Percaya atau tidak, cetik menjadi momok menakutkan bagi masyarakat Bali. Cetik dikenal sebagai racun tradisional yang dapat membunuh sasaran dengan cara diminum, diminum ataupun hanya dengan menepuk target.
Cetik mematikan inilah disebut dengan cetik halus. Oleh Jro Mangku Gede Kiswara, selain cetik croncong polo yang dibuat dari banyeh atau cairan otak mayat dan racun binatang, jenis cetik halus lainnya ada cetik kerikan gangsa dan cetik medang arungan.
Dalam kanal Youtubenya, Jro Mangku Kiswara mengungkap, cetik kerikan gangsa dibuat dengan kerikan gangsa atau perunggu. Jika cetik ini mengenai sasaran, dapat menimbulkan efek kulit menguning, perut dan kepala sakit. Bila kerikan gangsa itu masuk ke dalam paru-paru, akan menimbulkan rasa sakit seperti ditusuk-tusuk kemudian mengakibatkan kematian.
Selain cetik kerikan gangsa, jenis cetik halus lainnya adalah cetik medang arungan. Cetik ini terbuat dari medang atau jarum yang ada di bambu. Namun bukan sembarang bambu. Bambu yang digunakan adalah bambu yang dihanyutkan oleh air bah. Efek yang ditimbulkan dari cetik medang arungan adalah rasa sakit yang tidak tertahan di tenggorokan. Lama kelamaan akan menimbulkan batuk berdarah.
“Cetik halus akan menyakiti sasaran dan membuat kekayaan secara perlahan habis. Setelah itu barulah target dibuat meninggal,” ungkap Jro Mangku Kiswara dalam unggahan di kanal Youtubenya yang berjudul “Cetik Croncong Polo ! Cetik Halus !”.
Untuk menetralisir cetik medang arungan, terang Jro Mangku Kiswara, dapat dilakukan dengan mencari hati ayam biing atau merah. Hati mentah tersebut kemudian diikat dengan benang tridatu kemudian dimohonkan kepada sesuhunan. Masukkan hati ayam mentah itu ke dalam kerongkongan kemudian tarik, lakukan secara berulang kali. Jika menimbulkan efek muntah maka cetik medang arungan sudah keluar.
Namun secara umum, Jro Mangku Kiswara mengatakan, untuk menawar cetik dapat dilakukan dengan meminum minyak lungsir. Minyak lungsir adalah minyak yang dibuat dari berbagai jenis kelapa dan hewan laut.
Ada 11 jenis kelapa yang dipergunakan seperti kelapa kera, kelapa sudamala, kelapa rangda. Namun pihaknya tidak menyebut secara rinci kesebelas jenis kelapa itu.
Kelapa tersebut dibuat minyak pada Pemagpag Kajeng Kliwon dengan ritual dan mantra tertentu, kemudian dimohonkan kepada Bhatara Wisnu. Setelah disaring, barulah goreng binatang-binatang laut (lungsir) itu dengan minyak kelapa. Inilah yang disebut dengan minyak lungsir. Untuk memaksimalkan fungsi dari minyak lungsir, pada hari Kajeng Kliwon minyak tersebut dimasukkan ke dalam toples lalu dibungkus kain putih, dan dimohonkan kepada Durga Bharawi. “Sama seperti halnya membuat cetik, penawarnya juga dimohonkan kepada Durga Bharawi di setra, catus pata, maupun di Dalem Kahyangan. Pembuatan minyak lungsir dikatakan berhasil jika berwarna bening,” pungkasnya.