DENPASAR, BALI EXPRESS – Ada lima proses ritual yang patut dilaksanakan demi terciptanya stabilitas energi dan keseimbangan alam, supaya terhindar dari pengaruh Sasab Merana Gerubug, sarwa tetumpur agung muah ila ilaning jagat.
Pinisepuh Pasraman Sastra Kencana, Guru Nabe Jro Budiarsa, mengatakan, lima proses ritual yang dimaksud adalah menggelar upacara Sapuh Jagat atau minimal Nyapuh Awu dengan memurti kekuatan Sapuh Jagat.
Bila punya kemampuan, lanjut tokoh penuntun ajaran Wahyu Siwa Mukti ini, lalukan puja tatwa Cakra Bayu Murti, dengan memurtikan kawisesaning Bhatara Bayu.
Ritual berikutnya menggelar upacara Pangleburan, pangesengan sarwa sasab merana dengan kekuatan Panca Gni dan Panca Brahma. Bila punya kemampuan, lanjutnya, gunakan puja Cakra Gni Murti, dengan memurtikan kawisesaning Bhatara Yama.
Ritual lainnya, menggelar upacara Pangluputan atau pelepasan dari segala ikatan pengaruh sasab merana gerubug tetumpur agung, dengan puja tatwa Sanghyang Licin. “Bila mampu sangat bagus menggunakan puja tatwa Kalimo Usada (Kalimosada) dan Kalimo Usadi atau Kalimosidi, dengan memurtikan kawisesaning Sanghyang Licin,” paparnya. Kemudian ada juga yang dinamai upacara Sudha Bumi atau Prayascita Bumi untuk menyucikan alam jagat raya. Bila punya kemampuan jnana bagus, lanjutnya, gunakan puja tatwa Cakra Sidhi Murti dengan memurtikan kawisesaning Sanghyang Taya.
Selain itu, dikatakan Guru Nabe Jro Budiarsa, melakukan juga upacara Paripurna Sampurnaning Jagat, pangenteg buana menyempurnakan seluruh kekuatan yang ada. “Bila punya kemampuan jnana tinggi, maka lakukanlah puja tatwa Cakra Buana, Cakra Murti, dan Padma Buana untuk menyeimbangkan alam Panca Maha Butha, Panca Detya, Panca Dhurga, Sapta Dhurga dan Pangider Buana Pangreka Dasa Guna Nawa Kerti,” sarannya.
Dijelaskannya, unsur Cakra Buana dan Cakra Murti untuk menciptakan keseimbangan energi lima unsur Panca Maha Butha, Panca Detya, Panca Dhurga. Sedangkan Padma Buana digunakan untuk keseimbangkan Sapta Petala, Sapta Loka dan Pangider Buana Pangreka Dasa Guna Nawa Kerti.
Kelima jenis ritual itu bisa dilakukan dalam berbagai tingkatan, dari Nistaning Nista hingga Utamaning Utama, tergantung dari kemampuan.
Dikatakan Guru Babe Jro Budiarsa, bagi yang memiliki jnana sidhi idep mandi, dengan menyatukan kekuatan bayu suci, sabda sidhi, idep mandi pada diri bisa melakukan puja Cakra Murti yang terdiri dari Cakra Bayu, Cakra Gni, Cakra Kalimosada Kalimosidi dan Cakra Buana, lalu ditutup dengan puja Padma Buana sehingga kualitas dari ritual akan sangat tinggi dan bisa lebih dipertanggungjawabkan hasilnya demi keseimbangan alam jagat raya.
Jika dilakukan secara bersamaan, lanjutnya, maka keseimbangan Panca Maha Butha akan kurang sempurna karena siklus kerja Panca Maha Butha, seperti angin, api, sinar, air dan bumi harus benar-benar seimbang. Bila kelebihan salah satu, maka bencana akan datang. Dikatakannya, jika angin tidak seimbang, maka unsur angin bisa ngamuk. Bila unsur panas tak seimbang bisa membuat alam panas, bahkan banyak kebakaran dimana-mana. Jika sinar tak seimbang, maka akan menimbulkan kemarau panjang. Jika air tidak seimbang, maka bisa banjir atau air laut naik, dan bila bumi tak seimbang bisa terjadi gempa.
“Inilah siklus kerja Panca Maha Butha di Bhuana Agung, sehingga dalam konsep Ilmu Kanda Empat melahirkan Puja Cakra Murti yang melahirkan berbagai jenis Ilmu Cakra sebagai pengendali energi lima unsur. Pada konsep sastra Dasa Aksara melahirkan Puja Padma Buana yang melahirkan berbagai jenis Ilmu Padma untuk keseimbangan langit,” urai Guru Nabe Jro Budiarsa kepada Bali Express ( Jawa Pos Group) di Yeh Embang, Tegak Gde, Jembrana, pekan kemarin.
Diakuinya, dalam kisah pawayangan maupun dalam berbagai rerajahan sastra Bali dikenal nama dengan istilah Cakra dan Padma, namun kurang dipahami.
“Mari banyak berdoa dan berbuat kebajikan untuk diri, keluarga, dan alam jagat raya. Berhenti berspekulasi main tafsir tanpa dasar, apalagi main vonis dengan dalih salah karena diri kita yang sudah merasa benar, belum tentu juga benar karena kebenaran manusia berbeda dengan kebenaran Tuhan. Kebenaran alam adalah kehendak alam, kebenaran Tuhan adalah kehendak Tuhan. Sedangkan kebenaran manusia adalah kepentingan manusia itu sendiri,” ujarnya. Guru Nabe Jro Budiarsa mengajak memulai dari diri sendiri seberapa mampu melakukan lima dari ritual tersebut, walaupun dengan cara yang paling sederhana sekali pun demi seisi jagat raya. Sejatinya ada juga ritual antisipasi, seperti apa prosesinya? (bersambung)