“Dengan mempersembahkan sesajen yang diiringi Tari Rejang Tegak, mereka merasa lebih nyaman karena telah menunaikan kewajibannya atas segala berkah yang diperoleh selama ini.”
BULELENG, BALI EXPRESS-Setiap Karya Gede yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali di Pura Puseh Desa, Desa Adat Busungbiu, Kecamatan Busungbiu, Buleleng, warga akan mementaskan Tari Rejang Tegak. Tarian yang ditarikan sebanyak 66 orang ini diyakini untuk memuja Ratu Manik Ceraki sebagai dewi kesuburan.
Tari Rejang Tegak yang selalu ditampilkan dalam rangka Karya Gede di Pura Puseh Desa memiliki struktur yang berbeda dengan struktur pertunjukan tari upacara lainnya. Umumnya struktur pertunjukan ditandai dengan perubahan musik pengiring dan gerak pertunjukan seni.
Kelian Adat Busungbiu Gede Yasa
menyebut, pertama-tama penari berputar mengelilingi bale lantang di jaba tengah tiga kali ke kanan yang berarti ngilehin bale, murwa daksina. Tari Rejang Tegak ditampilkan sebagai pamuput piodalan di Pura Puseh Desa.
Tanpa mementaskan Tari Rejang Tegak, piodalan di Pura Puseh Desa belum dianggap selesai.
Setelah berputar tiga kali, para penari berada di depan tempat pemujaan Ratu Manik Ceraki untuk natab banten pajegan yang dipimpin oleh Jero Mangku Pura Puseh Desa. Jero Mangku mengikatkan benang tebusan kepada para penari.
Selanjutnya, para penari melakukan ngayab banten. Pada bagian ngalungsur banten, buah di tempat pemujaan dibagikan kepada para penari. Pada bagian akhir pamangku dan penari melakukan ngaturang parama santih.
“Dengan membawakan Tari Rejang Tegak, mereka merasa telah melaksanakan tugasnya atas pertolongan dan berkah yang telah didapatkan selama ini. Kepercayaan ini masih melekat pada masyarakat desa setempat,” sebutnya.
Hal itu menunjukkan bahwa mereka mensyukuri berkah dari persembahan itu diiringi dengan Tari Rejang Tegak. Para penari melakukan natab banten pajengan di akhir pertunjukan yang dipimpin oleh pamangku.
Tari Rejang Tegak yang diiringi gambelan gong kebyar tidak menggunakan tata cahaya khusus. “Tari Rejang Tegak dipentaskan di area pura yang biasa digunakan masyarakat setempat sebagai tempat persembahyangan. Tari Rejang Tegak ditampilkan di area Pura Puseh Desa, tepatnya di depan tempat pemujaan Ratu Manik Ceraki,” jelasnya.
Tari Rejang Tegak dipentaskan di jaba tengah (halaman tengah) Pura Puseh Desa. Pura Puseh Desa merupakan pura yang disakralkan oleh masyarakat setempat. Tidak semua orang bisa memasuki kawasan tersebut.
Masyarakat Desa Busungbiu menyebutkan bahwa pintu masuk ke Pura Puseh Desa hanya dibuka pada saat ada upacara perayaan keagamaan tertentu atau pada hari-hari khusus, jika ada anggota masyarakat yang ingin mempersembahkan sesaji di pura, misalnya pada perayaan Purnama dan Tilem.
“Dengan mempersembahkan sesajen yang diiringi Tari Rejang Tegak, mereka merasa lebih nyaman karena telah menunaikan kewajibannya atas segala berkah yang diperoleh selama ini,” tutupnya.