30.4 C
Denpasar
Sunday, March 26, 2023

Ngiloang Capah, Simbol Memohon Kesuburan Krama Subak

KUBUTAMBAHAN, BALI EXPRESS-Desa Adat Tamblang, Kecamatan Kubutambahan memiliki tradisi Ngiloang Capah (pajegan tinggi) yang dilaksanakan setiap sehari setelah Purnama Sasih Kedasa. Tradisi yang tersurat dalam awig-awig desa ini sudah dilaksanakan secara turun-temurun.

Kelian Adat Desa Tamblang, Jro Nyarikan Nyoman Anggarisa, 50 kepada Bali Express (Jawa Pos Group) mengatakan tradisi Ngiloang Capah ini dilaksanakan di Pura Desa Tamblang. Pelaksanannya persis seusai tegak odalan di Pura Dalem yang dilaksanakan pada Purnama Kedasa

Sehingga ritual ngiloang Capah di Pura Desa dilaksanakan pada sehari setelah Purnama Kedasa. “Capah itu adalah pajegan, tetapi ukurannya tinggi, sekitar 1 meter, yang beralaskan dulang,” ujar Nyarikan Anggarisa, Senin (23/8) siang.

Baca Juga :  Pertama Kali dalam Satu Abad Desa Adat Buleleng Tak Gelar Melasti

Ngiloang Capah ini merupakan tradisi yang bertujuan untuk napetin Tirta yang diperoleh dari Pura Ulun Danu Batur. Tirta tersebut kemudian dibawak ke Tamblang dan disambut dengan ritual meayu-ayu.

Dikatakan Anggarisa, banten Capah terdiri dari sarana berupa buah-buahan, jajan, daging ayam hingga telor. Selain itu, ada juga sarana berupa satu ekor babi guling yang dihaturkan di Pura Desa Tamblang.

Setiap ritual Ngiloang Capah dilaksanakan, sedikitnya ada 16 buah banten capah yang dihaturkan. Namun, sejak tahun 2020 lalu, mengingat masih suasana pandemic Covid-19, hanya dilibatkan sekitar 4 capah, atau dua pasang saja.

Selain melibatkan krama Desa Tamblang, ritual juga melibatkan krama Subak Lanjahan Babakan. Krama Subak inilah yang bertugas ngiloang atau mengelilingi Pura Desa sebanyak tiga kali secara murwa daksina dengan menggunakan banten Capah.

Baca Juga :  Soal Korupsi Rp 30 M di LPD Gulingan, Kapolres Ungkap Banyak Persoalan

Menurutnya, tradisi ini telah tersurat di dalam awig-awig Desa Adat Tamblang. “Secara filosofis, ngiloang capah ini bertujuan untuk memohon kemakmuran, agar diberikan hujan, sehingga krama subak bisa panen, karena tanamannya tumbuh subur,” paparnya.


KUBUTAMBAHAN, BALI EXPRESS-Desa Adat Tamblang, Kecamatan Kubutambahan memiliki tradisi Ngiloang Capah (pajegan tinggi) yang dilaksanakan setiap sehari setelah Purnama Sasih Kedasa. Tradisi yang tersurat dalam awig-awig desa ini sudah dilaksanakan secara turun-temurun.

Kelian Adat Desa Tamblang, Jro Nyarikan Nyoman Anggarisa, 50 kepada Bali Express (Jawa Pos Group) mengatakan tradisi Ngiloang Capah ini dilaksanakan di Pura Desa Tamblang. Pelaksanannya persis seusai tegak odalan di Pura Dalem yang dilaksanakan pada Purnama Kedasa

Sehingga ritual ngiloang Capah di Pura Desa dilaksanakan pada sehari setelah Purnama Kedasa. “Capah itu adalah pajegan, tetapi ukurannya tinggi, sekitar 1 meter, yang beralaskan dulang,” ujar Nyarikan Anggarisa, Senin (23/8) siang.

Baca Juga :  Pura Batur Gangsia; Pura Keramat dengan Banyak Keunikan

Ngiloang Capah ini merupakan tradisi yang bertujuan untuk napetin Tirta yang diperoleh dari Pura Ulun Danu Batur. Tirta tersebut kemudian dibawak ke Tamblang dan disambut dengan ritual meayu-ayu.

Dikatakan Anggarisa, banten Capah terdiri dari sarana berupa buah-buahan, jajan, daging ayam hingga telor. Selain itu, ada juga sarana berupa satu ekor babi guling yang dihaturkan di Pura Desa Tamblang.

Setiap ritual Ngiloang Capah dilaksanakan, sedikitnya ada 16 buah banten capah yang dihaturkan. Namun, sejak tahun 2020 lalu, mengingat masih suasana pandemic Covid-19, hanya dilibatkan sekitar 4 capah, atau dua pasang saja.

Selain melibatkan krama Desa Tamblang, ritual juga melibatkan krama Subak Lanjahan Babakan. Krama Subak inilah yang bertugas ngiloang atau mengelilingi Pura Desa sebanyak tiga kali secara murwa daksina dengan menggunakan banten Capah.

Baca Juga :  Belajar dari Nilai Filosopi Pisang, Hidup Mati Semua Berarti

Menurutnya, tradisi ini telah tersurat di dalam awig-awig Desa Adat Tamblang. “Secara filosofis, ngiloang capah ini bertujuan untuk memohon kemakmuran, agar diberikan hujan, sehingga krama subak bisa panen, karena tanamannya tumbuh subur,” paparnya.


Most Read

Artikel Terbaru