Tak hanya melayani permintaan banten di Bali saja. Hro Untara bahkan Namanya kian tersohor di luar Bali. Seperti di Jawa. Ia kerap mendapat pesanan untuk membuat banten berbagai jenis upacara.
Jro Untara mengaku pernah melayani permintaan banten di Malang. Kala itu, mendapat bantuan penganyar dari Pemprov Bali dan sejumlah Kabupaten. Tak pelak, membuat Namanya kian dikenal oleh masyarakat.
Lalu, banten apakah yang paling sulit dibuat? Dikatakan Jro Untara, selama menjadi sarati banten, tantangan tersulitnya ada pada banten Pengenteg, Nanding Pengenteg Bagia Pula Kerti. Sebab, selain hanya digunakan saat ritual khusus, banten ini juga tergolong rumit.
“Manajerialnya juga harus tepat. Jadi saya dibantu sekitar 20 orang tukang banten, saya tinggal mengarahkan saja. Kalau ada hal-hal yang sulit, saya yang punya bagiannya,” akunya lagi.
Seauh ini, para pemesan yang ingin membeli banten cukup menghubunginya melalui sambungan telepon. Jika sudah ada kesepaatan, barulah para pembeli datang untuk memesan segala kebutuhan banten yang digunakan.
Ia mengaku, pemesannya tersebut tidak hanya datang dari wilayah Kubutambahan semata. Tetapi juga dari kawasan Tejakula, Singaraja, Sawan, Seririt, Banjar, hingga Karangasem, Denpasar, Badung. “Hampir seluruh Bali,” imbuhnya.
Tak hanya melayani penjualan banten, ia juga kadang ikut ngayah di rumah kliennya untuk memastikan pailenan upacara berjalan lancar sesuai dengan banten yang digunakan.
Disinggung terkait perolehan bahan-bahan banten, Jro Untara mengaku diperoleh dari berbagai pihak. Sebut saja seperti berbagai jenis ayam untuk ritual. Seperti biying, brumun, klawu itu diperoleh dari rekanan. Sehingga dirinya focus dalam menyiapkan sarana dan tetandingan.
Hanya saja, ada sebua pengecualian. Seperti hewan bebek putih jambul, bebek hitam, bebek belang kalung itu ia pelihara secara langsung di rumahnya. Sebab, hewan -hewan tersebut sulit untuk didapatkan secara mendadak.
Begitu juga seperti hewan Manjangan, Kijang, ia memelihara secara langsung karena sering sulit untuk dicari. “Oleh karena itu harus meminta ijin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) agar diberikan ijin. Karena selalu digunakan untuk ritual,” katanya lagi.
Setiap bulan selalu ada saja yang masyarakat yang memesan banten. Seperti upacara tiga bulanan. Kalau saat ada dewasa pawiwahan, maka yang ramai itu memesan banten perkawinan. Begitu jika ada dewasa ngaben, juga yang ramai dipesan adalah banten ngaben
Rata-rata per hari tukang banten yang dipekerjakan adalah 20 orang. Mereka sudah menyiapkan berbagai sarana dan prasarana. Seperti jaja penasar, membuat jejahitan, jaja samuhan, yang bisa disimpan dan tahan lama. Sehingga saat ada pesanan mendadak, mereka bisa langsung bekerja. Tukang banten inipun digaji per hari.
Untuk harga banten Ngaben, Jro Untara menyebut dibanderol di kisaran harga Rp 65 juta untuk satu sawa. Dengan prosesi dari awal sampai akhir. Tetapi jika ada penambahan misalnya per sawa maka dipastikan akan ditambah Rp 5 juta. Jika jumlahnya banyak sampai ratusan sawa, maka biyanya semakin ringan, yakni cukup dengan membayar Rp 5 juta per sawa, dan itu sudah mengcover. Kemudian untuk banten pawiwahan dibanderol dari yang tingkatan paling sederhana yakni Rp 10 juta sampai Rp 25 juta. Banten upacara manusa yadnya, tiga bulanan dari yang kecil Rp 5 juta.
Dikatakan Jro Untara, ada rasa kepuasan tersendiri jika ikut berkontribusi membutkan sarana upacara sampai selesai. Ia hanya berharap agar generasi muda Hindu tertarik untuk belajar tentang banten, sehingga pewarisannya tidak terputus.
“Harapan agar generasi muda tertarik untuk mempelajari banten, sehingga ada pewarisan tentang pengetahuan membuat banten. Karena selain sebagai lahan mencari makan, menjadi sarati banten juga memberikan ruang bagi kita untuk ngayah,” pungkasnya. (habis)