SINGARAJA, BALI EXPRESS-Aksi sejumlah warga yang memaksa membuka portal menuju pantai saat Hari Raya Nyepi di Desa Sumberkelampok, Kecamatan Gerokgak menuai sorotan dari berbagai ormas Hindu. Mereka menyayangkan atas aksi yang dianggap justru mendegradasi kesakralan Hari Raya Nyepi.
Sorotan itu datang dari Wakil Ketua Umum DPP Persadha Nusantara, Dr. Gede Suardana. Ia menyayangkan aksi tersebut justru dilakukan di tengah Umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian.
Suardana meminta agar aparat kepolisian melakukan penegakan hukum yang tegas terhadap sejumlah warga yang memaksa membuka portal sehingga mengakibatkan cekcok dengan para pecalang Desa Adat Sumberkelampok.
“Lakukkan upaya penegakan hukum yang tegas untuk memberikan efek jera kepada oknum warga yang menggangu kenyamanan, kesucian, dan kesakralan Hari Raya Nyepi,” kata Gede Suardana kepada Bali Express, Kamis (23/3).
Suardana menilai aksi sejumlah warga yang memaksa membuka portal menuju pantai dengan mengendarai sepeda motor telah menodai kesakralan dan kesucian Hari Raya Nyepi, Rabu (22/3). Sejumlah warga yang memaksa menuju pantai kemudian bersitegang dengan pecalang adalah sikap yang menciderai kerukunan umat beragama di Bali.
“Sikap mereka tersirat dengan sengaja membuka portal dan melawan himbuan pecalang untuk mendegradasi kesakralan Nyepi,” ujar Suardana.
Atas dasar itu, Suardana meminta aparat kepolisian secara serius melakukan penegakan hukum dengan tegas agar memberikan pemahaman dan kesadaran kepada setiap warga negara untuk menghormati kesucian Hari Raya Nyepi. “Berikan kesadaran dan pemahaman tolerasi umat beragama dengan penegakan hukum yang tegas. Bukan selesai hanya dengan permintaan dan pernyataan maaf di atas materai,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua PC KMHDI Buleleng, Ni Luh Sinta Yani. Pihaknya juga menyayangkan aksi tersebut. Menurutnya, umat lain memahami dan mengetahi pelaksanaan Catur Brata Penyepian, salah satunya adalah tidak boleh keluar rumah
Ia menyebut, jika melihat di video yang viral tersebut, justru seperti ada indikasi tidak menghargai pelaksanaan Penyepian. Menurutnya, tindakan seperti ini juga perlu ditindak tegas, dan tidak hanya pada selesai pada permohonan maaf saja.
Sehingga tidak ada lagi oknum-oknum yang memecah belah kerukunan umat Beragama. “Kami berharap agar masalah ini diselesaikan dengan baik, sehingga tidak ada perpecahan di Bali pada khususnya,” kata Sinta.
Mahasiswi yang menempuh Program pascasarjana ini menyebut agar masalah ini juga perlu jadi autokritik bagi umat Hindu, agar semakin kusyuk dalam melaksanakan Catur Brata Penyepian. Sehingga momen Nyepi tidak dirusak oleh umat Hindu sendiri.
“Jangan sampai kita sendiri yang tidak menghargai Catur Brata Penyepian atau melanggar apa yang mesti dilaksanakan saat Catur Brata Penyepian,” singkatnya.