justru akan mengurangi tekanan di dalam tubuh gunung api. Makanya saya berharap bisa seperti ini secara konsisten, sehingga aktivitasnya menurun. Tidak langsung sekaligus. Sebab yang tak kami inginkan, kalau akumulasi tekanan itu terus terjadi di bawah dan dia tak bisa lolos, artinya tak bisa keluar. Itulah yang membuat justru lebih membahayakan, kalau akumulasi tekanan itu tertahan lebih lama,” terangnya

 

Sehingga keberadaan celah di permukaan kawah Gunung Agung yang sudah terbentuk saat status Awas sudah memiliki tembusan, khususnya pada kawah sisi timur laut dan tengah. Ini terlihat dari sudah rutinnya asap putih yang berupa uap air yang keluar dari kawah tersebut.

 

Lalu apakah ada kaitan antara jumlah kegempaan yang kembali menembus angka seribu kali di hari yang sama saat gempa tremor non-harmonik itu muncul ? “Ya pasti. Karena tremor ini muncul karena adanya percepatan kegempaan. Seperrti kemarin itu, dari pagi kan di-drill terus sama kegempaan yang banyak sekali dan terus-terusan muncul. Otomatis ada penambahan tekanan yang muncul dalam tubuh Gunung Agung ini,” terangnya.

Baca Juga :  Soal Pembongkaran Jenazah Bocah, Ini Tujuan Pihak Eka Putra

Kemudian ketika terjadi penambahan tekanan dari gas magma akibat pergerakan fluida magmatik, maka ada gas yang lolos dan ketika mendekati permukaan, akan berinteraksi dengan air di sekitarnya. Apakah berupa air tanah atau dengan sistem hidrotermal lainnya. “Saat berinteraksi, uap panas ini akan mengalami perubahan volumetrik. Maksudnya ruang atau celah-celah itu menjadi terganggu untuk mencapai permukaan. Maka tremor itu terekam. Jadi gangguan inilah yang menyebabkan tremor selama 11 menit tersebut,” paparnya.

Sementara itu, terkait dengan kegempaan yang tercatat dari pukul 00.00 hingga 18.00 sepanjang hari kemarin, dikatakan olehnya bahwa itu merefleksikan aktivitas magmatik di bawah tubuh Gunung Agung yang masih sangat tinggi. Pihaknya juga belum melihat adanya tren penurunan yang jelas. Karena beberapa hari lalu jumlah kegempaan sempat menyentuh angka tertinggi sampai seribu sekian kali, kemudian turun 700an kali, lalu 500an kali. Tapi pada Selasa (17/10) naik lagi ke angka 700an, dan melesat naik ke angka seribuan pada Rabu (18/10). 

“Bahkan hari ini sampai 18 jam terakhir (00.00-18.00) sudah 802 kali tercatat kegempaan vulkanik dangkal dan dalam, serta tektonik, lokal. Artinya memang penurunan kemarin yang kami lihat, masih dalam rangkaian dinamika fluktuasi aktivitas gunung api. Sebab dia ini naik lalu turun, kemudian naik lagi dan turun lagi, sekarang pun kembali naik,”ungkapnya.

Karena itu dia menegaskan jika saat ini masih sulit untuk mengatakan, apakah trennya sudah turun atau meningkat. Karena kondisi saat ini masih fluktuaktif, dan masih dalam range yang tinggi antara 500 sampai seribu kali kegempaan. 

 

“Apalagi kemarin terlihat ada percepatan sampai 300an gempa dalam waktu enam jam. Tapi ada juga di saat hanya seratusan gempa dalam waktu enam jam. Jadi memang dalam tahap fluktuasi. Tak bisa dilihat secara mudah, bahwa hari ini lebih tinggi dari kemarin, atau hari ini menurun dari kemarin, lantaran belum ada kecenderungan,” pungkasnya. 


Most Read

Artikel Terbaru