DENPASAR, BALI EXPRESS-Sasih Kasa yang dalam sistem perhitungan kalender Bali, merupakan sasih atau bulan pertama. Sebagai bulan dalam urutan pertama, Sasih Kasa memiliki peran penting dalam pelaksanaan ritual umat Hindu. Seperti apa?
Ahli Perlintangan sekaligus penulis kalender Bali, Gede Sutarya mengatakan, sebagai bulan pertama dalam sistem perhitungan kalender Bali, Sasih Kasa menjadi tonggak awal kegiatan ritual bagi umat Hindu. Sehingga tidak jarang ketika Purnama Kasa ini, umat Hindu khususnya yang di Bali sudah mulai melakukan aktivitas ritual.
Dijelaskan dosen Fakultas Dharma Duta IHDN Denpasar ini, meskipun jadi tonggak awal pelaksanaan ritual bagi umat Hindu di Bali, namun tidak semua kegiatan ritual bisa dilaksanakan selama Sasih Kasa. “Karena aktivitas ritual yang bisa dilakukan pada bulan pertama dalam sistem kalender Bali hanyalah upacara yang berkaitan dengan Pitra Yadnya saja, ” ujarnya.
Dikatakannya, Sasih Kasa ini sangat identik dengan sasih orang Ngaben dan aktivitas upacara Pitra Yadnya lainnya. “Pada Sasih Kasa ini, aktivitas ritual yang baik dilakukan adalah aktivitas ritual yang berkaitan dengan Pitra Yadnya, dan itu berlangsung hingga sasih atau dalam kalender Masehi sampai akhir bulan Agustus,” paparnya.
Menurut Sutarya, Sasih Kasa dinilai menjadi bulan yang baik untuk pelaksanaan upacara Ngaben dan Atma Wedana, tidak terlepas dari posisi matahari yang berada di belahan bumi utara.
Dalam mitologi Hindu, arah utara dianggap sebagai arah untuk mencapai Surga. Sehingga ketika posisi matahari berada di belahan bumi utara atau yang dalam Jyotisha Sastra (Ilmu Astronomi Hindu) dikenal dengan nama Utarayana, diyakini menjadi jalan terang bagi sang pitara untuk mencapai Surga.
Selain itu, pada Sasih Kasa ini, masyarakat Bali juga percaya saat matahari bergerak ke arah utara atau yang di belahan bumi utara pada Sasih Kasa ini menjadi titik balik musim panas, merupakan saat baik untuk melaksanakan upacara Pitra Yadnya.
“Sama dengan pilihan matinya Bisma Putra Gangga, yaitu pilihan dimana di lintang utara sedang musim panas, sehingga bunga-bunga mulai bermekaran,” paparnya.
Dalam mitologi Siwa Purana, lanjut Sutarya, Sasih Kasa ini juga menjadi sasih yang baik untuk melakukan aktivitas ritual, karena pada Sasih Kasa ini, disebutkan jika Putra Dewa Siwa, Dewa Kartikeya yang dilambangkan dengan rasi bintang Kartika sudah kembali ke orbitnya.
Sehingga pada Sasih Kasa, bumi dikatakannya sudah kembali mendapat perlindungan Dewa Kartikeya, sehingga segala bentuk wabah penyakit yang ada di bumi sudah mulai musnah.
Selain itu, Dewi Uma sebagai Dewi Kesuburan juga sudah kembali ke bumi untuk mengembalikan kesuburan tanah di bumi.
Ditambahkan Sutarya, jika dilihat dari siklus musim, pada Sasih Kasa ini, merupakan bagian dari musim kemarau dengan ciri sumur mulai mengering dan sumber-sumber air mengalami penurunan debit, karena curah hujan yang menurun.
Selain sebagai tonggak awal untuk memulai aktivitas ritual, pada Sasih Kasa juga menjadi hari para petani mulai membakar jerami dan mulai menanam palawija, dan selanjutnya pada Agustus nanti kembali menanam padi.
Sebaliknya, pada Sasih Kasa tidak baik melaksanakan upacara perkawinan ataupun upacara Manusa Yadnya lainnya. Menurut Sutarya, hal ini karena karakter alam pada Sasih Kasa yang gersang dan diselimuti dingin yang menusuk, dianggap berpengaruh pada kedua pasangan yang hendak membangun bahtera rumah tangga sepanjang hidup. Sehingga sasih ini tidak baik untuk sasih orang nganten. “Begitu juga dengan Sasih Karo, tidak baik juga untuk orang nganten,” paparnya.
Jika melangsungkan upacara perkawinan pada Sasih Kasa, lanjutnya, maka perkawinan yang dilaksanakan dipercaya bakal menemukan ketidakharmonisan antara pasangan suami istri. Atau yang paling fatal, dikatakan Sutarya, biduk rumah tangga yang dijalani kedua mempelai bisa berakhir.
Kalaupun harus melakukan upacara perkawinan pada Sasih Kasa ini, lanjut Sutarya, aktivitas ritual tersebut harus didahului dengan melakukan ritual macaru dewasa, tujuannya untuk menghidari dampak buruk dari Sasih Kasa sebagai sasih yang tidak baik untuk dewasa melangsungkan perkawinan.
Macaru dewasa ini merupakan salah satu upaya untuk menghidari terjadinya dampak fatal yang disebabkan karakter pada Sasih Kasa. Sehingga tidak membawa dampak pada rumah tangga si mempelai. “ Jadi, sangat tidak disarankan bagi umat Hindu untuk melaksanakan upacara perkawinan pada rentang waktu antara Sasih Kasa dan Sasih Karo,” tambahnya.