SINGARAJA, BALI EXPRESS-Kepergian Gede Budiarsana, 34, tak hanya menyisakan duka mendalam bagi keluarganya. Tetapi rasa kehilangan juga dirasakan oleh sahabatnya di Dusun Kubuanyar, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.
Seperti diungkapkan Gede Tulis Asttawan. Pria yang juga sebagai Kepala Dusun (Kadus) Kubuanyar ini, mengaku kenal akrab dengan korban. Bahkan, setiap korban pulang kampung, ia kerap bertemu untuk sekadar melepas kangen.
Korban merupakan sosok yang suka bergaul dan humoris. Temannya pun banyak di Kubutambahan. “Sering masak-masak sama Gede. Dia (korban) kebetulan senang masak. Kadang masak ayam, bikin lawar,” kenangnya.
Gede Tulis menyebut, satu jam sebelum tragedi berdarah merenggut nyawanya akibat ditebas anggota debt collector Mata Elang di Simpang Jalan Subur-Jalan Kalimutu, Tegal Harum, Denpasar, Jumat (23/7),
korban Budiarsana sekitar pukul 13.35 Wita sempat menulis status di WhasApp (WA) Storynya. ‘Kalau kita berteman harus pakek hati, jangan pakek uang…biar selamanya kita menjadi sodara,’ tulisnya.
Melihat WA story itu, Gede Tulis pun sempat mengirimkan pesan komentarnya kepada korban untuk memberikan semangat. Menurutnya, korban adalah sosok yang sangat menjunjung nilai-nilai persahabatan.
“Saya komen di storynya. Ya sekadar kasih semangat sebagai sahabat. Dia itu enak diajak berteman,” jelasnya.
Namun kini semuanya hilang, tinggal jadi kenangan dan sisakan duka yang mendalam. Korban meninggalkan seorang istri bernama Ni Kadek Irayani dan ketiga anaknya. Masing-masing bernama Putu Diana Budianti yang kini duduk di bangku SMP, Kadek Rinadika Putra Arsana yang masih duduk di bangku SD, dan Komang Rainad Arsana yang kini masih balita.
Sebelumnya pertikaian berdarah terjadi di kawasan simpang Jalan Subur-Jalan Kalimutu, Monang-Maning, Denpasar Barat Jumat (23/7). Gede Budiarsana, 34, tewas ditebas dengan parang oleh kelompok debt collector. Sejumlah pelaku telah dibekuk oleh jajaran Polresta Denpasar.