28.7 C
Denpasar
Wednesday, March 22, 2023

Tradisi Ngodog Tidak Boleh Bicara, Tak Bisa Memotong Kena Sanksi

BANGLI, BALI EXPRESS -Tradisi Ngodog yang dilaksanakan serangkaian upacara Neduh oleh krama Desa Adat Bunutin, Kecamatan Kintamani, Bangli, dilaksanakan saat Purnama Sasih Kapitu.

Tradisi Ngodog dilaksanakan sebagai persembahan untuk memohon kesuburan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Prosesi Ngodog dipimpin oleh Jro Bayan Luh-Muani (laki dan perempuan). Jro Bayan muani mengucapkan mantra, sedangkan Jro Bayan luh melantunkan kidung sambil menuangkan tirta. Warga masyarakat dan teruna teruni yang ikut menyaksikan tradisi ini tidak diperbolehkan mengeluarkan sepatah kata pun sampai tradisi selesai dilaksanakan.

Tokoh Adat Bunutin I Wayan Rungu
mengatakan, apabila deha teruni terpilih tidak bisa memotong godogan akan dikenai sanksi berupa 1.000 kepeng pis bolong asli dan banten pamerascita.

Baca Juga :  Minggu Pantang Tebang Bambu, Ini Penjelasan Pinandita Pasek Swastika

Selanjutnya setelah upacara selesai, godogan yang berhasil dipotong akan dibagikan.  “Selesai dipersembahkannya godogan lalu dibagikan oleh pacacar. Kemudian dibawa pulang oleh masyarakat. Tradisi ini diakhiri dengan nunas tipat, pisang, pala bungkah dan pala gantung yang didapat,” paparnya.

Kemudian masyarakat Desa Bunutin nunas lungsuran yang telah dibagikan kepada warga setempat, yang dipercayai sebagai bentuk kemakmuran desa. Selain itu, nunas tirta yang akan dipercikkan ke ladang masing-masing warga, sehingga diharapkan dapat menghasilkan panen yang berlimpah.

Krama Desa Bunutin meyakini tirta suci yang dipercikkan tersebut dapat menetralkan segala hama dan penyakit pada tanaman, sehingga hasil pertanian dan perkebunan warga akan memuaskan.

Dikatakan Wayan Rungu, banten yang digunakan dalam tradisi Ngodog diantaranya salara yang terbuat dari tepung dan berisikan rengginang, kiping, dan bebek.

Baca Juga :  Made Urip dan Wayan Koster Kompak Tanam Bibit Pohon

Durmangala merupakan banten yang digunakan untuk menjauhkan diri dari segala macam masalah negatif. Kemudian banten jerimpen dan jerimpen tegeh. Sarana ini merupakan simbol permohonan terhadap Tuhan beserta manifestasiNya (asta aiswarya) agar memberikan anugerah. Ada juga sarana banten gelar sanga yang ditujukan untuk mendak dan ngelebar Ida Bhatara.

 






Reporter: I Putu Mardika

BANGLI, BALI EXPRESS -Tradisi Ngodog yang dilaksanakan serangkaian upacara Neduh oleh krama Desa Adat Bunutin, Kecamatan Kintamani, Bangli, dilaksanakan saat Purnama Sasih Kapitu.

Tradisi Ngodog dilaksanakan sebagai persembahan untuk memohon kesuburan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Prosesi Ngodog dipimpin oleh Jro Bayan Luh-Muani (laki dan perempuan). Jro Bayan muani mengucapkan mantra, sedangkan Jro Bayan luh melantunkan kidung sambil menuangkan tirta. Warga masyarakat dan teruna teruni yang ikut menyaksikan tradisi ini tidak diperbolehkan mengeluarkan sepatah kata pun sampai tradisi selesai dilaksanakan.

Tokoh Adat Bunutin I Wayan Rungu
mengatakan, apabila deha teruni terpilih tidak bisa memotong godogan akan dikenai sanksi berupa 1.000 kepeng pis bolong asli dan banten pamerascita.

Baca Juga :  Tiga Desa Adat di Badung Sepakat Tak Buat Ogoh-ogoh

Selanjutnya setelah upacara selesai, godogan yang berhasil dipotong akan dibagikan.  “Selesai dipersembahkannya godogan lalu dibagikan oleh pacacar. Kemudian dibawa pulang oleh masyarakat. Tradisi ini diakhiri dengan nunas tipat, pisang, pala bungkah dan pala gantung yang didapat,” paparnya.

Kemudian masyarakat Desa Bunutin nunas lungsuran yang telah dibagikan kepada warga setempat, yang dipercayai sebagai bentuk kemakmuran desa. Selain itu, nunas tirta yang akan dipercikkan ke ladang masing-masing warga, sehingga diharapkan dapat menghasilkan panen yang berlimpah.

Krama Desa Bunutin meyakini tirta suci yang dipercikkan tersebut dapat menetralkan segala hama dan penyakit pada tanaman, sehingga hasil pertanian dan perkebunan warga akan memuaskan.

Dikatakan Wayan Rungu, banten yang digunakan dalam tradisi Ngodog diantaranya salara yang terbuat dari tepung dan berisikan rengginang, kiping, dan bebek.

Baca Juga :  Anggota Sekaa Teruna Menikah Wajib Diberi Kado

Durmangala merupakan banten yang digunakan untuk menjauhkan diri dari segala macam masalah negatif. Kemudian banten jerimpen dan jerimpen tegeh. Sarana ini merupakan simbol permohonan terhadap Tuhan beserta manifestasiNya (asta aiswarya) agar memberikan anugerah. Ada juga sarana banten gelar sanga yang ditujukan untuk mendak dan ngelebar Ida Bhatara.

 






Reporter: I Putu Mardika

Most Read

Artikel Terbaru