26.5 C
Denpasar
Monday, June 5, 2023

Tu Pekak Alami 8 Tusukan, Penanganan di RS Wangaya Diduga Lambat

DENPASAR, BALI EXPRESS – Meninggalnya I Putu Eka Astina, 40, usai dikeroyok dan ditusuk di Jalan Veteran, Denpasar Utara, menjadi pukulan telak bagi keluarganya. Pihak keluarga pun menyayangkan penanganan di RS Wangaya yang terkesan lambat. Padahal usai insiden, korban masih sadar dan mampu berdiri sambil memegangi lukanya.

 

Istri dari pria yang akrab disapa Tu Pekak itu, Ni Nengah Wikarsini menuturkan dari awal peristiwa yang disaksikan langsung olehnya. Kala itu Selasa (21/3), korban beserta keluarga sedang menonton ogoh-ogoh di TKP. Sekitar pukul 21.00, melintas sebuah grup ogoh-ogoh bernama Deseperado.

 

Tampaklah para pelaku, yakni Gede Santiana Putra alias De Anggur, 30, dan I Dewa Gede Raka Subawa alias Bem Bem, 23, berada di sana. Namun, De Anggur disebut berusaha memancing emosi Tu Pekak. “Mereka terus sengaja mau memancing emosi suami saya, suami saya mereka pelototi,” katanya sambil memperagakan gestur pelaku.

Baca Juga :  Disuruh Bayar Usai Wik Wik, Buruh Tusuk PSK di Bawah Umur di Denpasar

 

Awalnya, korban sudah berusaha lain-lain dan tidak menggubrisnya. Tapi, pelaku disebut terus menerus melakukan itu. Sehingga, akhirnya Tu Pekak menghampiri De Anggur. Akan tetapi, korban seketika didorong oleh pelaku dan rekan rekannya. Kemudian dihujami dengan tusukan senjata tajam.

 

“Bukan hanya dua pelaku saja, ramai yang mengeroyok, saya lihat sendiri” ucapnya. Wikarsini yang waktu itu sedang menggendong putrinya berusaha menolong sang suami dengan berteriak dan mendorong para pelaku. Tapi, sayangnya Tu Pekak sudah terluka berlumuran darah. Walaupun demikian, pria itu masih sangat sadar bisa bangkit.

 

Dia memegangi lukanya dan berjalan naik ke motor untuk diantar ke rumah sakit. Adapun di RS Wangaya tersebut penanganan dinilai lambat. Korban yang mengalami luka, selama satu setengah jam berada di sana hanya mendapat alat bantu pernapasan. Tapi tak dapat penanganan luka.

Baca Juga :  Pelaku Penganiayaan Lufti Ternyata Anggota Jagabaya Kuta

 

“Penanganannya itu yang lambat, 1,5 jam suami saya belum ditangani, masak orang luka hanya dikasi alat pernapasan tapi tidak ada penanganan, padahal saya terus meminta tolong disana agar ditangani suami saya,” imbuhnya. Sampai akhirnya, Tu Pekak dirujuk ke RSUP Prof Ngoerah Sanglah dengan bantuan Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar Made Muliawan Arya alias De Gadjah. Korban langsung mendapatkan dua kali operasi.

 

Operasi pertama detak jantungnya disebut melemah. Operasi kedua, pria itu menghembuskan nafas terakhirnya. Wikarsini mengetahui kalau luka yang diderita sang suami ada delapan tusukan, mulai dari dada, perut hingga kaki. Sementara yang menyebabkan meninggal disinyalir karena tusukan mengenai paru-paru. Rencananya, Tu Pekak akan dikubur di kampung halaman di Banjar Gegelang, Antiga, Karangasem. Namun untuk saat ini, masih menunggu proses otopsi.






Reporter: I Gede Paramasutha

DENPASAR, BALI EXPRESS – Meninggalnya I Putu Eka Astina, 40, usai dikeroyok dan ditusuk di Jalan Veteran, Denpasar Utara, menjadi pukulan telak bagi keluarganya. Pihak keluarga pun menyayangkan penanganan di RS Wangaya yang terkesan lambat. Padahal usai insiden, korban masih sadar dan mampu berdiri sambil memegangi lukanya.

 

Istri dari pria yang akrab disapa Tu Pekak itu, Ni Nengah Wikarsini menuturkan dari awal peristiwa yang disaksikan langsung olehnya. Kala itu Selasa (21/3), korban beserta keluarga sedang menonton ogoh-ogoh di TKP. Sekitar pukul 21.00, melintas sebuah grup ogoh-ogoh bernama Deseperado.

 

Tampaklah para pelaku, yakni Gede Santiana Putra alias De Anggur, 30, dan I Dewa Gede Raka Subawa alias Bem Bem, 23, berada di sana. Namun, De Anggur disebut berusaha memancing emosi Tu Pekak. “Mereka terus sengaja mau memancing emosi suami saya, suami saya mereka pelototi,” katanya sambil memperagakan gestur pelaku.

Baca Juga :  Tak Harmonis, Jadi Alasan Dua Bersaudara Ini Mohon Ngepah Karang

 

Awalnya, korban sudah berusaha lain-lain dan tidak menggubrisnya. Tapi, pelaku disebut terus menerus melakukan itu. Sehingga, akhirnya Tu Pekak menghampiri De Anggur. Akan tetapi, korban seketika didorong oleh pelaku dan rekan rekannya. Kemudian dihujami dengan tusukan senjata tajam.

 

“Bukan hanya dua pelaku saja, ramai yang mengeroyok, saya lihat sendiri” ucapnya. Wikarsini yang waktu itu sedang menggendong putrinya berusaha menolong sang suami dengan berteriak dan mendorong para pelaku. Tapi, sayangnya Tu Pekak sudah terluka berlumuran darah. Walaupun demikian, pria itu masih sangat sadar bisa bangkit.

 

Dia memegangi lukanya dan berjalan naik ke motor untuk diantar ke rumah sakit. Adapun di RS Wangaya tersebut penanganan dinilai lambat. Korban yang mengalami luka, selama satu setengah jam berada di sana hanya mendapat alat bantu pernapasan. Tapi tak dapat penanganan luka.

Baca Juga :  Perbekel Diharapkan Berperan dalam Upaya Peningkatan PAD di Gianyar

 

“Penanganannya itu yang lambat, 1,5 jam suami saya belum ditangani, masak orang luka hanya dikasi alat pernapasan tapi tidak ada penanganan, padahal saya terus meminta tolong disana agar ditangani suami saya,” imbuhnya. Sampai akhirnya, Tu Pekak dirujuk ke RSUP Prof Ngoerah Sanglah dengan bantuan Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar Made Muliawan Arya alias De Gadjah. Korban langsung mendapatkan dua kali operasi.

 

Operasi pertama detak jantungnya disebut melemah. Operasi kedua, pria itu menghembuskan nafas terakhirnya. Wikarsini mengetahui kalau luka yang diderita sang suami ada delapan tusukan, mulai dari dada, perut hingga kaki. Sementara yang menyebabkan meninggal disinyalir karena tusukan mengenai paru-paru. Rencananya, Tu Pekak akan dikubur di kampung halaman di Banjar Gegelang, Antiga, Karangasem. Namun untuk saat ini, masih menunggu proses otopsi.






Reporter: I Gede Paramasutha

Most Read

Artikel Terbaru