25.4 C
Denpasar
Monday, March 27, 2023

Bikin Sesajen Nasi Gede Lanang Istri Saat Pangrupukan

SINGARAJA, BALI EXPRESS- Desa Adat Kalisada, Kecamatan Seririt, Buleleng rutin mempersembahkan Nasi Gede Lanang Istri saat Tawur Agung atau malam pangrupukan. Sarana ini sebagai persembahan ke hadapan Bhuta Yadnya sekaligus sebagai simbol Dewi Sri untuk memohon kesuburan.

Bendesa Adat Kalisada Jro Putu Astika menjelaskan, Nasi Gede Lanang Istri dibuat berdasarkan kuna dresta yang sudah dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat saat jelang Nyepi. Konon, sebelum ada tradisi mempersembahkan itu, desa tersebut terkena wabah penyakit yang menyebabkan banyaknya warga sakit mala dan segala tanaman pun rusak.

Guna menanggulangi keadaan tersebut, maka dibuatkan sarana untuk menetralkan, yaitu Nasi Gede Lanang Istri. “Nasi Gede disimbolkan sebagai manusia yang rela memasrahkan serta mau mengorbankan dirinya sebagai bhakti ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk membersihkan bhuana agung dan bhuana alit,” jelasnya.

Baca Juga :  Pura Kuntul Bumi Dibangun Berdasar Nazar Pejuang Kemerdekaan

Upacaranya dilaksanakan di depan jaba Pura Desa terakhir dilebar di catus pata. Dipilihnya depan jaba pura itu karena kesepakatan tokoh masyarakat Desa Adat Kalisada yang tempatnya sangat strategis, berada di tengah-tengah desa dan mengarah ke selatan, yaitu gunung.

Sebelum pelaksanaan upacara, ia menyebut ada beberapa tahapan yaitu pamangku dan tokoh adat mempersiapkan banten atau sarana upakara. Para pamangku mempersiapkan tirta surya yang akan digunakan dalam proses caru. Sedangkan krama desa membuat upakara nasi gede lanang istri dengan berbagai pelengkap seperti sate, jukut balung, dan lawar.

Sarana banten yang digunakan seperti canang raka daksina, arak berem dan lain sebagainya. “Sarana yang dipergunakan adalah nasi putih sekitar 5 kg, sate 27 biji, daging dan jukut balung 21 tekor, serta lawar petak yang ditaburkan di seluruh badan caru. Untuk banten pras pejati, canang raka daksina, arak berem, tegen-tegenan, disertai dengan banten caru panca sata,” tutupnya.

Baca Juga :  Indrani (2) : Gairah Wanita Kembali Seperti Gadis

 






Reporter: I Putu Mardika

SINGARAJA, BALI EXPRESS- Desa Adat Kalisada, Kecamatan Seririt, Buleleng rutin mempersembahkan Nasi Gede Lanang Istri saat Tawur Agung atau malam pangrupukan. Sarana ini sebagai persembahan ke hadapan Bhuta Yadnya sekaligus sebagai simbol Dewi Sri untuk memohon kesuburan.

Bendesa Adat Kalisada Jro Putu Astika menjelaskan, Nasi Gede Lanang Istri dibuat berdasarkan kuna dresta yang sudah dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat saat jelang Nyepi. Konon, sebelum ada tradisi mempersembahkan itu, desa tersebut terkena wabah penyakit yang menyebabkan banyaknya warga sakit mala dan segala tanaman pun rusak.

Guna menanggulangi keadaan tersebut, maka dibuatkan sarana untuk menetralkan, yaitu Nasi Gede Lanang Istri. “Nasi Gede disimbolkan sebagai manusia yang rela memasrahkan serta mau mengorbankan dirinya sebagai bhakti ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk membersihkan bhuana agung dan bhuana alit,” jelasnya.

Baca Juga :  Sepenggal Kisah Magis Aksi Ki Barak Panji di Pura Segara Penimbangan

Upacaranya dilaksanakan di depan jaba Pura Desa terakhir dilebar di catus pata. Dipilihnya depan jaba pura itu karena kesepakatan tokoh masyarakat Desa Adat Kalisada yang tempatnya sangat strategis, berada di tengah-tengah desa dan mengarah ke selatan, yaitu gunung.

Sebelum pelaksanaan upacara, ia menyebut ada beberapa tahapan yaitu pamangku dan tokoh adat mempersiapkan banten atau sarana upakara. Para pamangku mempersiapkan tirta surya yang akan digunakan dalam proses caru. Sedangkan krama desa membuat upakara nasi gede lanang istri dengan berbagai pelengkap seperti sate, jukut balung, dan lawar.

Sarana banten yang digunakan seperti canang raka daksina, arak berem dan lain sebagainya. “Sarana yang dipergunakan adalah nasi putih sekitar 5 kg, sate 27 biji, daging dan jukut balung 21 tekor, serta lawar petak yang ditaburkan di seluruh badan caru. Untuk banten pras pejati, canang raka daksina, arak berem, tegen-tegenan, disertai dengan banten caru panca sata,” tutupnya.

Baca Juga :  Puluhan Ribu Krama Desa Adat Jimbaran Ikuti Upacara Masupati Sesuhunan

 






Reporter: I Putu Mardika

Most Read

Artikel Terbaru