27.6 C
Denpasar
Saturday, June 3, 2023

Dirancang Rutin, Magangsing Catur Desa Dijadikan Atraksi Wisata

SINGARAJA, BALI EXPRESS – Tradisi Magangsing menjadi salah satu permainan tradisional Bali yang sudah ada sejak zaman dahulu. Namun, tidak banyak yang melestarikan tradisi itu.

Di Buleleng, tradisi Gangsing masih lestari di bagian Catur Desa, yaitu Desa Gesing, Desa Gobleg, Desa Munduk, dan Desa Umejero.

Permainan Gangsing ini pun, kini tidak hanya sebatas hiburan bagi masyarakat di Catur Desa, melainkan memiliki daya tarik wisata, sehingga menjadi ikon permainan tradisional untuk dinikmati wisatawan.

Bupati Buleleng Bali Putu Agus Suradnyana bahkan menginstruksikan Dinas Pariwisata (Dispar) Buleleng untuk lebih mengembangkan dan memasukkan Magangsing dalam agenda rutin kepariwisataan. Dengan begitu, permainan tradisional itu bisa menjadi sebuah atraksi wisata khas Kabupaten Buleleng.

Dikatakan Agus Suradnyana, selama ini agenda kegiatan Magangsing sifatnya masih dadakan. Tidak diatur jadwalnya dengan baik. “Jika sudah dikembangkan, diatur jadwalnya dengan baik dan dijadikan agenda rutin, Magangsing bisa menjadi atraksi wisata khas Buleleng,” ujar Agus Suradnyana, belum lama ini.

Baca Juga :  Tradisi Mebuug-buugan di Kedonganan sebagai Ungkapan Terima Kasih

Politikus PDIP itu menjelaskan, Magangsing merupakan olahraga tradisional yang masih sangat diminati di beberapa desa yang ada di Kabupaten Buleleng. Termasuk di Desa Gobleg.

Para tetua adat di Desa Gobleg telah berhasil melestarikan Magangsing. Kelestarian tersebut dibuktikan dengan kehadiran banyak masyarakat dalam setiap pertandingan Gangsing. “Hingga akhirnya menjadi sesuatu yang boleh dikatakan membumi di desa ini,” jelasnya.

Dikatakan Suradnyana, olahraga tradisional Magangsing ini diharapkan terus bisa dilestarikan dengan baik. Pengembangan bisa dilakukan, seperti menjadikan olahraga Magangsing sebagai atraksi wisata, yang mampu menarik kunjungan wisatawan.  Namun sebelum itu, jadwal pertandingan agar diatur dengan baik, menjadi kegiatan yang rutin dilakukan. Tidak mendadak seperti yang sudah terjadi selama ini.

Dinas Pariwisata (Dispar) juga diinstruksikan untuk segera menjadikan Magangsing agenda rutin dan sebuah atraksi wisata, sehingga bisa dikombinasikan dengan agenda kepariwisataan lainnya yang ada di Buleleng.

Baca Juga :  Wadak di Desa Selunglung Dilindungi Awig Awig

” Magangsing bukan hanya permainan atau olahraga tradisional saja, tetapi bisa menjadi daya tarik yang ingin dilihat wisatawan. Kita harus punya sesuatu yang berbeda untuk dijual. Tourism is different kalau di Buleleng,” ucap bupati Buleleng dua periode ini.

Lebih lanjut, Agus Suradnyana mengatakan Pemkab Buleleng sangat mendukung pelestarian Magangsing ini. Salah satunya dengan pembuatan arena di Desa Gobleg dan Desa Munduk, Kecamatan Banjar. Pembangunan tersebut dilakukan mengingat setiap desa memiliki tipe permainan Magangsing yang berbeda-beda. Nantinya, bergantian akan menjadi tuan rumah pertandingan.

“Kita akan buatkan jadwalnya secara bergantian. Ini sangat perlu dilakukan untuk pelestarian, mengingat Magangsing juga sudah masuk sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB),” paparnya.
 


SINGARAJA, BALI EXPRESS – Tradisi Magangsing menjadi salah satu permainan tradisional Bali yang sudah ada sejak zaman dahulu. Namun, tidak banyak yang melestarikan tradisi itu.

Di Buleleng, tradisi Gangsing masih lestari di bagian Catur Desa, yaitu Desa Gesing, Desa Gobleg, Desa Munduk, dan Desa Umejero.

Permainan Gangsing ini pun, kini tidak hanya sebatas hiburan bagi masyarakat di Catur Desa, melainkan memiliki daya tarik wisata, sehingga menjadi ikon permainan tradisional untuk dinikmati wisatawan.

Bupati Buleleng Bali Putu Agus Suradnyana bahkan menginstruksikan Dinas Pariwisata (Dispar) Buleleng untuk lebih mengembangkan dan memasukkan Magangsing dalam agenda rutin kepariwisataan. Dengan begitu, permainan tradisional itu bisa menjadi sebuah atraksi wisata khas Kabupaten Buleleng.

Dikatakan Agus Suradnyana, selama ini agenda kegiatan Magangsing sifatnya masih dadakan. Tidak diatur jadwalnya dengan baik. “Jika sudah dikembangkan, diatur jadwalnya dengan baik dan dijadikan agenda rutin, Magangsing bisa menjadi atraksi wisata khas Buleleng,” ujar Agus Suradnyana, belum lama ini.

Baca Juga :  Tradisi Mebuug-buugan di Kedonganan sebagai Ungkapan Terima Kasih

Politikus PDIP itu menjelaskan, Magangsing merupakan olahraga tradisional yang masih sangat diminati di beberapa desa yang ada di Kabupaten Buleleng. Termasuk di Desa Gobleg.

Para tetua adat di Desa Gobleg telah berhasil melestarikan Magangsing. Kelestarian tersebut dibuktikan dengan kehadiran banyak masyarakat dalam setiap pertandingan Gangsing. “Hingga akhirnya menjadi sesuatu yang boleh dikatakan membumi di desa ini,” jelasnya.

Dikatakan Suradnyana, olahraga tradisional Magangsing ini diharapkan terus bisa dilestarikan dengan baik. Pengembangan bisa dilakukan, seperti menjadikan olahraga Magangsing sebagai atraksi wisata, yang mampu menarik kunjungan wisatawan.  Namun sebelum itu, jadwal pertandingan agar diatur dengan baik, menjadi kegiatan yang rutin dilakukan. Tidak mendadak seperti yang sudah terjadi selama ini.

Dinas Pariwisata (Dispar) juga diinstruksikan untuk segera menjadikan Magangsing agenda rutin dan sebuah atraksi wisata, sehingga bisa dikombinasikan dengan agenda kepariwisataan lainnya yang ada di Buleleng.

Baca Juga :  Kemas Barang Dikawal Imigrasi, Gray Sempat 5 Bulan di Karangasem

” Magangsing bukan hanya permainan atau olahraga tradisional saja, tetapi bisa menjadi daya tarik yang ingin dilihat wisatawan. Kita harus punya sesuatu yang berbeda untuk dijual. Tourism is different kalau di Buleleng,” ucap bupati Buleleng dua periode ini.

Lebih lanjut, Agus Suradnyana mengatakan Pemkab Buleleng sangat mendukung pelestarian Magangsing ini. Salah satunya dengan pembuatan arena di Desa Gobleg dan Desa Munduk, Kecamatan Banjar. Pembangunan tersebut dilakukan mengingat setiap desa memiliki tipe permainan Magangsing yang berbeda-beda. Nantinya, bergantian akan menjadi tuan rumah pertandingan.

“Kita akan buatkan jadwalnya secara bergantian. Ini sangat perlu dilakukan untuk pelestarian, mengingat Magangsing juga sudah masuk sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB),” paparnya.
 


Most Read

Artikel Terbaru