TABANAN, BALI EXPRESS- Desa Adat Buwit, Kecamatan Kediri, Tabanan secara rutin menggelar Ngaben massal setiap lima tahun sekali. Upacara itu sesuai dengan perarem desa setempat.
Bendesa Adat Buwit I Gusti Alit Putu Widana, Minggu (5/3) menjelaskan, Ngaben massal itu sudah dilakukan sejak dahulu. “Penyelenggaraan Ngaben massal ini sudah sejak dulu, sejak saya masih kecil sudah ada dan ini manut dalam dresta Desa Adat Buwit,” jelasnya.
Dikatakan Widana tujuan digelar mas untuk meringankan beban masyarakat. Selain itu juga merupakan salah satu bentuk nyata semangat gotong royong di Desa Adat Buwit yang mampu menumbuhkan rasa kebersamaan, tanpa harus mengurangi makna dari upacara.
Oleh karena itu, Ngaben massal ini, kata Widana, sering disebut dengan istilah Ngaben magibung. “Ini karena semua prosesnya dilakukan bersama-sama oleh masyarakat kami dan seperti halnya magibung, semua proses dan berkahnya dibagi rata oleh masyarakat,” paparnya.
Tak sebatas Ngaben, dalam pelaksanaannya juga digelar upacara lain. Seperti yang dilaksanakan 2022 lalu. Desa setempat juga menggelar mamukur, potong gigi dan upacara tiga bulanan yang menelan biaya sekitar Rp 600 juta. Biaya itu ditanggung bersama oleh masyarakat peserta upacara.
Meskipun sudah tertuang dalam perarem, Widana menyatakan, peraturan ini sifatnya tidak mengikat ketat. “Artinya jika ada masyarakat di Desa Buwit yang ingin menyelenggarakan upacara Ngaben secara mandiri kami bebaskan dan tidak ada sanksi. Namun demikian untuk kebersamaan, kami tetap sarankan ikut di Ngaben massal ini,” tambahnya.
Reporter: IGA Kusuma Yoni
TABANAN, BALI EXPRESS- Desa Adat Buwit, Kecamatan Kediri, Tabanan secara rutin menggelar Ngaben massal setiap lima tahun sekali. Upacara itu sesuai dengan perarem desa setempat.
Bendesa Adat Buwit I Gusti Alit Putu Widana, Minggu (5/3) menjelaskan, Ngaben massal itu sudah dilakukan sejak dahulu. “Penyelenggaraan Ngaben massal ini sudah sejak dulu, sejak saya masih kecil sudah ada dan ini manut dalam dresta Desa Adat Buwit,” jelasnya.
Dikatakan Widana tujuan digelar mas untuk meringankan beban masyarakat. Selain itu juga merupakan salah satu bentuk nyata semangat gotong royong di Desa Adat Buwit yang mampu menumbuhkan rasa kebersamaan, tanpa harus mengurangi makna dari upacara.
Oleh karena itu, Ngaben massal ini, kata Widana, sering disebut dengan istilah Ngaben magibung. “Ini karena semua prosesnya dilakukan bersama-sama oleh masyarakat kami dan seperti halnya magibung, semua proses dan berkahnya dibagi rata oleh masyarakat,” paparnya.
Tak sebatas Ngaben, dalam pelaksanaannya juga digelar upacara lain. Seperti yang dilaksanakan 2022 lalu. Desa setempat juga menggelar mamukur, potong gigi dan upacara tiga bulanan yang menelan biaya sekitar Rp 600 juta. Biaya itu ditanggung bersama oleh masyarakat peserta upacara.
Meskipun sudah tertuang dalam perarem, Widana menyatakan, peraturan ini sifatnya tidak mengikat ketat. “Artinya jika ada masyarakat di Desa Buwit yang ingin menyelenggarakan upacara Ngaben secara mandiri kami bebaskan dan tidak ada sanksi. Namun demikian untuk kebersamaan, kami tetap sarankan ikut di Ngaben massal ini,” tambahnya.
Reporter: IGA Kusuma Yoni