DENPASAR, BALI EXPRESS -Dari ratusan Ogoh-ogoh yang mengikuti lomba di Kota Denpasar, ada satu yang cukup menarik perhatian. Bukan karena anatomi yang sangat detail atau ekspresinya yang seram, melainkan proses pembuatannya yang cukup unik serta pesan yang terkandung di dalamnya. Dan mungkin, ini satu-satunya Ogoh-ogoh yang memakai bahan yang paling lain diantaranya semuanya.
Ogoh-ogoh itu bernama Amurkaning Pertiwi atau jika disederhanakan berarti marahnya bumi. Karya 3 dimensi ini dibuat oleh Sekaa Teruna -Teruni (STT) Dharma Gargitha, Banjar Suwung Batan Kendal, Sesetan, Denpasar. Ogoh-ogoh ini unik dan lain daripada yang lain, karena 90 persen bahannya menggunakan kardus bekas. Ya, kardus bekas.
Tanpa clay, tanpa ulat-ulatan (anyaman) bambu, Amurkaning Pertiwi adalah ogoh-ogoh dengan fauna sebagai tokoh utamanya, yakni 2 ekor harimau, 1 orang utan, 1 makhluk imajinatif berbentuk badak bercula satu dengan gelungan, serta 1 makhluk mitologi yaitu Bedawang Nala.
Jika orang yang tidak tahu melihat sepintas, tampak Ogoh-ogoh ini terkesan biasa saja dengan bahan kardus. Namun yang menjadi surprisenya adalah sosok Bedawang Nala yang terlihat ketika mesin hidrolik diaktifkan, karena Bedawang Nala berada di bawah alas ketiga fauna itu. Bagaimana ceritanya konsep Ogoh-ogoh ini bisa tercipta?
Konseptor Ogoh-ogoh Amurkaning Pertiwi I Wayan Pasek Ristawan, 30, menjelaskan awalnya ia dan anggota STT kebingungan ide apa yang hendak dibuat. Namun langsung terbersit mengambil tema kerusakan alam dan tercetuslah karya ini.
Agar tidak mainstream, kardus bekas akhirnya dipilih sebagai bahan utama pembuatan plus limbah alami lainnya. Tapi, kendalanya adalah membuat anatomi tubuh hewan-hewan itu menggunakan kardus, salah satu bahan yang sulit jika dibentuk.
“Dibanding clay, kardus lebih sulit karena kaku. Contohnya membuat satu harimau saja butuh waktu 2 mingguan. Menariknya hewan-hewan ini tanpa rangka, jadi benar-benar kardus yang ditempel-tempel, mirip kolase,” beber Pasek Ristawan, Jumat (10/3).
Kemudian makhluk imajinatif badak bercula satu dengan gelungan dan penuh luka itu seperti memeluk orang utan dengan ekspresi sedih. Sama halnya dengan bahan pembuatan harimau, dua hewan itu dibuat dengan kardus, namun ditambah ornamen lainnya seperti karung goni untuk membentuk kulit badak, dan serabut kelapa untuk membuat rambut orangutan.
“Untuk Bedawang Nalanya juga sama, tapi kami tambahkan kulit salak untuk membuat sisik atau kulitnya. Bedawang Nala memakai rangka karena dia bergerak saat mesin dihidupkan,” beber guru seni rupa di salah satu SMA di Denpasar ini.
Nama Amurkaning Pertiwi sendiri dijelaskannya menyangkut dengan kondisi alam saat ini yang penuh dengan kerusakan. Dampaknya terjadi ketidakseimbangan pada ekosistem dan alam semesta.
Ketidakseimbangan alam tersebut yang membuat alam menjadi murka. Jika disangkutpautkan dengan mitologi Bali, bencana alam gempa bumi disebabkan oleh bergeraknya Bedawang Nala yang menjadi dasar penyangga dari alam semesta. “Karena menggunakan hidrolik dan mesin, jadi Bedawang Nala akan muncul dan kakinya bergerak,” bebernya.
Bagi STT Dharma Garghita, target juara di lomba Ogoh-ogoh ini memang ingin diraih, tapi kata Pasek Ristawan, tujuan utama mereka adalah mengenalkan suatu proses pembuatan dengan menggunakan bahan yang berbeda dari yang lainnya.
“Saya akui sekarang ini banyak ogoh-ogoh yang bagus dengan konsep yang bagus juga. Tapi kami ingin mengenalkan sesuatu yang baru dan sebuah inovasi baru dalam proses pembuatan Ogoh-ogoh,” tandas Pasek Ristawan.