BALI EXPRESS, AMLAPURA – Prosesi Masabatan Biu merupakan sasolahan (atraksi) yang paling ditunggu – tunggu dalam ritual tahunan di Desa Tenganan Dauh Tukad, Karangasem.
Prosesi yang menggunakan buah pisang ini diselenggarakan setiap setahun sekali. Biasanya dalam tradisi Masabatan Biu (Perang Pisang), para Teruna di Desa Tenganan Dauh Tukad akan saling melempar pisang sebagai rasa syukur sekaligus penolak bala. Prosesi diawali dengan berkumpulnya para Teruna di Pura Dalem Majapahit, dan masing – masing membawa sebuah bakulan yang diisi pisang dan kelapa sebanyak 20 buah.
“Kelapa dan pisang yang diperoleh dari hasil ritual ngalang tersebut dibagi menjadi dua fungsi, yakni sebagai prasarana prosesi Masabatan dan sebagian untuk dipersembahkan,” ungkap Bendesa Adat Desa Pakraman Tenganan, Wayan Sudarsana, pekan kemarin kepada Bali Express ( Jawa Pos Group).
Menurutnya, prosesi Masabatan Biu merupakan sebuah prosesi yang telah ada sejak turun temurun. “Prosesi Masabatan Biu ini ukup unik. Sebelum memulai prosesi biasanya para Teruna akan membawa biu (pisang) dan kelapa sebanyak 20 buah dari Pura Dalem Majapahit ke Pura Bale Agung dengan cara dipikul. Nah, jika ada buah yang jatuh, maka teruna tersebut akan didenda Rp10 ribu untuk satu buah pisang yang jatuh,” terangnya.
Seusai memikul selanjutnya prosesi Masabatan Biu dilakukan para Teruna di depan Pura Bale Agung. Prosesi panampih acara tahunan ini berlangsung tertib karena juga diawasi pacalang. “Aturannya hampir sama seperti prosesi Mageret Pandan. Seusai acara tidak boleh ada yang dendam antara satu peserta dengan peserta lainnya,” ungkapnya.