26.5 C
Denpasar
Thursday, June 8, 2023

Bertahan di Tengah Arus Modern, Ada Ruang Sakral untuk Pemujaan

BANJAR, BALI EXPRESS-Desa Cempaga, Kecamatan Banjar memiliki rumah adat yang disebut Saka Roras. Rumah adat yang diawariskan secara turun temurun ini masih eksis meskipun mengalami perubahan.

Tokoh masyarakat Pedawa, Putu Karya Darma mengatakan, rumah adat di Cempaga rata-rata memiliki 6 x 8 m. Melihat ukurannya dapat dikatakan bahwa rumah ini pantas dihuni oleh keluarga batih atau keluarga inti saja.

Itu berrarti, setiap terbentuknya keluarga batih baru, maka mereka wajib membentuk rumah tinggal sendiri. “Kecuali anak laki-laki tunggal atau anak bungsu akan mewarisi tempat tinggal orang tuanya,” jelasnya kepada Bali Express, Senin (11/10) siang.

Rumah Saka Roras ini terdiri atas satu bangunan kecil untuk menampung segala aktivitas sehari-hari. Seperti kegiatan majejahitan, memasak, tempat makan, tempat tidur, sekaligus pula tempat persembahyangan.

Baca Juga :  Tak Gelar Munya di Rumah Adat, Belum Boleh Sembahyang di Pura Bale Agung

Bangunan ini disangga dengan 12 buah tiang yang disebut adegan. Pada bagian depan rumah sakaroras ini disebut amben. Biasanya digunakan sebagai tempat menerima tamu, tempat menyiapkan alat-alat upacara atau kegiatan-kegiatan lainnya yang membutuhkan ruang terbuka.

Dari amben ini jika menuju ke ruang dalam, terlebih dahulu harus melewati dapur dan tempat makan yang dibatasi satu pintu. Pada sebelah kiri terletak bungut paon tempat memasak. Sementara di sebelah kanannya terletak tempat air dan tempat mempersiapkan bahan-bahan yang akan dimasak.

Di sisi sebelah kanan ini terdapat bale yang berfungsi sebagai tempat untuk mempersiapkan bahan-bahan makanan yang akan dimasak, sekaligus pula sebagai tempat makan. Masing-masing ruang ini juga dilengkapi dengan pepaga tempat menaruh berbagai keperluan.

Baca Juga :  Jadwal Pesta Kesenian Bali, Jumat, 29 Juni 2018

Sehingga tidak dibutuhkan almari untuk menyimpan benda-benda keperluan sehari-hari itu. “Selain dijadikan tempat memasak, dapur ini juga berfungsi sebagai tungku pemanas ruangan manakala musim dingin,” imbuhnya.

Jika masuk ke dalam lagi tersedia dua bale-bale. Bale di sisi kiri digunakan sebagai tempat tidur, sedangkan bale di sisi kanan biasanya digunakan sebagai tempat meletakkan banten pada saat perayaan harisuci keagamaan. “Sehingga aktiftas ritual dan pemujaan juga dilakukan di dalam rumah,” paparnya.

Di ruangan ini juga tersedia pepaga yang diletakkan di bagian atassebagai tempat suci. Melihat struktur bangunan ini seakan terbawa padakondisi bangunan rumah mungil atau rumah sederhana saat  ini. Semua aktivitas penghuninya dilakukan di dalam rumah. (bersambung) 


BANJAR, BALI EXPRESS-Desa Cempaga, Kecamatan Banjar memiliki rumah adat yang disebut Saka Roras. Rumah adat yang diawariskan secara turun temurun ini masih eksis meskipun mengalami perubahan.

Tokoh masyarakat Pedawa, Putu Karya Darma mengatakan, rumah adat di Cempaga rata-rata memiliki 6 x 8 m. Melihat ukurannya dapat dikatakan bahwa rumah ini pantas dihuni oleh keluarga batih atau keluarga inti saja.

Itu berrarti, setiap terbentuknya keluarga batih baru, maka mereka wajib membentuk rumah tinggal sendiri. “Kecuali anak laki-laki tunggal atau anak bungsu akan mewarisi tempat tinggal orang tuanya,” jelasnya kepada Bali Express, Senin (11/10) siang.

Rumah Saka Roras ini terdiri atas satu bangunan kecil untuk menampung segala aktivitas sehari-hari. Seperti kegiatan majejahitan, memasak, tempat makan, tempat tidur, sekaligus pula tempat persembahyangan.

Baca Juga :  Tak Gelar Munya di Rumah Adat, Belum Boleh Sembahyang di Pura Bale Agung

Bangunan ini disangga dengan 12 buah tiang yang disebut adegan. Pada bagian depan rumah sakaroras ini disebut amben. Biasanya digunakan sebagai tempat menerima tamu, tempat menyiapkan alat-alat upacara atau kegiatan-kegiatan lainnya yang membutuhkan ruang terbuka.

Dari amben ini jika menuju ke ruang dalam, terlebih dahulu harus melewati dapur dan tempat makan yang dibatasi satu pintu. Pada sebelah kiri terletak bungut paon tempat memasak. Sementara di sebelah kanannya terletak tempat air dan tempat mempersiapkan bahan-bahan yang akan dimasak.

Di sisi sebelah kanan ini terdapat bale yang berfungsi sebagai tempat untuk mempersiapkan bahan-bahan makanan yang akan dimasak, sekaligus pula sebagai tempat makan. Masing-masing ruang ini juga dilengkapi dengan pepaga tempat menaruh berbagai keperluan.

Baca Juga :  ANEH, Mutasi di Karangasem, Dilantik 64, SK Mutasi 79 Orang

Sehingga tidak dibutuhkan almari untuk menyimpan benda-benda keperluan sehari-hari itu. “Selain dijadikan tempat memasak, dapur ini juga berfungsi sebagai tungku pemanas ruangan manakala musim dingin,” imbuhnya.

Jika masuk ke dalam lagi tersedia dua bale-bale. Bale di sisi kiri digunakan sebagai tempat tidur, sedangkan bale di sisi kanan biasanya digunakan sebagai tempat meletakkan banten pada saat perayaan harisuci keagamaan. “Sehingga aktiftas ritual dan pemujaan juga dilakukan di dalam rumah,” paparnya.

Di ruangan ini juga tersedia pepaga yang diletakkan di bagian atassebagai tempat suci. Melihat struktur bangunan ini seakan terbawa padakondisi bangunan rumah mungil atau rumah sederhana saat  ini. Semua aktivitas penghuninya dilakukan di dalam rumah. (bersambung) 


Most Read

Artikel Terbaru