KARANGASEM, BALI EXPRESS- Tari Daha Malom merupakan tarian warisan leluhur Desa Adat Ngis, Kecamatan Manggis, Karangasem. Tarian ini ditarikan setiap ada upacara Dewa Yadnya. Penarinya dua orang, yaitu gadis belia atau belum mengalami menstruasi.
Wakil Bendesa Adat Ngis I Komang Darma Suastika menyebutkan, penari Daha Malom tidak hanya belum mengalami menstruasi saja, tetapi anak tersebut suci tanpa luka atau gigitan binatang, salah satunya seperti anjing. Kedua penari itu tetap dijaga (pingit) selama 9 hari sebelum puncak acara pementasan Tari Daha Malom. “Jika hal ini dilanggar maka akan dilakukan pemilihan Daha Malom kembali,” kata Darma Suastika belum lama ini.
Dalam proses pemilihannya pun sangat panjang untuk bisa mementaskan tari yang sakral tersebut. Bila anak yang dipilih tersebut telah tiga kali menjadi Daha Malom, maka pemilihan pun dilakukan kembali oleh para panglingsir desa. Kemudian barulah ditentukan siapa yang akan dijadikan Daha Malom oleh keempat panglingsir sekaligus pangempon di Pura Puseh tersebut.
Tari Daha Malom bersumber dari mitologi masyarakat bahwa tanaman di Desa Ngis pernah diserang hama, sehingga tidak mendatangkan hasil perkebunan. Sebagian besar masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani menjadi kesulitan.
Konon, sekitar abad XVI saat upacara yadnya di Desa Ngis disebutkan ada salah seorang dari masyarakat mengalami kerauhan. Dalam keadaan yang demikian itu, meminta agar setiap upacara ngusabha puseh berlangsung dilengkapi dengan tarian sakral yang dibawakan oleh anak perempuan (simbol purusa dan pradana) yang masih muda (belum menstruasi).
Dengan adanya pawisik seperti itu, setiap upacara Ngusaba Puseh selalu dilengkapi dengan mementaskan tarian sakral yang disebut dengan Daha Malom sebagai lambang kesuburan. Tujuannya agar keadaan Desa Ngis tetap subur dan terhindar dari serangan hama.
“Mitologi ini membuat masyarakat merasa percaya dan yakin akan kekuatan yang dimiliki oleh Daha Malom, sehingga masyarakat merasa perlu menyucikan dan mensakralkan dan mengkeramatkan tarian Daha Malom ini,” paparnya.
Reporter: I Putu Mardika
KARANGASEM, BALI EXPRESS- Tari Daha Malom merupakan tarian warisan leluhur Desa Adat Ngis, Kecamatan Manggis, Karangasem. Tarian ini ditarikan setiap ada upacara Dewa Yadnya. Penarinya dua orang, yaitu gadis belia atau belum mengalami menstruasi.
Wakil Bendesa Adat Ngis I Komang Darma Suastika menyebutkan, penari Daha Malom tidak hanya belum mengalami menstruasi saja, tetapi anak tersebut suci tanpa luka atau gigitan binatang, salah satunya seperti anjing. Kedua penari itu tetap dijaga (pingit) selama 9 hari sebelum puncak acara pementasan Tari Daha Malom. “Jika hal ini dilanggar maka akan dilakukan pemilihan Daha Malom kembali,” kata Darma Suastika belum lama ini.
Dalam proses pemilihannya pun sangat panjang untuk bisa mementaskan tari yang sakral tersebut. Bila anak yang dipilih tersebut telah tiga kali menjadi Daha Malom, maka pemilihan pun dilakukan kembali oleh para panglingsir desa. Kemudian barulah ditentukan siapa yang akan dijadikan Daha Malom oleh keempat panglingsir sekaligus pangempon di Pura Puseh tersebut.
Tari Daha Malom bersumber dari mitologi masyarakat bahwa tanaman di Desa Ngis pernah diserang hama, sehingga tidak mendatangkan hasil perkebunan. Sebagian besar masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani menjadi kesulitan.
Konon, sekitar abad XVI saat upacara yadnya di Desa Ngis disebutkan ada salah seorang dari masyarakat mengalami kerauhan. Dalam keadaan yang demikian itu, meminta agar setiap upacara ngusabha puseh berlangsung dilengkapi dengan tarian sakral yang dibawakan oleh anak perempuan (simbol purusa dan pradana) yang masih muda (belum menstruasi).
Dengan adanya pawisik seperti itu, setiap upacara Ngusaba Puseh selalu dilengkapi dengan mementaskan tarian sakral yang disebut dengan Daha Malom sebagai lambang kesuburan. Tujuannya agar keadaan Desa Ngis tetap subur dan terhindar dari serangan hama.
“Mitologi ini membuat masyarakat merasa percaya dan yakin akan kekuatan yang dimiliki oleh Daha Malom, sehingga masyarakat merasa perlu menyucikan dan mensakralkan dan mengkeramatkan tarian Daha Malom ini,” paparnya.
Reporter: I Putu Mardika