KARANGASEM, BALI EXPRESS-Tari Baris Dadap dan Tari Baris Panah merupakan tari upacara atau tari bebali di Banjar Adat Kangkaang, Desa Adat Culik, Kecamatan Abang, Karangasem. Kedua tarian ini sering dipentaskan saat Hari Raya Kuningan maupun pada saat pangempon naur sesangi dan megatsot.
Seniman Tari I Ketut Merti selaku pelatih Tari Baris Dadap dan Tari Baris Panah mengaku tidak mengetahui sejarah pasti sejak kapan kedua tarian itu diciptakan di sana. Ia sebatas memastikan bahwa seingatnya, tarian ini sudah ada sejak dahulu.
Konon, dari penuturan para tetuanya, keberadaan tari tersebut sudah ada sejak tujuh keturunan lebih. Terciptanya tarian ini berawal dari perpindahan leluhur terdahulu dari Desa Ngis ke Banjar Kangkaang karena paceklik.
Ketut Merti menceritakan bahwa pernah terjadi sebuah kejadian di Desa Klakah, wilayah Karangasem, yang desanya terdapat wabah penyakit tanaman yang menyerang tanaman petani. Masyarakat Desa Klakah mengira bahwa wabah tersebut hanya wabah tanaman biasa. Namun, wabah tersebut tidak henti-hentinya menyerang tanaman petani. Kemudian masyarakat Desa Klakah mulai melakukan ritual pengruwat mala dengan mementaskan Tari Baris Dadap dan Tari Baris Panah.
Setelah pementasan itu, sedikit demi sedikit mulai ada perubahan hingga lahan pertanian kembali subur. “Setelah leluhur terdahulu pindah dan menetap di Banjar Dinas Kangkaang, kehidupan mereka semakin mapan dan meyakinkan. Hal ini dipercayai dan diyakini karena berkat takwanya leluhur terdahulu kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” ungkap Merti.
Merti menuturkan gerakan kedua tarian tersebut sangat sederhana, namun mengandung makna dan pantang untuk diubah. “Agar taksu dari tarian tersebut tidak hilang yang boleh diganti hanyalah penarinya saja, namun penarinya tidak boleh perempuan, baik perias maupun penari diharuskan laki-laki. Perempuan dilarang untuk ikut terlibat,” ungkapnya.
Ia menyebutkan, baik Tari Baris Dadap maupun Baris Panah hanya ditarikan setiap Tumpek Kuningan bersamaan piodalan Ida Meraga Taksu Baris Dadap dan Baris Panah pesengan Ida Bhatara Bagus Ayu Sakti. Selain itu, saat pangempon atau luar pangempon naur sesangi dan megatsot di Pura Maksan Ngis.
Sebelum mementaskan tarian ini, diawali dengan membuat upakara banten panuur. Tari Baris Dadap ditarikan oleh 6 orang laki — laki. Masing-masing penari berperan sebagai seorang Kresna, Darma, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Kresna sebagai penasihat, spirit, pendorong kepada Panca Pandawa.
“Panca Pandawa yaitu Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa dalam angruwat sebagai pemberantas momo angkara murka, kekuatan-kekuatan negatif yang mengganggu jasmani dan rohani manusia dalam menjalani hidup,” sebutnya.
Begitu juga Tari Baris Panah ditarikan oleh 6 orang laki-laki. Uniknya, keenam penari laki-laki tersebut berperan sebagai wanita bermakna sekala-niskala. Wanita menyatakan kesetiaannya terhadap prianya, sehidup semati dalam melakoni kehidupan di dunia. Wanita sebagai ibu pertiwi yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dari keluarga dan masyarakat.
Tari Baris Dadap dan Tari Baris Panah ini memiliki pengaruh positif serta memberikan ketenangan, keselamatan dan kesejahteraan kepada masyarakatnya. Tarian ini juga memiliki makna sebagai pengruwat mala atau membebaskan diri dari hal-hal yang negatif. “Tarian ini diyakini sebagai nangluk mrana apabila terjadi gering atau penyakit yang merusak tanaman petani,” imbuhnya.