25.4 C
Denpasar
Thursday, June 8, 2023

Ada 5 Wujud Api Ritual, Diyakini Jadi Pembawa Persembahan

“Api sebagai sarana upacara agama yang dipentingkan adalah api yang mengeluarkan asap yang berbau harum dan sangat dihindari penggunaan api yang terbuat dari lilin, oleh karena lilin itu tidak mengeluarkan bau yang harum.”
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kecamatan Buleleng Nyoman Suardika

BULELENG, BALI EXPRESS -Api sangat penting dalam berbagai upacara yadnya di Bali. Tidak hanya dipandang secara nyata atau sekala semata. Dari sisi niskala, api menjadi saksi jalannya ritual.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kecamatan Buleleng Nyoman Suardika mengatakan, dalam kehidupan spiritual, api digunakan saat pelaksanaan upacara Panca Yadnya, yakni Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, Rsi Yadnya, dan Bhuta Yadnya.

Ketua PHDI Kecamatan Buleleng, Nyoman Suardika. I Putu Mardika/ Bali Express.

Dikatakan Suardika, hampir tidak ada upacara yadnya yang dilaksanakan umat Hindu di Bali tanpa melibatkan api. Ada dalam bentuk dupa, pasepan maupun api linting. Ada juga tarian yang menggunakan sarana api. Seperti Tari Sanghyang Jaran, Sanghyang Dedari dan lainnya.

Suardika menyampaikan, sebelum pelaksanaan upacara keagamaan dimulai, biasanya diawali dengan menyalakan api, baik api dupa, lampu minyak kelapa, maupun pasepan dan lainnya. Penggunaan api yang menonjol itu, disebabkan sifatnya yang memiliki panas dan cahaya.

Baca Juga :  Piodalan di Pura Kahyangan Tiga di Sidayu Nyuhaya Wajib Mlasti

Panas api meresap berbagai sisi, baik ke dalam tanah, angkasa, kayu, daun, tumbuhan, makhluk hidup maupun tubuh manusia. Sementara cahayanya menyebar ke seluruh penjuru, kecuali terhalang.

Suardika mengatakan secara simbolik, gerak apinya yang berkobar melambangkan semangat. Asapnya yang putih dengan harum mewangi membumbung tinggi, kemudian menyatu di udara. “Sifat yang demikian itu menyebabkan api diyakini sebagai pembawa persembahan manusia kepada Ida Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai pencipta alam beserta isinya,” ujar Suardika.

Dalam berbagai pustaka Hindu disebutkan ada tiga tempat api. Pertama, api di angkasa, yakni api yang ada di langit seperti matahari dan petir. Kedua, api di dalam ibu pertiwi, contohnya dapat dilihat pada gunung aktif. Letupan lava membuktikan ada api dalam bumi.
Yang ketiga adalah api di dalam diri. Api dalam diri ini terdapat di dalam jantung, sehingga menyebabkan darah yang beredar dan tubuh manusia menjadi panas. Tanpa adanya api dalam diri manusia, manusia akan mati.

Baca Juga :  Tak Ingin Musibah, Pamangku di Desa Les Pantang Gunakan Genta

Manfaat api adalah sebagai utpeti (pencipta), stiti atau memelihara yang disebut juga angkara tarpana/pedamaran serta pralina atau melebur api pengesengan ngaben atau pengembalian kepada Panca Maha Bhuta.

Suardika mengatakan, ada lima aspek wujud api ritual atau kesucian, yakni api, Brahma Agni (api yang sangat luas) digunakan selama pelaksanaan upacara yang muncul sebagai api dunia.

Prajapatya Agni, api yang diberikan kepada para brahmacari, mempersembahkan upacara agnihotra. Garhyapatya Agni, api untuk kepentingan keluarga yang diperoleh setelah upacara perkawinan. Api ini hendaknya dipelihara selama hidup.

“Daksina Agni, api yang digunakan dalam persembahan kepada leluhur dan Kravyada Agni, api yang digunakan dalam upacara pembakaran jenazah,” paparnya.






Reporter: I Putu Mardika

“Api sebagai sarana upacara agama yang dipentingkan adalah api yang mengeluarkan asap yang berbau harum dan sangat dihindari penggunaan api yang terbuat dari lilin, oleh karena lilin itu tidak mengeluarkan bau yang harum.”
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kecamatan Buleleng Nyoman Suardika

BULELENG, BALI EXPRESS -Api sangat penting dalam berbagai upacara yadnya di Bali. Tidak hanya dipandang secara nyata atau sekala semata. Dari sisi niskala, api menjadi saksi jalannya ritual.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kecamatan Buleleng Nyoman Suardika mengatakan, dalam kehidupan spiritual, api digunakan saat pelaksanaan upacara Panca Yadnya, yakni Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, Rsi Yadnya, dan Bhuta Yadnya.

Ketua PHDI Kecamatan Buleleng, Nyoman Suardika. I Putu Mardika/ Bali Express.

Dikatakan Suardika, hampir tidak ada upacara yadnya yang dilaksanakan umat Hindu di Bali tanpa melibatkan api. Ada dalam bentuk dupa, pasepan maupun api linting. Ada juga tarian yang menggunakan sarana api. Seperti Tari Sanghyang Jaran, Sanghyang Dedari dan lainnya.

Suardika menyampaikan, sebelum pelaksanaan upacara keagamaan dimulai, biasanya diawali dengan menyalakan api, baik api dupa, lampu minyak kelapa, maupun pasepan dan lainnya. Penggunaan api yang menonjol itu, disebabkan sifatnya yang memiliki panas dan cahaya.

Baca Juga :  Kerap Menjadi Lokasi Minta Petunjuk Tangkap Penjahat

Panas api meresap berbagai sisi, baik ke dalam tanah, angkasa, kayu, daun, tumbuhan, makhluk hidup maupun tubuh manusia. Sementara cahayanya menyebar ke seluruh penjuru, kecuali terhalang.

Suardika mengatakan secara simbolik, gerak apinya yang berkobar melambangkan semangat. Asapnya yang putih dengan harum mewangi membumbung tinggi, kemudian menyatu di udara. “Sifat yang demikian itu menyebabkan api diyakini sebagai pembawa persembahan manusia kepada Ida Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai pencipta alam beserta isinya,” ujar Suardika.

Dalam berbagai pustaka Hindu disebutkan ada tiga tempat api. Pertama, api di angkasa, yakni api yang ada di langit seperti matahari dan petir. Kedua, api di dalam ibu pertiwi, contohnya dapat dilihat pada gunung aktif. Letupan lava membuktikan ada api dalam bumi.
Yang ketiga adalah api di dalam diri. Api dalam diri ini terdapat di dalam jantung, sehingga menyebabkan darah yang beredar dan tubuh manusia menjadi panas. Tanpa adanya api dalam diri manusia, manusia akan mati.

Baca Juga :  Ngaben Unik di Kedungu; Punya Setra, tapi Pantang Ngaben di Setra

Manfaat api adalah sebagai utpeti (pencipta), stiti atau memelihara yang disebut juga angkara tarpana/pedamaran serta pralina atau melebur api pengesengan ngaben atau pengembalian kepada Panca Maha Bhuta.

Suardika mengatakan, ada lima aspek wujud api ritual atau kesucian, yakni api, Brahma Agni (api yang sangat luas) digunakan selama pelaksanaan upacara yang muncul sebagai api dunia.

Prajapatya Agni, api yang diberikan kepada para brahmacari, mempersembahkan upacara agnihotra. Garhyapatya Agni, api untuk kepentingan keluarga yang diperoleh setelah upacara perkawinan. Api ini hendaknya dipelihara selama hidup.

“Daksina Agni, api yang digunakan dalam persembahan kepada leluhur dan Kravyada Agni, api yang digunakan dalam upacara pembakaran jenazah,” paparnya.






Reporter: I Putu Mardika

Most Read

Artikel Terbaru