BADUNG, BALI EXPRESS – Pantai Tanjung Benoa di Kecamatan Kuta Selatan mengalami abrasi yang cukup parah. Bahkan salah satu bangunan di pinggir pantai yang menjadi pusat watersport ini kondisinya memprihatinkan. Bahkan bangunan milik Bali Coral salah satu usaha watersport tersebut pun hampir roboh.
Pemilik Bali Coral, Komang Toya mengatakan, sebelum terkikis ombak, lebar pantai jika dihitung dari ujung deburan ombak mencapai 12 meter. Namun karena terus terkikis lebarnya pun berkurang. Bahkan saar ombak pasang di hari tertentu dapat mencapai parkiran kendaraan. “Kalau malam hari air pasang bisa sampai boat saya tenggelam,” ujar Toya saat dikonfirmasi Kamis (22/9).
Untuk itu, pihaknya pun berharap agar ada bantuan pemerintah sehingga pantai menjadi lebih menarik lagi. Mengingat saat ini, ia menilai akibat abrasi dengan kondisi pantai terlihat tidak eksotis lagi. “Kami sangat berharap adanya bantuan dari pemerintah, untuk menanggulangi dampak abrasi,” ungkapnya.
Hal senada pun disampaikan oleh nelayan Sekretaris Kelompok Nelayan Panca Sari, I Wayan Dartu. Menurutnya, kini para nelayan setempat tidak bisa menambatkan jukung di pasir akibat abrasi yang parah. “Kami berharap pemerintah bisa segera membantu, supaya nelayan bisa kembali menambatkan jukung-jukung seperti semula di pasir,” harapnya.
Kepala Lingkungan Banjar Anyar Tanjung Benoa Wayan Ganti Artana menerangkan, begitu derasnya air laut yang mengikis habis kawasan pantai, jika dibiarkan tentu akan semakin parah. Apalagi lokasi abrasi ini juga berdekatan dengan lokasi Setra Banjar Dharma Yasa. Untuk itu ia berharap kepada pihak terkait, agar bisa segera mengambil langkah-langkah.
“Abrasinya sangat luar biasa dan sangat cepat sekali yang sangat dirasakan warga setempat maupun nelayan, dan pengusaha watersport. Bahkan abrasi sampai ke pantai di utara. Kami khawatir, kalau ini tetap dibiarkan, setra yang ada, juga akan ikut terdampak,” terang Artana. Pihaknya mengaku telah melakukan rapat bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida. Dari rapat tersebut disampaikan akan ada rencana penataan pantai Tanjung Benoa. Namun Artana berharap rencana itu agar segera bisa.dilakukan.
Sementara Bendesa Adat Tanjung Benoa, I Made Wijaya menjelaskan abrasi sudah terjadi sejak tahun 2019. Melihat kondisi tersebut, pihaknya sebagai pengayah Desa, telah berkoordinasi berkali-kali. Sehingga pria yang akrab disapa Yonda ini berharap kepada institusi terkait agar bisa segera melakukan penyelamatan akibat abrasi.
“Sekarang sudah berjalan beberapa tahun, abrasi ternyata sangat cepat. Kondisi di lapangan, sejumlah bangunan sudah terkikis. Bahkan beberapa warung yang sebelumnya ada, kini sudah mulai hilang,” jelas Yonda yang juga merupakan anggota DPRD Badung.
Lebih lanjut ia menambahakn adanya abrasi menuebabkan lokasi yang dulunya terlihat eksotis. Kondisinja pun tidak enak dipandang lagi. Sehingga pihaknya bersama warga sekitar kini menunggu penyelamatan melalui kebijakan yang bisa dilakukan oleh pemerintah.