28.7 C
Denpasar
Wednesday, March 22, 2023

Desa Adat Asak Kembali Laksanakan Tradisi Nyepeg Sampi

KARANGASEM, BALI EXPRESS — Desa Adat Asak, Karangasem kembali melaksanakan tradisi Nyepeg Sampi (menebas sapi), Rabu (25/1) laku. Tradisi ini merupakan rangkaian dari Ngusaba Kawulu.

Bendesa Adat Asak I Wayan Segara menyebut, rangkaian ngusaba ini dilaksanakan pada wewaran beteng saat Sasih Kawulu. Nyepeg Sampi ini disebut sebagai pacaruan supaya warga setempat mendapat keselamatan.

Sapi yang digunakan bukanlah sembarang sapi. Ia menyebut, yang digunakan itu adalah sapi butuhan yang berukuran cukup besar. “Sapi yang masih butuhan yang berukuran besar. Menjelang upacara baru beli, tapi biasanya warnanya hitam,” jelasnya.

Tradisi Nyepeg Sampi ini dilakukan oleh para teruna atau pemuda. Sebelum ditebas, sapi tersebut lebih dulu dirias. Kemudian dibawa keliling desa sebanyak satu kali putaran. Selanjutnya kembali ke Pura Patokan, yang terletak di desa setempat untuk upacara lanjutan.

Baca Juga :  Bikin Bangunan Hindari Gunakan Material Bekas Tempat Suci dan Bencana 

Sebelum ditebas oleh teruna di sana, sapi itu lebih dulu dilukai di pura sebagai penanda. “Dilukai sampai keluar darahnya, tapi cuma sekali saja,” kata Segara.

Sembari menunggu prosesi di pura tersebut selesai, teruna lainnya sudah menunggu di depan pura dengan membawa senjata khusus yang digunakan untuk nyepeg sampi itu. Senjata tersebut sejenis dengan blakas, hanya saja dengan ukuran yang lebih panjang. “Senjata itu teruna yang punya. Itu digunakan khusus untuk tradisi itu saja,” imbuhnya.

Ketika sapi tersebut sudah di lepas, teruna di sana dengan semangat menebas sapi itu. Bahkan sapi tersebut dibuat tak bernyawa. “Setelah sudah mati, sapi itu kembali dibawa ke Pura Patokan, dibuat bayang-bayang,” tandasnya. (dir)

Baca Juga :  Umat yang Sakit Kerap Diminta Datang ke Pura Ratu Mas Sedana via Mimpi

 


KARANGASEM, BALI EXPRESS — Desa Adat Asak, Karangasem kembali melaksanakan tradisi Nyepeg Sampi (menebas sapi), Rabu (25/1) laku. Tradisi ini merupakan rangkaian dari Ngusaba Kawulu.

Bendesa Adat Asak I Wayan Segara menyebut, rangkaian ngusaba ini dilaksanakan pada wewaran beteng saat Sasih Kawulu. Nyepeg Sampi ini disebut sebagai pacaruan supaya warga setempat mendapat keselamatan.

Sapi yang digunakan bukanlah sembarang sapi. Ia menyebut, yang digunakan itu adalah sapi butuhan yang berukuran cukup besar. “Sapi yang masih butuhan yang berukuran besar. Menjelang upacara baru beli, tapi biasanya warnanya hitam,” jelasnya.

Tradisi Nyepeg Sampi ini dilakukan oleh para teruna atau pemuda. Sebelum ditebas, sapi tersebut lebih dulu dirias. Kemudian dibawa keliling desa sebanyak satu kali putaran. Selanjutnya kembali ke Pura Patokan, yang terletak di desa setempat untuk upacara lanjutan.

Baca Juga :  Catus Pata Desa Muncan Bakal Ditata, Minta Kantor Perbekel Dipindah

Sebelum ditebas oleh teruna di sana, sapi itu lebih dulu dilukai di pura sebagai penanda. “Dilukai sampai keluar darahnya, tapi cuma sekali saja,” kata Segara.

Sembari menunggu prosesi di pura tersebut selesai, teruna lainnya sudah menunggu di depan pura dengan membawa senjata khusus yang digunakan untuk nyepeg sampi itu. Senjata tersebut sejenis dengan blakas, hanya saja dengan ukuran yang lebih panjang. “Senjata itu teruna yang punya. Itu digunakan khusus untuk tradisi itu saja,” imbuhnya.

Ketika sapi tersebut sudah di lepas, teruna di sana dengan semangat menebas sapi itu. Bahkan sapi tersebut dibuat tak bernyawa. “Setelah sudah mati, sapi itu kembali dibawa ke Pura Patokan, dibuat bayang-bayang,” tandasnya. (dir)

Baca Juga :  Caru Berpengaruh terhadap Bhuana Agung dan Alit

 


Most Read

Artikel Terbaru