27.6 C
Denpasar
Saturday, April 1, 2023

Taman Gumi Banten Jadikan Tumpek Wariga Momentum Konservasi

SINGARAJA, BALI EXPRESS -Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng mengembangkan taman khusus untuk tanaman yang biasa dipakai sarana upakara yang dinamai Taman Gumi Banten.

Taman Gumi Banten ini sudah dikembangkan sejak tiga tahun lalu. Lahannya memanfaatkan kawasan hutan negara.

Proses pendataan terhadap berbagai tanaman di Taman Gumi Banten Desa Wanagiri ini melibatkan seluruh masyarakat. Momentum konservasi tanaman upakara inipun dilakukan saat Tumpek Wariga.

Bendesa Adat Wanagiri Dewa Made Merta mengatakan banyak sekali jenis tumbuhan yang digunakan sebagai sarana upacara ritual keagamaan (upakara), khususnya dalam ritual panca yadnya mulai dari Dewa Yadnya sampai Pitra Yadnya.

Jenis tumbuhan yang digunakan mulai dari tanaman penutup tanah (berbagi jenis rerumputan), herba, semak, perdu, pohon kecil sampai pohon. Hampir semua bagian tumbuhan digunakan sebagai upakara mulai dari akar, batang, kulit batang, daun, bunga, buah sampai bijinya.

Baca Juga :  Usada Pamunah Cetik (9) : Racun Buntek dan Terkena Sihir

Pemenuhan akan sarana upakara di kawasan Taman Gumi Banten dilakukan secara swadaya. Tumpek Wariga dijadikan momentum untuk melakukan konservasi dan pelestarian hutan di kawasan tersebut. Dalam ritual ini, masyarakat menghaturkan sesajen berupa banten yang ditujukan kehapan Dewa Sangkara (manifestasi Tuhan) sebagai penguasa dunia tumbuhan.

Kegiatan ritual atau upacara agama yang memanfaatkan tumbuhan, maka sudah pasti harus dilakukan konservasi demi menghindarkannya dari kepunahan. “Taman Gumi Banten ini juga sebagai sarana konservasi tumbuhan, karena kita memang rutin membutuhkannya,” sebutnya.

Selain masyarakat, Desa Adat Wanagiri juga membentuk lembaga Pacalang Jagawana yang siap senantiasa menjaga kelestarian hutan di kawasan ini. “Dan dipastikan tanaman upakara yang ditanam di kawasan ini tidak mengganggu tanaman pokok di kawasan hutan,” pungkasnya.

Baca Juga :  Simbol Menek Medesa, Metata Linggih Wajib Diikuti Warga Suwug

 






Reporter: I Putu Mardika

SINGARAJA, BALI EXPRESS -Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng mengembangkan taman khusus untuk tanaman yang biasa dipakai sarana upakara yang dinamai Taman Gumi Banten.

Taman Gumi Banten ini sudah dikembangkan sejak tiga tahun lalu. Lahannya memanfaatkan kawasan hutan negara.

Proses pendataan terhadap berbagai tanaman di Taman Gumi Banten Desa Wanagiri ini melibatkan seluruh masyarakat. Momentum konservasi tanaman upakara inipun dilakukan saat Tumpek Wariga.

Bendesa Adat Wanagiri Dewa Made Merta mengatakan banyak sekali jenis tumbuhan yang digunakan sebagai sarana upacara ritual keagamaan (upakara), khususnya dalam ritual panca yadnya mulai dari Dewa Yadnya sampai Pitra Yadnya.

Jenis tumbuhan yang digunakan mulai dari tanaman penutup tanah (berbagi jenis rerumputan), herba, semak, perdu, pohon kecil sampai pohon. Hampir semua bagian tumbuhan digunakan sebagai upakara mulai dari akar, batang, kulit batang, daun, bunga, buah sampai bijinya.

Baca Juga :  Ekspor Bali Naik, Tertinggi ke Taiwan 253 Persen

Pemenuhan akan sarana upakara di kawasan Taman Gumi Banten dilakukan secara swadaya. Tumpek Wariga dijadikan momentum untuk melakukan konservasi dan pelestarian hutan di kawasan tersebut. Dalam ritual ini, masyarakat menghaturkan sesajen berupa banten yang ditujukan kehapan Dewa Sangkara (manifestasi Tuhan) sebagai penguasa dunia tumbuhan.

Kegiatan ritual atau upacara agama yang memanfaatkan tumbuhan, maka sudah pasti harus dilakukan konservasi demi menghindarkannya dari kepunahan. “Taman Gumi Banten ini juga sebagai sarana konservasi tumbuhan, karena kita memang rutin membutuhkannya,” sebutnya.

Selain masyarakat, Desa Adat Wanagiri juga membentuk lembaga Pacalang Jagawana yang siap senantiasa menjaga kelestarian hutan di kawasan ini. “Dan dipastikan tanaman upakara yang ditanam di kawasan ini tidak mengganggu tanaman pokok di kawasan hutan,” pungkasnya.

Baca Juga :  Simbol Menek Medesa, Metata Linggih Wajib Diikuti Warga Suwug

 






Reporter: I Putu Mardika

Most Read

Artikel Terbaru