DENPASAR, BALI EXPRESS – Kasus demam berdarah dengue (DBD) sepanjang 2019 rupanya mengalami lonjakan drastis. Angka kejadiannya hampir mencapai lima kali lipat.
Berdasar data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, sampai dengan November 2019, jumlah kasus DBD mencapai 4.945 orang. Sementara pada 2018 lalu, jumlah kejadiannya hanya tercatat 897 orang.
Dari kasus yang terjadi di hampir sepanjang tahun ini, jumlah kasus tertinggi ada di Kabupaten Buleleng. Kasusnya mencapai 1.329 orang. Lalu di urutan kedua ditempati Kota Denpasar dengan jumlah 1.144 orang. Kemudian Badung sebanyak 883 orang.
Dari tiga daerah dengan jumlah kasus tertinggi itu, kasus yang terjadi di Denpasar mendapatkan perhatian dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Sebab, dari 1.144 orang, tiga diantaranya sampai meninggal dunia.
Situasi tersebut berbeda dengan data yang terangkum pada 2018 lalu. Dari data yang tercatat sebanyak 897 orang pada waktu itu, dua orang di antaranya meninggal dunia. Satu di Kabupaten Tabanan dan satunya lagi di Kabupaten Gianyar.
Meningkat jumlah kasus DBD ini tidak dipungkiri Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya. Bahkan, pihaknya menegaskan, saat ini penyakit tersebut sedang diwaspadai pihaknya. “Seiring meningkatnya curah hujan, diprediksi DB akan meningkat,” ujarnya, Minggu kemarin (29/12).
Karena itu, pihaknya mengimbau agar masyarakat turut melakukan langkah antisipasi. Salah satunya dengan melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) di lingkungan rumah masing-masing. “Karena sesungguhnya itu yang terbaik. Bukan fogging. PSN yang utama,” tegasnya.
Menurutnya, pasang surut jumlah kasus DBD tidak lepas dari kondisi lingkungan. Begitu juga dengan kondisi cuaca, khususnya di saat curah hujan lagi tinggi-tingginya. “Dan perilaku warga juga menentukan. Khususnya untuk mengatasi perkembangbiakan nyamuk ini,” imbuhnya.
Dia pun mengakui, dari sembilan kabupaten/kota, Denpasar menjadi perhatian pihaknya. Karena itu, pihaknya mendorong agar kegiatan PSN lebih dioptimalkan lagi. “Sebetulnya di manapun bisa saja terjadi. Selama lingkungannya tidak terjaga kebersihannya. Dulu (tahun lalu) kan di Gianyar tinggi,” pungkasnya.