BANGLI, BALI EXPRESS – Pura Jati yang berada di kawasan Danau Batur, Kecamatan Kintamani, Bangli, keberadaannya sangat vital, mengingat sebagai tempat berstananya Ida Bhatara Sakti Bhujangga Luwih sebagai nabenya orang Batur.
Selain Pura Jati, di Batur memang ada banyak kompleks pura. Seperti Pura Ulun Danu Batur, Pura Tirtha Bungkah, Pura Thirta Mas Mempeh, Pura Taman Sari, Pura Sampian Wangi, Pura Gunarali, Pura Padangsila, Pura Jaba Kuta, Pura Batu Sepit atau Pura Batu Rupit, Pura Pelisan, dan Pura Pasar Agung.

Khusus untuk Pura Jati, posisinya persis terletak di barat daya Danau Batur. Jaraknya sekitar 10 kilometer dari pertigaan Penelokan, Kintamani. Tempat suci ini mudah dijangkau menggunakan moda transportasi, baik roda dua maupun roda empat.
Bangunan pura ini tergolong megah. Berada di kawasan hutan yang masih sangat lestari dan rimbun. Sedangkan di sisi timurnya sudah kawasan Danau Batur. Areal ini juga berbatasan langsung dengan Pura Segara Ulun Danu Batur.
Pura ini memiliki konsep tri mandala, di mana di bagian utama mandala terdapat sejumlah palinggih. Pura Jati hanya memiliki dua palinggih pokok, yaitu Pasimpangan Bhatari Dewi Danu dengan Palinggih Meru tumpeng telu dan Palinggih Ida Bhatara Sakti Bhujangga Luwih. Posisi dua palinggih ini berjejer menghadap ke barat di sisi kanan dan kiri palinggih utama yang berdiri di tengah.
Palinggih Bhatari Danu adalah Meru tumpang telu yang ada di sebelah utara atau sebelah kanan Padmasana. Sedangkan stana Bhatara Bhujangga Sakti di sebelah selatan atau di kiri Palinggih Padmasana. Di areal ini juga ditandai dengan patung yang dianalogikan sebagai Ida Bhatara Sakti Bhujangga Luwih.
Dalam sejumlah referensi menyebut saking pentingnya pura ini, dalam Babad Kuub disebutkan tentang Pasek Batur yang bersahabat dengan pemerintahan Dalem di Gelgel. Bahkan, ada empat kelompok Pasek Batur yang memiliki kewajiban menjaga pura di jajaran Pura Ulun. Yaitu Pasek Kayu Putih Cempaga dan Pasek Kayu Selem menjaga Pura Ulun Danu Batur, Pasek Kayu Jaya Maireng menjaga Pura Jati, Pasek Kayu Cemeng menjaga Pura Pelisan dan Pasek Kayu Celagi Manis menjaga Pura Taman Sari.
Jro Panyarikan Duuran Batur mengatakan, yang berstana di Pura Jati adalah Ida Bhatara Sakti Bhujangga Luwih. ” Secara struktur kerohanian bujangga atau pendetanya Purohitanya Dewi Danu. Sehingga kami menabe ke Beliau (Ida Batara Sakti Bhujangga Luwih). Jadi seorang pamangku di Batur, tidak akan bisa menjalankan tugasnya apabila belum mendapat anugerah dari Pura Jati,” ujarnya kepada Bali Express (Jawa Pos Group), belum lama ini.
Dikatakan Jro Panyarikan Duuran Batur, tirta Pura Jati menjadi tirta utama di antara 11 tirta utama. Ia menambahkan, di Batur mengenal tentang 11 tirta. Yakni Telaga Waja, Danu Gadang, Danu Kuning, Bantang Anyud, Pelisan, Mangening, Pura Jati, Rejeng Anyar, Toya Bungkah, Toya Mampeh, dan Prapen.Di Pelisan itu kemudian disatukan.
Ketika orang Batur tidak sempat ke 11 sumbernya, maka mereka bisa memohon di Pelisan dengan menggunakan sebelas bumbung. Dari sanalah membentuk patirtaan tirta solas. “Tirta Pura Jati, tirta suci menurut Babad Bhujangga Wesnawa. Secara tattwa memang di sana. Yang paling spesial adalah tirta Pura Jati. Dimana, posisi bumbungnya itu paling tinggi,” imbuh pria yang memiliki nama saat walaka I Ketut Eriadi Ariana.
Menurutnya, tirta Pura Jati bisa berfungsi sebagai tirta panglukatan bakti, tirta pamarisudha mala, tirta pamarisudha bumi. “Jadi, di Batur ketika orang nunas tirta itu dua kali. Tirta angsuhan pertama dari siapa yang katuran saat pujawali. Kemudian digunakan tirta Pura Jati,” ungkapnya.
Saat pujawali maupun hari-hari tertentu, pamedek yang nangkil ke Pura Jati tak hanya warga sekitar. Namun umat datang dari berbagai daerah di Bali.
Pujawali Pura Jati jatuh pada pananggal ping 13 Sasih Kasa atau 2 hari sebelum Purnama Sasih Kasa. Pujawali di pura ini bisa nyejer (dilaksanakan) selama tiga hari. Pangemponnya Desa Adat Batur.
Ada sejumlah referensi yang menyebutkan bahwa jenis sesajen yang dipersembahkan berupa suci asoroh, itik hitam jambul yang sudah pernah bertelur, suci yang lengkap, dan ketupat kelanan, ajuman disertai canang, segahan mapang leb, itik hidup warna hitam dan jambul, ayam hitam. Daksina lengkap dengan santun, sesuai dengan tingkatannya yaitu nista, madya dan utama upacara.
Ukuran tingkatan karya bisa dilihat diantaranya dari jenis uang kepeng yang digunakan. Pada tingkat utama, berjumlah 700 uang kepeng, madya 500 kepeng, nista 425 kepeng.
Dikatakan Jro Panyarikan Duuran Batur, jika tidak dilakukan upacara di Pura Jati, maka selama setahun siklus tidak boleh dilakukan pujawali di kawasan Batur. “Karena Beliau di Pura Jati tidak katuran pujawali,” sebutnya.
Bagi sulinggih (pandita) yang memahami tattwa, lanjutnya, maka diyakini pasti nangkil ke Pura Jati sebelum memulai melayani umat dan ngaloka pala sraya. “Karena diyakini, Beliau adalah sulinggih Bali pertama,” katanya.
Sementara itu, di sisi selatan Pura Jati terdapat Pura Segara Ulun Danu Batur yang letaknya di tengah Danau Batur. Palinggih di sini merupakan patirtaan Pura Jati. Di pura itu berstana Ida Bhatari Dewi Danu. “Kita melakukan danu kerti ya di sini di areal Pura Segara Ulun Danu Batur,” pungkasnya.