BADUNG, BALI EXPRESS – Desa Adat Blahkiuh memiliki salah satu tradisi yang telah dilaksanakan sejak zaman Kerajaan Singosari. Tradisi tersebut adalah Ngerebeg, yang dilaksanakan setiap Hari Umanis Kuningan. Tradisi ini awalnya hanya digelar oleh keluarga kerajaan namun saat ini secara turun temurun dilaksanakan oleh warga adat Blahkiuh.
Bendesa Adat Blahkiuh I Gusti Agung Ketut Sudaratmaja mengatakan, tradisi ngerebeg ini sudah ada pada abad ke-17 sampai 18. Tradisi ini awalnya merupakan sebuah perayaan dengan upacara gelar pasukan. “Dalam upacara ini mengeluarkan senjata milik kerajaan. Tentunya dalam upacara ini ada unsur religius yakni dengan upacara pasupati,” ujar Agung Sudaratmaja saat dikonfirmasi Kamis (27/1).
Menurutnya, dalam pelaksanaan tradisi ini diharapkan dapat menetralisir gangguan niskala. Sehingga senjata yang telah dipasupati akan diarak keliling desa dengan tujuan pembersihan.
“Pelaksanaannya dimulai dari Pura Luhur Giri Kusuma, dengan berkeliling sebanyak tiga kali. Kemudian akan dibawa keliling desa, dengan harapan desa bersih dari gangguan roh jahat dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Penggunaan senjata kerajaan dalam tradisi ini, Agung Sudaratmaja menyebutkan, merupakan penghargaan karena berjasa dalam membesarkan kerajaan. Agar makna dari tradisi Ngerebeg ini dirasakan oleh masyarakat, mereka juga membawa senjata dari rumah masing-masing. “Kalau memang tidak memiliki senjata dapat menggunakan bambu runcing. Nantinya senjata dari masyarakat juga akan dipasupati,” sebutnya.
Reporter: I Putu Resa Kertawedangga
BADUNG, BALI EXPRESS – Desa Adat Blahkiuh memiliki salah satu tradisi yang telah dilaksanakan sejak zaman Kerajaan Singosari. Tradisi tersebut adalah Ngerebeg, yang dilaksanakan setiap Hari Umanis Kuningan. Tradisi ini awalnya hanya digelar oleh keluarga kerajaan namun saat ini secara turun temurun dilaksanakan oleh warga adat Blahkiuh.
Bendesa Adat Blahkiuh I Gusti Agung Ketut Sudaratmaja mengatakan, tradisi ngerebeg ini sudah ada pada abad ke-17 sampai 18. Tradisi ini awalnya merupakan sebuah perayaan dengan upacara gelar pasukan. “Dalam upacara ini mengeluarkan senjata milik kerajaan. Tentunya dalam upacara ini ada unsur religius yakni dengan upacara pasupati,” ujar Agung Sudaratmaja saat dikonfirmasi Kamis (27/1).
Menurutnya, dalam pelaksanaan tradisi ini diharapkan dapat menetralisir gangguan niskala. Sehingga senjata yang telah dipasupati akan diarak keliling desa dengan tujuan pembersihan.
“Pelaksanaannya dimulai dari Pura Luhur Giri Kusuma, dengan berkeliling sebanyak tiga kali. Kemudian akan dibawa keliling desa, dengan harapan desa bersih dari gangguan roh jahat dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Penggunaan senjata kerajaan dalam tradisi ini, Agung Sudaratmaja menyebutkan, merupakan penghargaan karena berjasa dalam membesarkan kerajaan. Agar makna dari tradisi Ngerebeg ini dirasakan oleh masyarakat, mereka juga membawa senjata dari rumah masing-masing. “Kalau memang tidak memiliki senjata dapat menggunakan bambu runcing. Nantinya senjata dari masyarakat juga akan dipasupati,” sebutnya.
Reporter: I Putu Resa Kertawedangga