25.4 C
Denpasar
Thursday, June 8, 2023

Pura Maospahit; Satu – Satunya Pura Berkonsep Panca Mandala

BALI EXPRESS, DENPASAR – Beberapa Pura di Bali yang sudah menjadi Warisan Cagar Budaya Nasional. Salah satunya adalah Pura Maospahit, yang berlokasi di Jalan Sutomo Denpasar. Situs peninggalan yang dilindungi oleh UU RI No 5 Tahun 1992, ini menjadi satu – satunya Pura dengan konsep Panca Mandala.

Pemangku Pura Maospahit, Jro Mangku Ketut Gede Sudiasna ketika ditemui di Pura Maospahit, beberapa waktu lalu dengan ramah menceritakan jika pura yang dari segi arsitektur di dominasi oleh Bata Merah ini merupakan salah satu dari banyak peninggalan dari Sri Kbo Iwa. “Pada masa hidupnya, Sri Kbo Iwa memang dikenal sebagai ahli bangunan, sehingga banyak pura peninggalan Beliau hingga saat ini masih lestari,” jelasnya.

Terkait sejarah dari Pura Maospahit ini, tercatat dalam Babad Wongayah Dalem, yang merupakan prasasti yang menceritakan tentang perjalanan Sri Kbo Iwa dalam mengajarkan dan memimpin masyarakat untuk membangun pura.

Dalam prasasti tersebut, disebutkan jika Sri Kbo Iwa membangun Pura Maospahit pada tahun Saka 1200 (tahun 1278 M). Disebutkan Sri Kbo Iwa melanjutkan perjalanannya ke arah Utara untuk melaksanakan dramanya sebagai ahli bangunan di wilayah Badung. Sesampainya di lokasi pura Maospahit saat ini, Sri Kbo Iwa kemudian membangun Candi Raras Maospahit  yang menghadap ke Barat.

Adapun yang disebut Candi Raras  Maospahit disebutkan dalam Babad Wongayah Dalem ini adalah palinggih gedong bata merah yang cukup besar dan unik dengan dua patung gerabah Kuno yang mengapit pintu masuk pura. “Hingga saat ini Gedong Bata masih ada dan menjadi palinggih utama di Pura Maospahit,” lanjut Jro Mangku Gede.

Selain itu, dikatakan Jro Mangku Gede, di Pura Maospahit tersebut juga terdapat bangunan candi yang menghadap ke Barat di Mandala Utama Pura Maospahit, di dalam Babad Wongayah Dalem dijelaskan jika candi tersebut di bangun karena Raja Kerajaan Bandana (Badung), bermaksud untuk mendirikan gedong pewayangan ke Majapahit untuk mendampingi Gedong Candi Raras Maospahit yang sudah di Bangun.

Baca Juga :  Virus Corona dari Kajian Sastra Dasa Aksara dan Kanda Empat (1)

Karena itulah diutuslah I Pasek, sang ahli bangunan untuk membuat ukuran (sikut) gedong candi yang ada di Majapahit. “Setelah beberapa kali I Pasek, Abdi Raja pergi ke Majapahit, barulah berhasil membawa ukuran candi Gedong Majapahit, maka setelah itu segera gedong candi Majapahit di Bangun di sebelah Candi Raras Maospahit,” lanjut pemangku berkulit gelap ini.

Hingga saat ini peninggalan dari Sri Kbo Iwa tersebut bisa dilihat di Pura Maospahit dengan adanya dua palinggih utama di Mandala Utama Pura Maospahit. Pelinggih itu berupa gedong, yakni Gedong Bata Merah beratap Ijuk yang menghadap ke Barat di sebut Candi Raras Maospahit. Sementara itu kembarannya menghadap ke Selatan, namanya Candi Raras Majapahit. Selanjutnya di depan agak ke selatan berjejer pula Sanggar Kabuyutan, sementara Salu Kembar ada di areal sebelah Timur penyengker Mandala utama Pura Maospahit.

Tak hanya itu, Jro Mangku Gede menjelaskan yang dipuja di Pura Maospahit adalah Ratu Ayu Mas Maospahit yang dicandikan dalam Candi Raras Maospahit dan Ida Bhatara Lingsir Sakti yang di candikan di Candi Raras Majapahit.

Untuk pujawali di Pura Maospahit, terjadi dua kali dalam setahun, yakni pada hari Purnama Jyesta untuk memuliakan Ratu Ayu Mas Maospahit dan Purnama Kalima untuk memuliakan Ida Bhatara Lingsir Sakti.

“Upacara dan upakara yang diselenggarakan di Pura ini disesuaikan dengan upakara yang berlaku di Kota Denpasar, namun pelaksanaannya sangat sederhana,” terang Jro Mangku Gede.

Keunikan lainnya adalah, Pura Maospahit adalah satu-satunya Pura Dengan Konsep Panca Mandala di Bali. Jro Mangku Ketut Gede Sudiasna diterapkannya konsep Panca Madala di Pura Maospahit karena pura ini mengadopsi struktur pertahanan di kerajaan Majapahit. “Pada konsep kerajaan, letak keraton itu ada di tengah dan mendapat perlindungan dari keempat arah mata angin, sehingga kondisi keraton benar-benar aman, sama seperti pura  ini, pura diletakkan di tengah, sehingga keamanannya dapat dijamin,” jelasnya.

Baca Juga :  Tentang Pemberhentian Sudikerta, Golkar Bali Copot Enam Ketua DPD II

Adapun bagian dari Panca Mandala ini antara lain, Mandala Pertama ada di depan dengan pintu gerbang yang bernama Candi Kusuma yang menghadap jalan Sutomo. Sebagaimana halnya pintu gerbang kori agung lainnya, pintu candi Kusuma ini tidak lebar.

Pada Mandala kedua yang ada di sebelah selatan Pura, yang saat ini berupa gang dengan lebar satu meter, saat ini gang ini menjadi akses untuk menuju gerbang berikutnya yang disebut Candi Renggat yang ada di sebelah Barat Pura.

Selanjutnya adalah Mandala ketiga yang disebut dengan Jaba Sisi yang berada di sisi barat dan bisa diakses dari Gang sebelah selatan melalui Candi Rebah. Di dalam dalem Sisi ini. “Adapun fungsi utama dari Mandala ini adalah sebagai dapur utama Pura dalam proses menyiapkan sesajen ketika pujawali,” ungkapnya.

Selanjutnya adalah Mandala keempat yakni Jaba tengah yang diakses dari jaba sisi melalui candi Bentar di sebelah timur Jaba sisi. Pada Mandala ini terdapat sejumlah bangunan suci yang terdiri dari Bale Pesucian, Bale Tajuk dan Bale Sumanggen. Fungsi dari Mandala ini adalah sebagai wali kesenian sakral yang dipentaskan ketika upacara di Pura Maospahit.

Selanjutnya adalah Mandala Utama yang terletak di tengah-tengah dan diakses melalui jaba tengah melalui kori agung dengan arsitektur yang didominasi oleh Bata Merah dengan relief kuno khas abad pertengahan.

Pada utama Mandala ini terdapat cukup banyak bangunan, yakni dua bangunan utama yakni candi Raras Maospahit sebagai stana Ratu Ayu Mas Maospahit dan Ida Bhatara Lingsir Sakti yang di candikan di Candi Raras Majapahit dan lainnya. 


BALI EXPRESS, DENPASAR – Beberapa Pura di Bali yang sudah menjadi Warisan Cagar Budaya Nasional. Salah satunya adalah Pura Maospahit, yang berlokasi di Jalan Sutomo Denpasar. Situs peninggalan yang dilindungi oleh UU RI No 5 Tahun 1992, ini menjadi satu – satunya Pura dengan konsep Panca Mandala.

Pemangku Pura Maospahit, Jro Mangku Ketut Gede Sudiasna ketika ditemui di Pura Maospahit, beberapa waktu lalu dengan ramah menceritakan jika pura yang dari segi arsitektur di dominasi oleh Bata Merah ini merupakan salah satu dari banyak peninggalan dari Sri Kbo Iwa. “Pada masa hidupnya, Sri Kbo Iwa memang dikenal sebagai ahli bangunan, sehingga banyak pura peninggalan Beliau hingga saat ini masih lestari,” jelasnya.

Terkait sejarah dari Pura Maospahit ini, tercatat dalam Babad Wongayah Dalem, yang merupakan prasasti yang menceritakan tentang perjalanan Sri Kbo Iwa dalam mengajarkan dan memimpin masyarakat untuk membangun pura.

Dalam prasasti tersebut, disebutkan jika Sri Kbo Iwa membangun Pura Maospahit pada tahun Saka 1200 (tahun 1278 M). Disebutkan Sri Kbo Iwa melanjutkan perjalanannya ke arah Utara untuk melaksanakan dramanya sebagai ahli bangunan di wilayah Badung. Sesampainya di lokasi pura Maospahit saat ini, Sri Kbo Iwa kemudian membangun Candi Raras Maospahit  yang menghadap ke Barat.

Adapun yang disebut Candi Raras  Maospahit disebutkan dalam Babad Wongayah Dalem ini adalah palinggih gedong bata merah yang cukup besar dan unik dengan dua patung gerabah Kuno yang mengapit pintu masuk pura. “Hingga saat ini Gedong Bata masih ada dan menjadi palinggih utama di Pura Maospahit,” lanjut Jro Mangku Gede.

Selain itu, dikatakan Jro Mangku Gede, di Pura Maospahit tersebut juga terdapat bangunan candi yang menghadap ke Barat di Mandala Utama Pura Maospahit, di dalam Babad Wongayah Dalem dijelaskan jika candi tersebut di bangun karena Raja Kerajaan Bandana (Badung), bermaksud untuk mendirikan gedong pewayangan ke Majapahit untuk mendampingi Gedong Candi Raras Maospahit yang sudah di Bangun.

Baca Juga :  Virus Corona dari Kajian Sastra Dasa Aksara dan Kanda Empat (1)

Karena itulah diutuslah I Pasek, sang ahli bangunan untuk membuat ukuran (sikut) gedong candi yang ada di Majapahit. “Setelah beberapa kali I Pasek, Abdi Raja pergi ke Majapahit, barulah berhasil membawa ukuran candi Gedong Majapahit, maka setelah itu segera gedong candi Majapahit di Bangun di sebelah Candi Raras Maospahit,” lanjut pemangku berkulit gelap ini.

Hingga saat ini peninggalan dari Sri Kbo Iwa tersebut bisa dilihat di Pura Maospahit dengan adanya dua palinggih utama di Mandala Utama Pura Maospahit. Pelinggih itu berupa gedong, yakni Gedong Bata Merah beratap Ijuk yang menghadap ke Barat di sebut Candi Raras Maospahit. Sementara itu kembarannya menghadap ke Selatan, namanya Candi Raras Majapahit. Selanjutnya di depan agak ke selatan berjejer pula Sanggar Kabuyutan, sementara Salu Kembar ada di areal sebelah Timur penyengker Mandala utama Pura Maospahit.

Tak hanya itu, Jro Mangku Gede menjelaskan yang dipuja di Pura Maospahit adalah Ratu Ayu Mas Maospahit yang dicandikan dalam Candi Raras Maospahit dan Ida Bhatara Lingsir Sakti yang di candikan di Candi Raras Majapahit.

Untuk pujawali di Pura Maospahit, terjadi dua kali dalam setahun, yakni pada hari Purnama Jyesta untuk memuliakan Ratu Ayu Mas Maospahit dan Purnama Kalima untuk memuliakan Ida Bhatara Lingsir Sakti.

“Upacara dan upakara yang diselenggarakan di Pura ini disesuaikan dengan upakara yang berlaku di Kota Denpasar, namun pelaksanaannya sangat sederhana,” terang Jro Mangku Gede.

Keunikan lainnya adalah, Pura Maospahit adalah satu-satunya Pura Dengan Konsep Panca Mandala di Bali. Jro Mangku Ketut Gede Sudiasna diterapkannya konsep Panca Madala di Pura Maospahit karena pura ini mengadopsi struktur pertahanan di kerajaan Majapahit. “Pada konsep kerajaan, letak keraton itu ada di tengah dan mendapat perlindungan dari keempat arah mata angin, sehingga kondisi keraton benar-benar aman, sama seperti pura  ini, pura diletakkan di tengah, sehingga keamanannya dapat dijamin,” jelasnya.

Baca Juga :  Sarasamuccaya (33) : Amat Sukar Menerapkan Sifat Guna 

Adapun bagian dari Panca Mandala ini antara lain, Mandala Pertama ada di depan dengan pintu gerbang yang bernama Candi Kusuma yang menghadap jalan Sutomo. Sebagaimana halnya pintu gerbang kori agung lainnya, pintu candi Kusuma ini tidak lebar.

Pada Mandala kedua yang ada di sebelah selatan Pura, yang saat ini berupa gang dengan lebar satu meter, saat ini gang ini menjadi akses untuk menuju gerbang berikutnya yang disebut Candi Renggat yang ada di sebelah Barat Pura.

Selanjutnya adalah Mandala ketiga yang disebut dengan Jaba Sisi yang berada di sisi barat dan bisa diakses dari Gang sebelah selatan melalui Candi Rebah. Di dalam dalem Sisi ini. “Adapun fungsi utama dari Mandala ini adalah sebagai dapur utama Pura dalam proses menyiapkan sesajen ketika pujawali,” ungkapnya.

Selanjutnya adalah Mandala keempat yakni Jaba tengah yang diakses dari jaba sisi melalui candi Bentar di sebelah timur Jaba sisi. Pada Mandala ini terdapat sejumlah bangunan suci yang terdiri dari Bale Pesucian, Bale Tajuk dan Bale Sumanggen. Fungsi dari Mandala ini adalah sebagai wali kesenian sakral yang dipentaskan ketika upacara di Pura Maospahit.

Selanjutnya adalah Mandala Utama yang terletak di tengah-tengah dan diakses melalui jaba tengah melalui kori agung dengan arsitektur yang didominasi oleh Bata Merah dengan relief kuno khas abad pertengahan.

Pada utama Mandala ini terdapat cukup banyak bangunan, yakni dua bangunan utama yakni candi Raras Maospahit sebagai stana Ratu Ayu Mas Maospahit dan Ida Bhatara Lingsir Sakti yang di candikan di Candi Raras Majapahit dan lainnya. 


Most Read

Artikel Terbaru