25.4 C
Denpasar
Thursday, June 8, 2023

PHRI Buleleng Klaim Siap Terima Kunjungan Wisman

SINGARAJA, BALI EXPRESS – Rencana pemberlakukan new normal di Bali disambut positif oleh Persatuan Hotel dan Retoran Indonesia (PHRI) Buleleng. Sebab, para pengusaha akomodasi wisata ini sudah siap menyongsong pemberlakukan new normal tersebut untuk melayani wisatawan yang berkunjung ke Bali Utara

 

Protokol new normal akan diujicobakan pada Juli mendatang di Bali. Disebutkan, Bali digadang-gadang oleh pemerintah pusat menjadi percontohan daerah yang mampu beradaptasi dengan Covid-19. Pemberlakuan new normal ini diharapkan dapat menggenjot atau memulihkan sektor pariwisata di Bali, dengan memasang pola hidup baru dari segala aspek meliputi kebersihan, kesehatan, dan keamanan.

 

Ketua PHRI Buleleng, Dewa Ketut Suardipa menjelaskan, jika melihat time line  fase pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah pusat, maka dari lima fase yang dirancang, pembukaan restoran, café dan bar dirancang dilakukan pada fase 4,  yang diberlakukan pada 6 Juli mendatang. Kendati demikian, ia meminta agar pemberlakukan new normal ini jangan seperti memakan buah simalaka.

 

“Di satu sisi kami diberikan membuka usaha seperti restoran, café, bar tetapi di sisi lain justru penerbangan ke Bali belum ada. Jangan sampai kami buka tetapi tidak ada wisatawan yang berkunjung. Kan operasionalnya menjadi membengkak,” ujar Dewa Dipa saat dikonfirmasi, Rabu (27/5) siang.

 

Dewa Dipa tak menampik jika bookingan hotel di Buleleng terhitung Agustus hingga Oktober banyak yang cancel. Sehingga, jika new normal diberlakukan, pihaknya pun meminta agar protocol pencegahan Covid-19 benar-benar dilaksanakan.

Baca Juga :  Ikut Meajar-Ajar, WNA Sesak, lalu Meninggal Dekat Pura Lempuyang

 

“Wisatawan yang masuk ke Bali, itu di wajib diswab dulu di Bandara. Kalau negatif, barulah diperbolehkan masuk ke Bali. Termasuk hotel, restoran, café tetap menjalankan protocol pencegahan Covid-19. Jadi ada jaminan bagi wisatawan jika berkunjung ke Bali itu aman dari Corona,” imbuhnya.

 

Ia juga meminta agar kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah baik provinsi, kabupaten hingga desa tidak tumpang tindih. Terlebih, saat ini pengembangan wisata sudah menyasar hingga pelosok pedesaan.

 

“Artinya pemerintah pusat sudah membuka akses. Tetapi dalam pelaksanaannya di desa yang merupakan destinasi wisata justru masih dikarantina. Ini kan tidak sinkron. Pasti akan merugikan wisatawan yang datang,” bebernya.

 

Dewa Dipa juga menegaskan, seluruh hotel dan restoran di Buleleng sudah sangat siap menyongsong new normal. Pasalnya, waktu istirahat selama dua bulan lalu banyak dimanfaatkan oleh hotel untuk berbenah. baik dari sisi sarana maupun pelayanannya.

 

“memang kami sudah siap, dengan waktu lebih dari dua bulan, kami sudah berbenah. staf jug di training secara online, mereka pasti menata hotelnya. Dan jangan khawatr, kami di hotel dan restoran punya protocol Covid-19. Karena kami juga tidak mau ada imported case lagi,” pungkasnya.

Baca Juga :  Waspada Hujan, Atap Hunian Korban Gempa di Ban Diganti Seng

Sementara itu Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana berharap agar Pemrpov Bali, Kabupaten dan pelaku pariwisata duduk bersama untuk membahas persiapan dibukanya keran pariwisata ke Bali. Sebab, secara implisit semua pelaku pariwisata sudah sangat siap untuk menerima kunjungan wisatawan ke Bali.

Termasuk membuka ruang untuk menerima CSR dari pelaku pariwisata yang ingin menyumbang alat Swab metode PCR agar dipasang di Bandara. Sehingga tidak semua pembebanan ada di pemerintah.

“Yang punya hotel besar-besar di Bali kan bisa aja bantu CSR untuk beli alat Swab di Bandara. Ruangnya harus dibuka. Ada keinginan untuk menerima tamu lagi, menghidupkan ekonomi masyrakat Bali dari pariwisata, saya rasa mereka tidak ada masalah untuk berdonasi. daripada mereka tutup, sepertinya mereka siap,” jelasnya.

Khusus di Buleleng, Suradnyana juga telah menyiapkan standar untuk memastikan di wilayah mana saja wisatawan boleh berkunjung.

“Kami akan buat standar keamanan berdasarkan data base serta zona-zona mana yang boleh dan tidak boleh dikunjungi. Seperti wilayah Bondalem misalnya ya tidak saya ijinkan untuk dikunjungi,” tutup Suradnyana.


SINGARAJA, BALI EXPRESS – Rencana pemberlakukan new normal di Bali disambut positif oleh Persatuan Hotel dan Retoran Indonesia (PHRI) Buleleng. Sebab, para pengusaha akomodasi wisata ini sudah siap menyongsong pemberlakukan new normal tersebut untuk melayani wisatawan yang berkunjung ke Bali Utara

 

Protokol new normal akan diujicobakan pada Juli mendatang di Bali. Disebutkan, Bali digadang-gadang oleh pemerintah pusat menjadi percontohan daerah yang mampu beradaptasi dengan Covid-19. Pemberlakuan new normal ini diharapkan dapat menggenjot atau memulihkan sektor pariwisata di Bali, dengan memasang pola hidup baru dari segala aspek meliputi kebersihan, kesehatan, dan keamanan.

 

Ketua PHRI Buleleng, Dewa Ketut Suardipa menjelaskan, jika melihat time line  fase pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah pusat, maka dari lima fase yang dirancang, pembukaan restoran, café dan bar dirancang dilakukan pada fase 4,  yang diberlakukan pada 6 Juli mendatang. Kendati demikian, ia meminta agar pemberlakukan new normal ini jangan seperti memakan buah simalaka.

 

“Di satu sisi kami diberikan membuka usaha seperti restoran, café, bar tetapi di sisi lain justru penerbangan ke Bali belum ada. Jangan sampai kami buka tetapi tidak ada wisatawan yang berkunjung. Kan operasionalnya menjadi membengkak,” ujar Dewa Dipa saat dikonfirmasi, Rabu (27/5) siang.

 

Dewa Dipa tak menampik jika bookingan hotel di Buleleng terhitung Agustus hingga Oktober banyak yang cancel. Sehingga, jika new normal diberlakukan, pihaknya pun meminta agar protocol pencegahan Covid-19 benar-benar dilaksanakan.

Baca Juga :  Kejaksaan Agung Akan Lakukan Investigasi Internal di Kejati Bali

 

“Wisatawan yang masuk ke Bali, itu di wajib diswab dulu di Bandara. Kalau negatif, barulah diperbolehkan masuk ke Bali. Termasuk hotel, restoran, café tetap menjalankan protocol pencegahan Covid-19. Jadi ada jaminan bagi wisatawan jika berkunjung ke Bali itu aman dari Corona,” imbuhnya.

 

Ia juga meminta agar kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah baik provinsi, kabupaten hingga desa tidak tumpang tindih. Terlebih, saat ini pengembangan wisata sudah menyasar hingga pelosok pedesaan.

 

“Artinya pemerintah pusat sudah membuka akses. Tetapi dalam pelaksanaannya di desa yang merupakan destinasi wisata justru masih dikarantina. Ini kan tidak sinkron. Pasti akan merugikan wisatawan yang datang,” bebernya.

 

Dewa Dipa juga menegaskan, seluruh hotel dan restoran di Buleleng sudah sangat siap menyongsong new normal. Pasalnya, waktu istirahat selama dua bulan lalu banyak dimanfaatkan oleh hotel untuk berbenah. baik dari sisi sarana maupun pelayanannya.

 

“memang kami sudah siap, dengan waktu lebih dari dua bulan, kami sudah berbenah. staf jug di training secara online, mereka pasti menata hotelnya. Dan jangan khawatr, kami di hotel dan restoran punya protocol Covid-19. Karena kami juga tidak mau ada imported case lagi,” pungkasnya.

Baca Juga :  Jelang Lebaran, Harga Barang Pokok Merangkak Naik

Sementara itu Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana berharap agar Pemrpov Bali, Kabupaten dan pelaku pariwisata duduk bersama untuk membahas persiapan dibukanya keran pariwisata ke Bali. Sebab, secara implisit semua pelaku pariwisata sudah sangat siap untuk menerima kunjungan wisatawan ke Bali.

Termasuk membuka ruang untuk menerima CSR dari pelaku pariwisata yang ingin menyumbang alat Swab metode PCR agar dipasang di Bandara. Sehingga tidak semua pembebanan ada di pemerintah.

“Yang punya hotel besar-besar di Bali kan bisa aja bantu CSR untuk beli alat Swab di Bandara. Ruangnya harus dibuka. Ada keinginan untuk menerima tamu lagi, menghidupkan ekonomi masyrakat Bali dari pariwisata, saya rasa mereka tidak ada masalah untuk berdonasi. daripada mereka tutup, sepertinya mereka siap,” jelasnya.

Khusus di Buleleng, Suradnyana juga telah menyiapkan standar untuk memastikan di wilayah mana saja wisatawan boleh berkunjung.

“Kami akan buat standar keamanan berdasarkan data base serta zona-zona mana yang boleh dan tidak boleh dikunjungi. Seperti wilayah Bondalem misalnya ya tidak saya ijinkan untuk dikunjungi,” tutup Suradnyana.


Most Read

Artikel Terbaru