BULELENG, BALI EXPRESS -Konsep Catur Lawa diasosiasikan dengan kepemimpinan Hindu. Konsep kepemimpinan ini harus diteladani oleh para pemegang kekuasaan yang menghendaki kepemimpinannya berjalan lancar.
Dalam Lontar Aji Saraswati, menurut Gami, keberadaan dewa Catur Lawa dinyatakan berupa Bhatara dan dengan nama tersendiri. Sang Garga untuk menyebutkan Dewa Brahma, Sang Metri untuk Dewa Mahadewa, Sang Kurusya untuk menyebutkan Dewa Wisnu, dan Sang Pretanjala untuk menyebutkan Dewa Siwa (Iswara).
Menjadi seorang pemimpin yang baik dan menjadi seorang penguasa dengan nama besar, harus meniru perilaku Dewa Indra yang berkuasa di timur.
Dosen Filsafat Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja Made Gami Sandi menjelaskan, seorang pemimpin juga harus mampu bersikap adil dan memiliki kesanggupan diri untuk mengendalikan nafsu indria seperti yang dicontohkan oleh Dewa Yama yang menguasai arah selatan.
“Seorang pemimpin harus mampu menghargai keindahan dan berbagai seni (baik berupa karya manusia maupun karya alam), dengan memberikan penghormatan dan memohon anugrah dari Dewa Varuna yang menguasai arah barat,” jelasnya.
Seorang pemimpin juga harus cakap dalam melakukan kegiatan ekonomi atau administrasi maupun perdagangan seperti yang dicontohkan oleh Dewa Kuvera. Hal ini diaktualisasikan melalui belajar dengan giat, dan memohon anugrah dari Dewa Kuvera yang menguasai arah utara.
Pemimpin, lanjutnya, harus dapat memperlakukan bawahannya dengan selayaknya dan manusiawi. Salah satu bentuk konkret dari kebijaksanaan seorang pemimpin adalah dari caranya memperlakukan bawahannya.
“Menjadi pemimpin harus melihat bawahannya sebagai anak yang harus mereka lindungi dan arahkan. Memperlakukan mereka dengan cara-cara humanis dan menginspirasi mereka untuk bekerja lebih baik, nah nilai-nilai dalam konsep Catur Lawa ini sangat universal dan bisa tetap dijadikan sebagai pedoman,” ungkap Gami.
Reporter: I Putu Mardika
BULELENG, BALI EXPRESS -Konsep Catur Lawa diasosiasikan dengan kepemimpinan Hindu. Konsep kepemimpinan ini harus diteladani oleh para pemegang kekuasaan yang menghendaki kepemimpinannya berjalan lancar.
Dalam Lontar Aji Saraswati, menurut Gami, keberadaan dewa Catur Lawa dinyatakan berupa Bhatara dan dengan nama tersendiri. Sang Garga untuk menyebutkan Dewa Brahma, Sang Metri untuk Dewa Mahadewa, Sang Kurusya untuk menyebutkan Dewa Wisnu, dan Sang Pretanjala untuk menyebutkan Dewa Siwa (Iswara).
Menjadi seorang pemimpin yang baik dan menjadi seorang penguasa dengan nama besar, harus meniru perilaku Dewa Indra yang berkuasa di timur.
Dosen Filsafat Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja Made Gami Sandi menjelaskan, seorang pemimpin juga harus mampu bersikap adil dan memiliki kesanggupan diri untuk mengendalikan nafsu indria seperti yang dicontohkan oleh Dewa Yama yang menguasai arah selatan.
“Seorang pemimpin harus mampu menghargai keindahan dan berbagai seni (baik berupa karya manusia maupun karya alam), dengan memberikan penghormatan dan memohon anugrah dari Dewa Varuna yang menguasai arah barat,” jelasnya.
Seorang pemimpin juga harus cakap dalam melakukan kegiatan ekonomi atau administrasi maupun perdagangan seperti yang dicontohkan oleh Dewa Kuvera. Hal ini diaktualisasikan melalui belajar dengan giat, dan memohon anugrah dari Dewa Kuvera yang menguasai arah utara.
Pemimpin, lanjutnya, harus dapat memperlakukan bawahannya dengan selayaknya dan manusiawi. Salah satu bentuk konkret dari kebijaksanaan seorang pemimpin adalah dari caranya memperlakukan bawahannya.
“Menjadi pemimpin harus melihat bawahannya sebagai anak yang harus mereka lindungi dan arahkan. Memperlakukan mereka dengan cara-cara humanis dan menginspirasi mereka untuk bekerja lebih baik, nah nilai-nilai dalam konsep Catur Lawa ini sangat universal dan bisa tetap dijadikan sebagai pedoman,” ungkap Gami.
Reporter: I Putu Mardika