27.6 C
Denpasar
Friday, March 24, 2023

Motor Dicegat di Kuta, Dikeroyok Debt Collector Hingga Berujung Maut

DENPASAR, BALI EXPRESS – Tragedi berdarah yang melibatkan  kelompok debt collector Mata Elang hingga menewaskan Gede Budiarsana, 34, Jumat (24/7) terkuak sedikit demi sedikit. Orang yang bersama korban saat insiden di Simpang Jalan Subur-Jalan Kalimutu, Tegal Harum, Denpasar itu, ternyata adalah kakaknya berinisial DH.

DH sempat menjelaskan kronologi dia dan sang adik hingga sampai terlibat pertengkaran dengan salah seorang kerabatnya, yang tak ingin disebutkan namanya. 

Ia mengaku awalnya ditemui dan dihentikan oleh anggota debt collector di Kuta saat melintas menggunakan motor Yamaha Lexi. “Anggota debt collector itu menagih pembayaran motor yang disebutkan macet,” ujar kerabat kakak korban.

Keduanya yang berboncengan itu, lanjutnya, diajak menyelesaikan masalah di markas Mata Elang di Jalan Gunung Patuha, Denpasar. Keduanya, kakak adik itu mengikuti ajakan tersebut. Setibanya di lokasi, mereka sudah ditunggu oleh beberapa orang anggota debt Collector Kelompok Mata Elang yang pada intinya akan menarik motor.

Baca Juga :  Kesal karena Sering Ditegur, ABK Bacok Nahkoda

“Kedua korban ini juga sempat jadi debt collector sehigga tahu aturan. Karena tidak ada penetapan pengadilan untuk penarikan, mereka menolak menyerahkan motor,” lanjutnya. 

Lantaran menolak menyerahkan motor, adu mulut pun tak terhindarkan sampai berujung pertengkaran. Disebutkannya, DH dan adiknya lantas dikeroyok, diserang ada yang membawa pedang dan batu, sehingga memilih lari kabur.

Hingga di simpang Jalan Subur- Jalan Kalimutu, DH berhasil kabur menggunakan jasa ojek online, sementara adiknya Budiarsana berusaha naik pikup yang sedang berjalan. Namun apes, pria asal Kubutambahan, Buleleng itu berhasil ditebas. Budiarsana yang saat ini berprofesi sebagai sekuriti di sebuah restoran tersebut mengalami luka tebas di leher dan tubuhnya. 

Baca Juga :  KPU-Bawaslu Saling Lempar Terkait Kewenangan Penertiban APK

Bahkan lengannya patah karena mencoba menangkis pedang. Sedangkan kakaknya DH mengalami luka di kepala diduga akibat terkena kaca helm yang pecah. 

“Tidak ada niat dari kedua korban untuk arogan atau bahkan mencoba membebaskan motor yang ditarik. Tapi karena mereka tahu aturan, makanya mereka menolak menyerahkan motor hingga akhirnya dianiaya oleh belasan anggota debt collector,” pungkasnya. (ges)


DENPASAR, BALI EXPRESS – Tragedi berdarah yang melibatkan  kelompok debt collector Mata Elang hingga menewaskan Gede Budiarsana, 34, Jumat (24/7) terkuak sedikit demi sedikit. Orang yang bersama korban saat insiden di Simpang Jalan Subur-Jalan Kalimutu, Tegal Harum, Denpasar itu, ternyata adalah kakaknya berinisial DH.

DH sempat menjelaskan kronologi dia dan sang adik hingga sampai terlibat pertengkaran dengan salah seorang kerabatnya, yang tak ingin disebutkan namanya. 

Ia mengaku awalnya ditemui dan dihentikan oleh anggota debt collector di Kuta saat melintas menggunakan motor Yamaha Lexi. “Anggota debt collector itu menagih pembayaran motor yang disebutkan macet,” ujar kerabat kakak korban.

Keduanya yang berboncengan itu, lanjutnya, diajak menyelesaikan masalah di markas Mata Elang di Jalan Gunung Patuha, Denpasar. Keduanya, kakak adik itu mengikuti ajakan tersebut. Setibanya di lokasi, mereka sudah ditunggu oleh beberapa orang anggota debt Collector Kelompok Mata Elang yang pada intinya akan menarik motor.

Baca Juga :  Empat Pilar Kebangsaan Jadi Modal Penting

“Kedua korban ini juga sempat jadi debt collector sehigga tahu aturan. Karena tidak ada penetapan pengadilan untuk penarikan, mereka menolak menyerahkan motor,” lanjutnya. 

Lantaran menolak menyerahkan motor, adu mulut pun tak terhindarkan sampai berujung pertengkaran. Disebutkannya, DH dan adiknya lantas dikeroyok, diserang ada yang membawa pedang dan batu, sehingga memilih lari kabur.

Hingga di simpang Jalan Subur- Jalan Kalimutu, DH berhasil kabur menggunakan jasa ojek online, sementara adiknya Budiarsana berusaha naik pikup yang sedang berjalan. Namun apes, pria asal Kubutambahan, Buleleng itu berhasil ditebas. Budiarsana yang saat ini berprofesi sebagai sekuriti di sebuah restoran tersebut mengalami luka tebas di leher dan tubuhnya. 

Baca Juga :  KPU-Bawaslu Saling Lempar Terkait Kewenangan Penertiban APK

Bahkan lengannya patah karena mencoba menangkis pedang. Sedangkan kakaknya DH mengalami luka di kepala diduga akibat terkena kaca helm yang pecah. 

“Tidak ada niat dari kedua korban untuk arogan atau bahkan mencoba membebaskan motor yang ditarik. Tapi karena mereka tahu aturan, makanya mereka menolak menyerahkan motor hingga akhirnya dianiaya oleh belasan anggota debt collector,” pungkasnya. (ges)


Most Read

Artikel Terbaru