SINGARAJA, BALI EXPRESS – Setiap Buda Wage Kelawu atau Buda Cemeng Kelawu yang jatuh pada Wuku Kelawu hari ini, Rabu (9/3) selalu diperingati sebagai pemujaan terhadap Bhatari Rambut Sedana.
Bhatari Rambut Sedana dipuja sebagai Dewi Kesejahteraan yang menganugerahkan harta kekayaan, emas-perak (sarwa mule), permata dan uang (dana) kepada manusia.
” Perayaan Buda Wage Kelawu setiap 210 hari sekali ini menjadi momentum bagi umat Hindu dalam mengucapkan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Bhatari Rambut Sedana atau Sri Sedana (Dewi Sri) sebagai Dewi Kemakmuran,” papar Dosen Ekonomi Hindu, STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Wayan Supada, Selasa (8/3) di Singaraja.
Dilihat dari arti katanya Kelawu atau dalam Bahasa Bali juga dimaknai sebagai ‘uwu’ atau ditakar. Yang ditakar salah satunya harta yang diukur dengan nilai uang. Sedangkan Sri Sedana diartikan dari kata ‘Sri’ artinya beras, dan ‘Sedana’ artinya uang.
“Jadi dengan kata lain ini adalah penghormatan atas rejeki yang telah diterima. Perayaannya dilakukan di lingkungan rumah tangga dan juga pura di lingkungan desa adat maupun di Pura Swagina yang erat kaitannya dengan profesi, karena berkaitan dengan sumber penghasilan,” ungkapnya.
Supada mengatakan perayaan Buda Wage Kelawu juga dilakukan pada simpul-simpul perekonomian. Seperti di Bank, Koperasi, LPD, pasar-pasar, pusat perdagangan. Bahkan, pasar pasar tradisional di Bal, juga mempunyai palinggih atau Pura Bhatari Melanting yang dihormati sebagai Dewi Perekonomian dan setiap hari Buda Cemeng Kelawu dirayakan dengan pujawali.
“Nah, saat Buda Cemeng Kelawu ini lebih banyak dirayakan oleh mereka yang membuka usaha perdagangan di Bali, misalnya pedagang di pasar (kelontong), toko sembako, pemilik warung, bahkan sampai ke perusahaan-perusahaan yang mengalirkan dana secara cepat, dengan harapan senantiasa dilancarkan usahanya,” paparnya.
Dikatakan Supada, mensyukuri atau mengupacarai uang atau harta tanpa dilandasi oleh pengetahuan suci Sudana yang dimaknai sebagai pengelolaan yang benar menurut ajaran agama, tentu sama saja mengupacarai hal-hal yang tidak disadari atau diketahui.
Tanpa pengetahuan Sudana, dikhawatirkan tidak paham bagaimana mengelola harta sesuai takaran. Artinya, berapa takaran untuk Brahma Dana atau yang berhubungan dengan pengetahuan sekala niskala, berapa untuk Abhaya Dana atau hal-hal yang berhubungan dengan penataan kehidupan manusia di sebuah wilayah, dan berapa untuk Arta Dana atau hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan dasar tubuh.
“Nilai-nilai ini penting ditanamkan kepada generasi muda, sehingga beragama tidak hanya gugon tuwon semata. Tetapi paham akan maknanya,” katanya.