26.5 C
Denpasar
Tuesday, June 6, 2023

Yayasan Dharma Sthapanam Donasikan 1 Juta Bhagawadgita

BALI EXPRESS, GIANYAR – Yayasan Dharma Sthapanam memiliki program Donasi Satu Juta Bhagawadgita, dan hingga kini sudah lebih dari 10 ribu Bhagawadgita yang telah dibagikan. Tujuannya tentu bukan hanya diserahkan begitu saja, tetapi bagi penerimanya pun turut diajarkan bagaimana merawat, menempatkan, dan membaca salah satu kitab suci Hindu tersebut.

Salah satu pengurus yayasan yang ada di Jalan Pantai Padanggalak, Denpasar dan beberapa juga ada di berbagai daerah Indonesia, I Dewa Ketut Sanisca beberapa waktu lalu mengatakan, kegiatan donasi itu ditujukan pada semua kalangan. Mulai dari anak-anak yang ada di kantong-kantong pasraman minggu, atau sekolah minggu kalau di luar Bali, siswa sekolah formal, pecalang, pemangku, hingga serati banten. Kegiatan sosial itu dia katakan bukan untuk mencari nama saja, namun menjadi panggilan jiwa untuk membuat bangsa ini damai.

“Sampai sekarang kita sudah donasikan 10 ribu Bhagawadgita. Itu dari Medan sampai Indonesia Timur. Sedangkan di Bali, sebelumnya sudah ada di beberapa sekolah kita donasikan. Saat ini di Gianyar baru pertama kali di SMP Negeri 1 Gianyar, menyusul SMA Negeri 1 Gianyar dan beberapa SD yang ada,” ucapnya.

Penerima Bhagawadgita juga tidak serta merta diberikan begitu saja. Pasalnya pihaknya juga memiliki tanggung jawab moral ke depannya, yakni bagaimana cara membaca dan menjaganya. Karena itu, selain memberikan donasi Bhagawadgita, juga diajarkan bagaimana cara membaca kitab suci tersebut. Tidak lain dengan mempergunakan kearifan lokal masig-masing daerah.

Dia pun mencontohkan, untuk wilayah Jawa, cara membacanya difokuskan dengan model nyanyian, ataupun dengan dibaca biasa. Sedangkan di Bali sendiri, dia mengaku proses pembacaan dilakukan dengan cara makidung dan makekawin. Tujuannya untuk lebih memudahkan dalam pemahaman. Mengingat beragama Hindu diakuinya sangat fleksibel.

“Sebenarnya tujuan kami donasikan ini karena melihat kondisi bangsa yang banyak ada konflik, terutama disebabkan oleh perbedaan agama. Dengan pemahaman Bhagawadgita, makna yang terkandung dimengerti dan menjadikan bangsa ini adem dan tentram,” terang pria asli Desa Samsam, Tabanan ini.

Baca Juga :  Pantang Bunuh Binatang dan Bunyikan Bajra Saat Menging

Disinggung kenapa memilih kitab Bhagawadgita. Dia menyebut, kemampuan yang bisa donasikan baru sebatas itu. Selain hal tersebut, pihaknya melihat dalam kitab suci Bhagawadgita terdapat siraman-siraman rohani yang sama persis seperti kehidupan yang ada saat ini. Bukan saja dengan bahasa aslinya, namun dilengkapi juga dengan terjemahannya.

Dalam kesempatan itu, Sanisca juga menjelaskan pemberian donasi kitab suci ini memang tidak serta merta dilakukan pihaknya. Karena terlebih dulu permintaan itu itu mesti dikirim melalui web yayasannya tersebut. Baru kemudian pihaknya menyiapkan Bhagawadgita yang akan didonasikan. Satu hal penting lainnya, pihaknya juga memastikan jika pihak yang memesan itu bertanggungjawab, dalam arti tidak sekedar menerima, namun tidak digunakan. Email maupun web tersebut yakni humas@satujutagita.org dan websitenya www.satujutagita.org. Dan hingga saat ini, sudah ada 25 lembaga umat Hindu se-Indonesia yang menerima donasi tersebut. “Belum yang di Gianyar ini, kita sudah siapkan total 450 Bhagawadgita khusus untuk di SMP Negeri 1 Gianyar, SMA Negeri 1 Gianyar, serta beberapa SD di Desa Serongga Gianyar,” imbuhnya.

Sementara itu, Koordinator Program Donasi Satu Juta Bhagawadgita, Letjen TNI (Purn) I Wayan Midhio, M.Phil mengatakan, pihaknya memilih Gianyar sebagai tempat pemberian donasi itu kita Bhagawadgita tak lain karena almamaternya terdahulu. Sebagai alumnus sekolah tersebut, dirinya mengaku memiliki utang. Sehingga sampai saat ini dia hanya bisa mendonasikan Bhagawadgita. Meski begitu, dia berharap supaya dipelajari secara sungguh-sungguh.

“Pertimbangannya selain saya alumni sekolah di sana, dari pribadi dan pertimbangan saya untuk menyelaraskan sradha umat Hindu dengan tatwa, susila dan upakara atau ritual yang ada. Karena sebagian besar yang diketahui hanyalah upakara saja atau ritual. Sedangkan tattwa dan susila-nya agak kurang dipahami. Maka dari sini kita berikan pemahaman melalui kitab suci ini,” terang pria yang mantan Rektor Universitas Pertahanan tersebut.

Baca Juga :  Pura Puseh Desa Buwit Penuh Misteri; Sembahyang Menghadap ke Barat

Pria asli Desa Seronggo, Gianyar ini juga mengatakan, pemberian donasi itu bertujuan mengajak umat Hindu yang ada di seluruh Nusantara mulai membaca, memahami dan melaksanakan ajaran Weda. Salah satunya dengan Bhagawadgita tersebut. Sehingga kualitas umat Hindu nantinya mampu menghadapi dan menyikapi, sampai mengatasi konflik keyakinan yang ada selama ini.

Dikatakan juga, konflik tersebut bukan saja ada di luar umat, namun banyak juga yang terjadi di internal. Khususnya di Bali maupun di Indonesia pada umumnya. “Bahkan tingkat global saat ini masih dipenuhi dengan konflik antar agama yang kuat. Begitu juga dengan gejala radikalisme yang sama-sama semakin kuat,” jelas pria yang juga mantan Kepala Pusat Informasi dan Komunikasi Kemham RI ini.

Lanjut dia, dengan pemahaman ajaran Hindu yang baik dan dipadukan dengan kearifan lokal, diharapkan Hindu akan semakin kuat diaplikasikan oleh masyarakat yang ada di Bali maupun di luar Bali. Sehingga terwujud Bali yang ajeg, tentram, aman dan damai. Kegiatan Satu Juta Bhagawadgita itu juga dikatakan sudah berjalan selama dua tahun lebih di seluruh Indonesia, sedangkan kali ini pihaknya menyasar Gianyar.

“Kami juga memohon dukungan kepada para pejabat di Pemprov Bali, pejabat di kabupaten dan kota, instansi pemerintah lainnya, swasta dan tokoh umat Hindu di Indonesia, khususnya Bali dapat menyukseskan gerakan Satu Juta Bhagawadgita ini. Karena tujuan akhirnya agar masyarakat paham dan sadar akan ajaran maha suci dan maha tinggi dari Bhagawadgita ini,” ungkapnya.

Sehingga kedepannya bisa mengantar warga Hindu mencapai tujuan sejati yaitu Moshartam Jagadhita Ya Ca iti Dharma. “Sehingga masyarakat Hindu bahagia di dunia dan bahagia di alam Mokshah,” tandasnya.


BALI EXPRESS, GIANYAR – Yayasan Dharma Sthapanam memiliki program Donasi Satu Juta Bhagawadgita, dan hingga kini sudah lebih dari 10 ribu Bhagawadgita yang telah dibagikan. Tujuannya tentu bukan hanya diserahkan begitu saja, tetapi bagi penerimanya pun turut diajarkan bagaimana merawat, menempatkan, dan membaca salah satu kitab suci Hindu tersebut.

Salah satu pengurus yayasan yang ada di Jalan Pantai Padanggalak, Denpasar dan beberapa juga ada di berbagai daerah Indonesia, I Dewa Ketut Sanisca beberapa waktu lalu mengatakan, kegiatan donasi itu ditujukan pada semua kalangan. Mulai dari anak-anak yang ada di kantong-kantong pasraman minggu, atau sekolah minggu kalau di luar Bali, siswa sekolah formal, pecalang, pemangku, hingga serati banten. Kegiatan sosial itu dia katakan bukan untuk mencari nama saja, namun menjadi panggilan jiwa untuk membuat bangsa ini damai.

“Sampai sekarang kita sudah donasikan 10 ribu Bhagawadgita. Itu dari Medan sampai Indonesia Timur. Sedangkan di Bali, sebelumnya sudah ada di beberapa sekolah kita donasikan. Saat ini di Gianyar baru pertama kali di SMP Negeri 1 Gianyar, menyusul SMA Negeri 1 Gianyar dan beberapa SD yang ada,” ucapnya.

Penerima Bhagawadgita juga tidak serta merta diberikan begitu saja. Pasalnya pihaknya juga memiliki tanggung jawab moral ke depannya, yakni bagaimana cara membaca dan menjaganya. Karena itu, selain memberikan donasi Bhagawadgita, juga diajarkan bagaimana cara membaca kitab suci tersebut. Tidak lain dengan mempergunakan kearifan lokal masig-masing daerah.

Dia pun mencontohkan, untuk wilayah Jawa, cara membacanya difokuskan dengan model nyanyian, ataupun dengan dibaca biasa. Sedangkan di Bali sendiri, dia mengaku proses pembacaan dilakukan dengan cara makidung dan makekawin. Tujuannya untuk lebih memudahkan dalam pemahaman. Mengingat beragama Hindu diakuinya sangat fleksibel.

“Sebenarnya tujuan kami donasikan ini karena melihat kondisi bangsa yang banyak ada konflik, terutama disebabkan oleh perbedaan agama. Dengan pemahaman Bhagawadgita, makna yang terkandung dimengerti dan menjadikan bangsa ini adem dan tentram,” terang pria asli Desa Samsam, Tabanan ini.

Baca Juga :  Setiap Ada Sanggah Kemulan Penting Ada Pemangku

Disinggung kenapa memilih kitab Bhagawadgita. Dia menyebut, kemampuan yang bisa donasikan baru sebatas itu. Selain hal tersebut, pihaknya melihat dalam kitab suci Bhagawadgita terdapat siraman-siraman rohani yang sama persis seperti kehidupan yang ada saat ini. Bukan saja dengan bahasa aslinya, namun dilengkapi juga dengan terjemahannya.

Dalam kesempatan itu, Sanisca juga menjelaskan pemberian donasi kitab suci ini memang tidak serta merta dilakukan pihaknya. Karena terlebih dulu permintaan itu itu mesti dikirim melalui web yayasannya tersebut. Baru kemudian pihaknya menyiapkan Bhagawadgita yang akan didonasikan. Satu hal penting lainnya, pihaknya juga memastikan jika pihak yang memesan itu bertanggungjawab, dalam arti tidak sekedar menerima, namun tidak digunakan. Email maupun web tersebut yakni humas@satujutagita.org dan websitenya www.satujutagita.org. Dan hingga saat ini, sudah ada 25 lembaga umat Hindu se-Indonesia yang menerima donasi tersebut. “Belum yang di Gianyar ini, kita sudah siapkan total 450 Bhagawadgita khusus untuk di SMP Negeri 1 Gianyar, SMA Negeri 1 Gianyar, serta beberapa SD di Desa Serongga Gianyar,” imbuhnya.

Sementara itu, Koordinator Program Donasi Satu Juta Bhagawadgita, Letjen TNI (Purn) I Wayan Midhio, M.Phil mengatakan, pihaknya memilih Gianyar sebagai tempat pemberian donasi itu kita Bhagawadgita tak lain karena almamaternya terdahulu. Sebagai alumnus sekolah tersebut, dirinya mengaku memiliki utang. Sehingga sampai saat ini dia hanya bisa mendonasikan Bhagawadgita. Meski begitu, dia berharap supaya dipelajari secara sungguh-sungguh.

“Pertimbangannya selain saya alumni sekolah di sana, dari pribadi dan pertimbangan saya untuk menyelaraskan sradha umat Hindu dengan tatwa, susila dan upakara atau ritual yang ada. Karena sebagian besar yang diketahui hanyalah upakara saja atau ritual. Sedangkan tattwa dan susila-nya agak kurang dipahami. Maka dari sini kita berikan pemahaman melalui kitab suci ini,” terang pria yang mantan Rektor Universitas Pertahanan tersebut.

Baca Juga :  Medungdung dan Ngutang Reged Jelang Nyepi di Nagasepaha  

Pria asli Desa Seronggo, Gianyar ini juga mengatakan, pemberian donasi itu bertujuan mengajak umat Hindu yang ada di seluruh Nusantara mulai membaca, memahami dan melaksanakan ajaran Weda. Salah satunya dengan Bhagawadgita tersebut. Sehingga kualitas umat Hindu nantinya mampu menghadapi dan menyikapi, sampai mengatasi konflik keyakinan yang ada selama ini.

Dikatakan juga, konflik tersebut bukan saja ada di luar umat, namun banyak juga yang terjadi di internal. Khususnya di Bali maupun di Indonesia pada umumnya. “Bahkan tingkat global saat ini masih dipenuhi dengan konflik antar agama yang kuat. Begitu juga dengan gejala radikalisme yang sama-sama semakin kuat,” jelas pria yang juga mantan Kepala Pusat Informasi dan Komunikasi Kemham RI ini.

Lanjut dia, dengan pemahaman ajaran Hindu yang baik dan dipadukan dengan kearifan lokal, diharapkan Hindu akan semakin kuat diaplikasikan oleh masyarakat yang ada di Bali maupun di luar Bali. Sehingga terwujud Bali yang ajeg, tentram, aman dan damai. Kegiatan Satu Juta Bhagawadgita itu juga dikatakan sudah berjalan selama dua tahun lebih di seluruh Indonesia, sedangkan kali ini pihaknya menyasar Gianyar.

“Kami juga memohon dukungan kepada para pejabat di Pemprov Bali, pejabat di kabupaten dan kota, instansi pemerintah lainnya, swasta dan tokoh umat Hindu di Indonesia, khususnya Bali dapat menyukseskan gerakan Satu Juta Bhagawadgita ini. Karena tujuan akhirnya agar masyarakat paham dan sadar akan ajaran maha suci dan maha tinggi dari Bhagawadgita ini,” ungkapnya.

Sehingga kedepannya bisa mengantar warga Hindu mencapai tujuan sejati yaitu Moshartam Jagadhita Ya Ca iti Dharma. “Sehingga masyarakat Hindu bahagia di dunia dan bahagia di alam Mokshah,” tandasnya.


Most Read

Artikel Terbaru