28.7 C
Denpasar
Sunday, April 2, 2023

Ada 11 Palinggih, Pura Menjangan Dibangun Atas Pawisik Gajah Mada

SINGARAJA, BALI EXPRESS -Pulau Menjangan yang terletak di Desa Sumber Kelampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng tidak hanya dijadikan sebagai kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Tetapi juga menjadi kawasan wisata spiritual yang cukup dikenal di kalangan penekun spiritual, karena terdapat belasan palinggih. Pura di areal inipun sudah dibangun sejak 1999 silam.

Secara geografis, Pulau Menjangan posisinya di sebelah utara ujung barat Pulau Bali. Jaraknya sekitar 76 kilometer arah barat Kota Singaraja, atau berjarak sekitar 6,5 kilometer ke arah utara Labuan Lalang, Desa Sumberkelampok.

Pulau seluas 175 hektare ini juga bisa diakses dari Labuhan Banyumandi, Banjar Dinas Batuampar, Desa Pejarakan.

GAJAH MADA : Palinggih Hyang Pasupati dan Palinggih Gajah Mada.Putu Mardika/Bali Express

Koran inipun sempat nangkil menuju ke Pulau Menjangan, Sabtu (30/4) lalu bertepatan dengan Tilem. Penyebrangannya melalui Banyumandi, Desa Pejarakan, melalui perahu yang berkapasitas 10 orang penumpang.

Sejumlah nelayan pun sudah stand by dengan perahunya menunggu pamedek yang hendak nangkil ke pura. Mereka juga kerap mengantar wisatawan yang hendak melakukan aktivitas snorkeling, diving, trekking hingga tour temple di kawasan Pulau Menjangan.

Waktu tempuh menuju Pulau Menjangan dari Banyumandi sampai 30 menit. Selama perjalanan laut, pamedek akan disuguhi pemandangan pesisir yang sangat indah dan menakjubkan. Ditambah dengan birunya air laut dengan kekayaan biota lautnya yang nampak dari permukaan laut.

Begitu sampai di Pulau Menjangan, perahu sudah bisa langsung nyandar di dermaga tanpa harus mengantri berlama-lama. Posisi palinggih di kawasan pulau ini sebagian besar letaknya di sisi timur Pulau Menjangan.

Baca Juga :  Gula Aren di Desa Pedawa, Buleleng; Hindari Pantangan Saat Ngiris

Seperti namanya, begitu menginjakkan kaki di areal pulau ini, sejumlah hewan Menjangan mulai menampakkan diri. Satwa dilindungi dengan warna coklat muda ini begitu jinak dan mendekati pamedek. Spontan saja, pamedek langsung mengambil handphone untuk mengabadikan momen ini.

Sekitar 30 meter dari dermaga, pamedek terlebih dulu untuk melakukan persembahyangan di Palinggih Lebuh. Setelah itu lanjut berjalan kaki dengan menyusuri jalan yang dipaving menuju palinggih selanjutnya.

Pamedek wajib melakukan persembahyangan di Pura Taman Beji. Selanjutnya bergeser ke Pasraman Brahma Ireng linggih Ida Ratu Lingsir Kebo Iwa. Kemudian persembahyangan dilakukan ke Palinggih Dewi Kwam Im, Palinggih Gajah Mada yang meraga Wisnu Murti.

Persembahyangan bergeser ke Palinggih Dalem Waturengggong, Dalem Erlangga, Hyang Bhatara Pasupati, Ida Bhatara Hyang Ganesha, Linggih Ida Ratu Kanjeng  Roro Kidul,  linggih Ida Ibu Parwati, Lingga Yoni dan Sang Hyang Semar. Seluruh persembahyangan dipimpin langsung oleh pamangku.

Kepada Bali Express (Jawa Pos Group) Ratu Ibu Tungga Bhuwana Pertiwi selaku pangempon kawasan Pura Gili Menjangan mengatakan kawasan Pura Gili Menjangan mulai dibangun sejak tahun 1999.

Wanita yang saat Welaka bernama Tjokorda Istri Rai Suryatnini dan Suami Nyoman Sudiarta, mengaku ngayah di kawasan pura ini sejak tahun 1999 lalu. Kala itu memang belum ada bangunan pura seperti sekarang ini. Semuanya masih seperti pulau tak berpenghuni. Yang ada hanyalah hewan Menjangan.

Ia bersama masyarakat setempat membangun palinggih secara bahu membahu dari dana punia yang dihaturkan pamedek di kawasan Pulau Menjangan. Pembangunan pura dilakukan secara bertahap dan rampung tahun 2006 silam.

Baca Juga :  Gambang dalam Ritual Ngaben, Diyakini Antarkan Sang Atma ke Sunya Loka

“Bahan bangunan untuk palinggih semua dibeli dari hasil dana punia pamedek. Materialnya diangkut dari Labuhan Lalang. Biaya angkutnya bisa tiga kali lipat karena memang pakai boat untuk ngangkutnya,” kenangnya.

Secara perlahan bangunan seperti Palinggih Lebuh, Taman Beji, Pasraman Brahma Ireng linggih Ida Ratu Lingsir Kebo Iwa, Dewi Kwam Im, Gajah Mada, Dalem Waturengggong, Dalem Erlangga, Hyang Bhatara Pasupati, Ida Bhatara Hyang Ganesha, linggih Ida Ratu Kanjeng  Roro Kidul,  linggih Ida Ibu Parwati, Lingga Yoni dan Sang Hyang Semar akhirnya rampung dibangun.

Diceritakannya jika pura kawasan Gili Menjangan memang dibangun atas pawisik (petunjuk gaib) yang diterimanya dari Mahapatih Gajah Mada. Bahkan, dalam pawisik juga disarankan untuk membangun Palinggih Kebo Iwa dan Ida Bhatara Hyang Pasupati.

“Beliau (Gajah Mada) ada perjanjian dengan panglingsir Kebo Iwa dan Ida Bhtara Hyang Pasupati. Jika Bali gonjang-ganjing, maka beliau akan kembali dan berjanji khususnya berstana di Pura Pingit Klenting Sari di Pulau Gili Menjangan. Itulah sebabnya mengapa juga dibangun Palinggih Kebo Iwa dan Hyang Pasupati,” ceritanya.

Pembangunan Palinggih Dewi Kwan Im juga tidak lepas dari pawisik yang diterimanya. Meski tidak berani berjanji mewujudkan dalam waktu dekat, namun secara bertahap akhirnya satu persatu palinggih dibangun. “Semua dana dari umat seluruh Bali dan Nusantara” sebutnya.

 






Reporter: I Putu Mardika

SINGARAJA, BALI EXPRESS -Pulau Menjangan yang terletak di Desa Sumber Kelampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng tidak hanya dijadikan sebagai kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Tetapi juga menjadi kawasan wisata spiritual yang cukup dikenal di kalangan penekun spiritual, karena terdapat belasan palinggih. Pura di areal inipun sudah dibangun sejak 1999 silam.

Secara geografis, Pulau Menjangan posisinya di sebelah utara ujung barat Pulau Bali. Jaraknya sekitar 76 kilometer arah barat Kota Singaraja, atau berjarak sekitar 6,5 kilometer ke arah utara Labuan Lalang, Desa Sumberkelampok.

Pulau seluas 175 hektare ini juga bisa diakses dari Labuhan Banyumandi, Banjar Dinas Batuampar, Desa Pejarakan.

GAJAH MADA : Palinggih Hyang Pasupati dan Palinggih Gajah Mada.Putu Mardika/Bali Express

Koran inipun sempat nangkil menuju ke Pulau Menjangan, Sabtu (30/4) lalu bertepatan dengan Tilem. Penyebrangannya melalui Banyumandi, Desa Pejarakan, melalui perahu yang berkapasitas 10 orang penumpang.

Sejumlah nelayan pun sudah stand by dengan perahunya menunggu pamedek yang hendak nangkil ke pura. Mereka juga kerap mengantar wisatawan yang hendak melakukan aktivitas snorkeling, diving, trekking hingga tour temple di kawasan Pulau Menjangan.

Waktu tempuh menuju Pulau Menjangan dari Banyumandi sampai 30 menit. Selama perjalanan laut, pamedek akan disuguhi pemandangan pesisir yang sangat indah dan menakjubkan. Ditambah dengan birunya air laut dengan kekayaan biota lautnya yang nampak dari permukaan laut.

Begitu sampai di Pulau Menjangan, perahu sudah bisa langsung nyandar di dermaga tanpa harus mengantri berlama-lama. Posisi palinggih di kawasan pulau ini sebagian besar letaknya di sisi timur Pulau Menjangan.

Baca Juga :  Legenda di Balik Keberadaan Candi Pari dan Sumur di Sidoarjo

Seperti namanya, begitu menginjakkan kaki di areal pulau ini, sejumlah hewan Menjangan mulai menampakkan diri. Satwa dilindungi dengan warna coklat muda ini begitu jinak dan mendekati pamedek. Spontan saja, pamedek langsung mengambil handphone untuk mengabadikan momen ini.

Sekitar 30 meter dari dermaga, pamedek terlebih dulu untuk melakukan persembahyangan di Palinggih Lebuh. Setelah itu lanjut berjalan kaki dengan menyusuri jalan yang dipaving menuju palinggih selanjutnya.

Pamedek wajib melakukan persembahyangan di Pura Taman Beji. Selanjutnya bergeser ke Pasraman Brahma Ireng linggih Ida Ratu Lingsir Kebo Iwa. Kemudian persembahyangan dilakukan ke Palinggih Dewi Kwam Im, Palinggih Gajah Mada yang meraga Wisnu Murti.

Persembahyangan bergeser ke Palinggih Dalem Waturengggong, Dalem Erlangga, Hyang Bhatara Pasupati, Ida Bhatara Hyang Ganesha, Linggih Ida Ratu Kanjeng  Roro Kidul,  linggih Ida Ibu Parwati, Lingga Yoni dan Sang Hyang Semar. Seluruh persembahyangan dipimpin langsung oleh pamangku.

Kepada Bali Express (Jawa Pos Group) Ratu Ibu Tungga Bhuwana Pertiwi selaku pangempon kawasan Pura Gili Menjangan mengatakan kawasan Pura Gili Menjangan mulai dibangun sejak tahun 1999.

Wanita yang saat Welaka bernama Tjokorda Istri Rai Suryatnini dan Suami Nyoman Sudiarta, mengaku ngayah di kawasan pura ini sejak tahun 1999 lalu. Kala itu memang belum ada bangunan pura seperti sekarang ini. Semuanya masih seperti pulau tak berpenghuni. Yang ada hanyalah hewan Menjangan.

Ia bersama masyarakat setempat membangun palinggih secara bahu membahu dari dana punia yang dihaturkan pamedek di kawasan Pulau Menjangan. Pembangunan pura dilakukan secara bertahap dan rampung tahun 2006 silam.

Baca Juga :  Lima Tahun Sekali Ngaben Massal di Desa Adat Ole

“Bahan bangunan untuk palinggih semua dibeli dari hasil dana punia pamedek. Materialnya diangkut dari Labuhan Lalang. Biaya angkutnya bisa tiga kali lipat karena memang pakai boat untuk ngangkutnya,” kenangnya.

Secara perlahan bangunan seperti Palinggih Lebuh, Taman Beji, Pasraman Brahma Ireng linggih Ida Ratu Lingsir Kebo Iwa, Dewi Kwam Im, Gajah Mada, Dalem Waturengggong, Dalem Erlangga, Hyang Bhatara Pasupati, Ida Bhatara Hyang Ganesha, linggih Ida Ratu Kanjeng  Roro Kidul,  linggih Ida Ibu Parwati, Lingga Yoni dan Sang Hyang Semar akhirnya rampung dibangun.

Diceritakannya jika pura kawasan Gili Menjangan memang dibangun atas pawisik (petunjuk gaib) yang diterimanya dari Mahapatih Gajah Mada. Bahkan, dalam pawisik juga disarankan untuk membangun Palinggih Kebo Iwa dan Ida Bhatara Hyang Pasupati.

“Beliau (Gajah Mada) ada perjanjian dengan panglingsir Kebo Iwa dan Ida Bhtara Hyang Pasupati. Jika Bali gonjang-ganjing, maka beliau akan kembali dan berjanji khususnya berstana di Pura Pingit Klenting Sari di Pulau Gili Menjangan. Itulah sebabnya mengapa juga dibangun Palinggih Kebo Iwa dan Hyang Pasupati,” ceritanya.

Pembangunan Palinggih Dewi Kwan Im juga tidak lepas dari pawisik yang diterimanya. Meski tidak berani berjanji mewujudkan dalam waktu dekat, namun secara bertahap akhirnya satu persatu palinggih dibangun. “Semua dana dari umat seluruh Bali dan Nusantara” sebutnya.

 






Reporter: I Putu Mardika

Most Read

Artikel Terbaru