BALI EXPRESS, MANGUPURA – Pura Ratu Mas Sedana di Desa Darmasaba, Badung, tak seperti lokasi pura pada umumnya. Kawasan suci yang berada di Jalan Patimura No 1 Banjar Uma Anyar ini, justru berada dalam pekarangan rumah warga.
Pura Ratu Mas Sedana terletak di sisi kiri pekarangan yang ditinggali oleh keluarga I Wayan Sukarja, 42, yang sekaligus sebagai pemangku pura. Menurut pengakuannya, ada suatu hal yang menyebabkan kini dia tinggal bersebelahan dengan pura. “Dahulu wilayah ini sampai sawah di sebelah sana adalah wilayah dari Desa Peguyangan. Seiring perkembangan zaman, akhirnya menjadi wilayah Desa Adat Tegal.,” ujar Jro Mangku I Wayan Sukarja sambil menunjuk ke arah utara rumahnya.
Setelah masuk wilayah Desa Adat Tegal, lanjutnya, dibangunlah Pura Ratu Mas Sedana ini.
Menurut cerita yang dia dengar dari tetua, dahulu konon Pura Ratu Mas Sedana dilinggihkan hanya berupa tirta yang dibawa dari Pura Dalem Desa Adat Tegal. “Tirta yang dibawa tersebut adalah tirta yang bersinar setelah didoakan di Pura Dalem. Selain itu, pura ini disebut sebagai penanggu (ujung pembatas) desa dari Desa Adat Tegal,” terangnya lagi.
Sebagai penanggu, Pura Ratu Mas Sedana menjadi pembatas antara Desa Peguyangan dengan Desa Adat Tegal. Dia pun menunjukkan bahwa wilayah di Selatan pekarangannya adalah sudah masuk Desa Peguyangan. “Di sini wilayah Badung dan di sebelah sana sudah masuk Kodya (Kota Madya) Denpasar,” ujar pria yang punya usaha peternakan ayam dan babi ini.
Setelah menjadi wilayah Desa Adat Tegal, warga ternyata tidak langsung tinggal di sekitar pura. Ditambahkannya, semua area di pekarangannya ini adalah uma (sawah), dan belum ada warga yang mau tinggal di area rumahnya kala itu. Ada salah satu leluhurnya mau, tetapi yang ditempati di sebelah timur rumahnya sekarang. “Kemudian akhirnya saya mau ngambil di dekat pura ini sekaligus juga merawat Pura Ratu Mas Sedana,” terangnya. “Sebelumnya desa yang nyungsung pura ini, namun sekarang saya saja. Tetapi kalau piodalan, biasanya ada juga banten dibuat ke sini, yang muput juga Mangku Dalem dari Desa Adat Tegal,” tambahnya.
Menyangkut kejadian gaib, Jro Mangku I Wayan Sukarja mengaku mendengar cerita
dari tetuanya. Dahulu saat panglisir sedang mandi di pancuran pura mendapat pawisik ( petunjuk gaib). Pawisik itu menyebutkan bahwa yang malinggih di Pura Ratu Mas Sedana akan memberitahukan (memberi pawisik) harus membuat pacaruan di desa. “Saya hanya dengar berbagai cerita itu dari mangku dalem yang sudah meninggal kini,” ucapnya.
Ternyata pawisik tak hanya soal macaru, namun beliau juga memberi pawisik kepada orang yang sakit. Sehingga seringkali ada orang yang bersembayang ke Pura Ratu Mas Sedana untuk nunas tamba. “Biasanya mereka (pamedek) ini mengaku dapat pawisik nunas tamba di pura ini. Setelah mereka sembuh, mereka datang lagi mengucap syukur dengan sembahyang saat piodalan, Buda Cemeng Warigadean, ” jelasnya kepada Bali Express ( Jawa Pos Group) akhir pekan kemarin.
Pemangku yang juga pengurus Sanggar Seni Laras Manis ini menambahkan, dahulu ketika ada orang cuntaka (kotor) yang membuka bulakan di kelebutan (mata air) pura dikagetkan dengan munculnya ular berkepala dua sehingga ketakutan dan membatalkan niatnya. Namun, ketika dibuka oleh yang tidak cuntaka, ularnya hilang. “Iya, itu merupakan duwe (sosok penjaga) kawasan yang diaucikan ini,” ujarnya.
Dikatakannya, pernah juga keluarganya melihat makhluk hitam besar, yang juga sosok penjaga gaib yang ada di kawasan pura.
Kejadian aneh lainnya? “Tiba-tiba saja ada orang membawa canang, katanya ada pawisik lewst mimpi, jika ingin punya anak laki-laki diminta berdoa nangkil ke sini,” bebernya. Ternyata pawisik yang didapat itu benar, karena yang bersangkutan kini sudah dikaruniai anak laki- laki.
Bahkan, orang tuanya juga mendapat pawisik kala sakit, dan tidak bisa berjalan. “Hanya menggunakan lidah buaya saja tiba-tiba sembuh. Ayah pun juga sembuh setelah mendapat mimpi ada obat untuk penyakitnya. Hanya metik tiga daun saja, kemudian dioleskan ke perutnya dan langsung sembuh. Aneh rasanya di luar akal,” ucapnya sambil geleng-geleng seolah tak percaya.
Pura yang mempunyai satu palinggih, yakni Palinggih Ratu Mas Sedana, diakuinya sangat sakral. “Yang berstana di pura ini sangat murah hati membantu umat yang kena masalah,” pungkasnya. (agus sueca merta)